****
Satu minggu kemudian, Dewi yang sudah selama itu tidak menunjukkan diri dari dunia luar, kini bisa menghirup udara dengan bebas. Bahkan saking senangnya, dua berjingkrak-jingkrak tanpa mengetahui Dewa memandangnya datar.
"Senang?"
"Eh," kagetnya lalu membalikkan badan menatap lelaki yang berdiri tak jauh darinya. Kepalanya mengangguk cepat, "Jelas dong! Akhirnya, setelah sekian purnama Dewi bisa keluar dengan bebas. Bisa bertemu dengan Bunda juga."
Wajahnya yang cantik dan berseri ketika mendapatkan kebebasana, membuat sesuatu dalam diri Dewa terusik. Dia, seakan tidak terima, atau tidak ingin gadis di depannya ini pergi jauh darinya. Rasa ingin menculik lalu mengurungnya selalu terlintas dalam otaknya. Menahan sejauh ini sudah termasuk rekor untuknya.
Biasanya, gadis - gadis di luar sana akan dia lempar ke anak buahnya atau langsung dia habisi. Tetapi tidak untuk Dewi. Sejak awal, Dewa tahu bahwa dia sudah tertarik dengan gadis ini. Perasaan yang sudah lama terkubur jauh dalam hatinya, perlahan-lahan muncul kembali.
Ia membiarkan saja perasaan itu datang seiring berjalannya waktu. Ingin tahu, sejauh mana rasa yang ia miliki untuk gadis itu. Apakah sama seperti dulu ketika bersama dia, atau jauh lebih dari itu.
"Ingat! Gue kasih waktu lo cuma dua minggu. Setelah itu, gue bakal ambil dan bawa lo ke sini lagi. Ngerti?"
Dewi mengernyit heran. Lelaki di depannya ini terlihat berbeda. Kemarin dia berbicara dengan kata 'aku-kamu', sekarang ganti lagi seperti awal menggunakan kata 'lo-gue', Dewi bingung.
Selain itu, wajah lelaki di depannya ini berubah-ubah. Dari yang tatapan tajam, wajah datar dan dingin, setelah itu terlihat juga wajah kesal menahan amarah. Dewi bahkan sampai menyimpulkan jika Dewa itu manusia bunglon. Suka sekali berubah-ubah.
Kalau begitu, bisa berubah warna juga, dong!
Dewi terkikik geli. Hal itu tak luput dai Dewa.
"Kenapa lo? Ketawa sendiri. Gila?"
"Ish, ya gaklah. Dewi itu ketawa karena lagi bayangin sesuatu. Lucu banget!"
Tangan Dewa menyentil keningnya. Dewi mengaduh sambil meringis. Tangannya mengusap kening pelan.
"Aduh...! Kenapa disentil sih!?" Sewotnya.
Dewa berdecak. Kedua tangan ia masukkan ke dalam saku celana. Senyuman remeh tercipta saat Dewi menatapnya tajam.
"Apa yang lo bayangin? Lo bayangin sesuatu tentang gue?"
Jawaban yang Dewa dengar selanjutnya, membuat lelaki itu tersentak kaget. Bukannya menolak, Dewi justru menjawab dengan tegas, "Iya!"
Beruntung Dewa dapat menguasai dirinya, jika tidak pasti akan kentara jika berharap gadis itu memikirkannya. Well, sangat menarik.
Dengan percaya dirinya, Dewa bertanya, "Lo bayangin yang aneh-aneh tentang gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewa dan Dewi (Hiatus-On Going)
Teen Fiction[Warning area 18/21+] Awas, Baper!!! Hati-hati!!! "Dewa..." Dewa menatap Dewi yang duduk dipangkuannya dengan dingin dan datar. Dia hanya menyahut dengan berdeham. Tangan kanannya sibuk mengelus pinggang gadis itu dan tangan kirinya mengelus pipi t...