"Jadi ini toh designer yang sering mama ceritain."
"Tante Nathlie sering nyeritain gue?" Tanya Seanne, Zayden pun mengiyakan sambil memperhatikan Seanne yang sibuk mengukur badannya.
Keduanya kini masih berada dibutik lebih tepatnya Seanne sedang mengukur Zayden untuk membuat baju untuk pemotretan keluarga mereka nanti.
"Udah selesai Zay." Seanne menuliskan beberapa angka hasil ukuran nya di buku yang biasa ia gunakan. Tidak seperti dengan Jean tidak ada kecanggunan yang Seanne rasakan ketika ia mengukur Zayden.
"Abis ini lo langsung pulang?"
"Balik ke rumah sakit, Jiel kan masih di rawat." Seanne menggeleng sambil merapihkan meteran, buku dan beberapa alat di mejanya.
"Mau bareng? Kebetulan gue juga ada praktek jadi balik ke rs."
"Boleh?" tanya Seanne.
Zayden tertawa kecil. "Ya boleh dong, kan gue yang nawarin."
"Oke deh, kebetulan gue juga lagi ga bawa mobil. Tapi bentar ya gue nutup butik dulu. Lo duduk aja."
"Mau gue bantu?"
"Gausah galama kok bentar ya."
Kini keduanya sudah ada di mobil Zayden menujuk Wriston Hospital. Di perjalanan keduanya asik berbincang, tidak ada kecanggungan diantara keduanya. Sekitar pukul delapan malam keduanya tiba di rumah sakit.
"Boleh ikut ke kamar Jiel gak?"
"Boleh dong ayo ayo."
Keduanya berjalan beriringan menujuk kamar Jiel dirawat.
"Hai Ji kakak pulang."
Jiel yang melihat kakaknya datang langsug duduk dengan semangat.
"Hai kak-- dokter?"
"Hai." Zayden melambaikan tangan pada Jiel.
"Jiel ini dokter Zayden, dia yang bantuin kamu yaa kemarin."
"Iya kak, oh ya inget gak soal susu strawberry? Itu juga yang ngasih dokter Zayden tau."
Seanne merasa deja vu, berapa kali ia harus menyebutkan 'dunia itu sempit' hari ini.
"Dokter makasih ya, Udah selamatin aku kemarin. Bener deh kalo gaada dokter Zayden aku gatau masih ada disini atau engga."
"Hush gaboleh ngomong gitu. Sama-sama yaa. Oh ya panggil aja kakak gausah formal gitu."
Jiel tersenyum senang. "Makasih kak Zayden."
"Kamu gimana uadah enakan badannya?" Tanya Seanne sambil menaruh tas nya di sofa.
"Udah kak, pusing sama mual nya juga udah ilang. Tinggal ini merah-merah nya belum ilang tapi gak gatel kok."
"Kalo kamu makan sama minum obat nya teratur, lusa juga udah boleh pulang kok." Zayden mengecek selang infus yang tergantung di samping Jiel.
"Tuh dengerin." Ucap Seanne dengan nada sedikit mengejek.
"Iya aku rajin kok minum obatnya."
"Yaudah sekarang kamu istirahat gih jangan main handphone terus nanti pusing lagi."
Jiel menaruh ponselnya di meja yang terdapat di sebelah kasurnya, lalu bersiap untuk tidur. "Kak Zayden aku tidur duluan ya ngantuk juga tadi abis minum obat"
Zayden tersenyum sambil mengangguk. "Cepet sembuh ya."
"Lo bukan nya ada praktek ya?" Tanya Seanne.
KAMU SEDANG MEMBACA
MR. PERFECTLY FINE
Fanfiction𝐈𝐭 𝐭𝐚𝐤𝐞𝐬 𝐞𝐯𝐞𝐫𝐲𝐭𝐡𝐢𝐧𝐠 𝐢𝐧 𝐦𝐞 𝐣𝐮𝐬𝐭 𝐭𝐨 𝐠𝐞𝐭 𝐮𝐩 𝐞𝐚𝐜𝐡 𝐝𝐚𝐲. 𝐁𝐮𝐭 𝐢𝐭'𝐬 𝐰𝐨𝐧𝐝𝐞𝐫𝐟𝐮𝐥 𝐭𝐨 𝐬𝐞𝐞 𝐭𝐡𝐚𝐭 𝐲𝐨𝐮'𝐫𝐞 𝐨𝐤𝐚𝐲. 𝐇𝐞𝐥𝐥𝐨 "𝐌𝐫. 𝐏𝐞𝐫𝐟𝐞𝐜𝐭𝐥𝐲 𝐅𝐢𝐧𝐞" 𝐇𝐨𝐰'𝐬 𝐲𝐨𝐮𝐫 𝐡𝐞𝐚𝐫𝐭 𝐚�...