Setelah perkataan Jeano tadi, Zayden langsung masuk kedalam mobilnya dan pergi menjauh dari sana. Seanne menarik Jeano untuk masuk kerumahnya.
"Je? Seriouslly? Kamu sadar gak apa yang barusan kamu omongin?" Seanne menatap Jeano dengan tatapan marah.
"Sorry,,, aku ga maksud gitu tapi-"
"Aku tau kamu lagi emosi tapi, itu bukan alasan buat kata-kata kamu ke Zayden barusan."
"Kamu belain Zayden, El?"
"Aku bukan belain Zayden. Tapi coba kamu pikir, yang kamu omongin ke Zayden tadi. Apa itu ga nyakitin Zayden? Gimana kalo posisinya dibalik. Zayden yang ngomong kaya gitu ke kamu? Apa kamu bakal biasa aja?"
Jeano terdiam karna yang Seanne katakan memang benar, ia pun menyadari itu. Ia terbawa oleh amarah sekaligus rasa takut nya.
"I know El, aku ga seharus nya ngomong kaya gitu." Jeano menundukan kepalanya. Ia benar-benar menyesal mengatakan itu pada Zayden.
"Aku harus gimana. El? He must be hate me."
"Kamu udah pernah ngomongin tentang hal ini sama Zayden?"
"About what?"
"Tentang hal yang kamu omongin ke Zayden tadi."
Jeano menggeleng. ia memang tidak pernah membahas soal ini dengan Zayden karna buat apa pikirnya, bukankah sudah jelas semuanya karna Zayden?
"Kalian kenal bukan cuma setahun dua tahun, he is your brother. Dan kamu pasti tau gimana sakitnya denger hal yang kaya gitu dari orang yang paling deket sama kita. Kalau soal marah, itu udah pasti. Tapi menurut aku dia ga benci kamu Je. Tapi dia Mungkin kecewa? Dan menurut aku itu lebih menyakitkan dari rasa benci."
"Just say sorry to him. Dan selebihnya kamu tau apa yang harus kamu omongin. Kalian harus ngomong berdua dengan kepala dingin. You talk to him about your feeling and he will do the same thing. Kalian berdua cuma perlu komunikasi."
Entah kenapa ia malah jadi merasa bersalah pada Zayden padahal ia juga seperti ini karena Zayden yang merebut segala hal dirinya. Tapi tidak ada salahnya mencoba saran Seanne. Ia harus menemui Zayden untuk meminta maaf.
"Kamu tuh sayang sama Zayden, kalo engga kamu gaakan merasa bersalah sampe nangis gini." Seanne menyeka sisa airmata yang ada di ujung mata Jeano lalu merengkuh Jeano kedalam pelukkan nya. Memang benar Jeano melakukan kesalahan tapi Seanne tidak bisa terus menyudutkan nya. Ia mengusap punggung lebar Jeano, agar pria itu sedikit lebih tenang.
"Aku jahat banget ya?" tanya Jeano dan Seanne mengangguk membuat Jeano jadi semakin bersalah pada Zayden.
"Lain kali se emosi apapun kamu, tolong berfikir dulu sebelum bicara. Jangan sampe orang lain sakit hati karena kata yang kita ucap."
Jeano hanya bisa mendengar sambil memeluk Seanne.
Bagaimana hanya Seanne yang dapat meredakan emosinya, yang dengan tidak ragu menegurnya jika ia salah. Dan memeluknya ketika ia sedang tidak baik-baik saja.
"El. ini kamu kenapa?" Jeano yang baru sadar jika tangan Seanne di perban.
"Oh ini, tadi ga sengaja kena gunting. Luka kecil kok. I'm fine."
"Lain kali, tolong hati-hati ya. Jangan sampe ngelukain diri sendiri kaya gini." Jeano memegang tangan Seanne dan mengelusnya dengan hati-hati.
Seanne hanya tersenyum pada Jeano. Tentu saja ia tidak akan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Ia tidak ingin menambah beban pikirkan Jeano.
🌙🐶
Sesampai di penthouse setelah pulang dari rumah Seanne, tempat yang pertama Jeano tuju adalah kamar Zayden.
KAMU SEDANG MEMBACA
MR. PERFECTLY FINE
Fiksi Penggemar𝐈𝐭 𝐭𝐚𝐤𝐞𝐬 𝐞𝐯𝐞𝐫𝐲𝐭𝐡𝐢𝐧𝐠 𝐢𝐧 𝐦𝐞 𝐣𝐮𝐬𝐭 𝐭𝐨 𝐠𝐞𝐭 𝐮𝐩 𝐞𝐚𝐜𝐡 𝐝𝐚𝐲. 𝐁𝐮𝐭 𝐢𝐭'𝐬 𝐰𝐨𝐧𝐝𝐞𝐫𝐟𝐮𝐥 𝐭𝐨 𝐬𝐞𝐞 𝐭𝐡𝐚𝐭 𝐲𝐨𝐮'𝐫𝐞 𝐨𝐤𝐚𝐲. 𝐇𝐞𝐥𝐥𝐨 "𝐌𝐫. 𝐏𝐞𝐫𝐟𝐞𝐜𝐭𝐥𝐲 𝐅𝐢𝐧𝐞" 𝐇𝐨𝐰'𝐬 𝐲𝐨𝐮𝐫 𝐡𝐞𝐚𝐫𝐭 𝐚�...