Zayn mengusap air matanya, "Aku pergi dulu ya Mah, Pah, Mel" Ucap Zayn dengan suara pelan.
Rina kembali memeluk Zayn dengan erat, Sungguh tak enak hati jika harus melepaskan putranya untuk pergi dari sisinya, tapi apa boleh buat jika Putranya sendiri yang menginginkan itu.
"Jaga diri Kamu baik baik disana ya, Mamah selalu doain Kamu" Ucap Rina.
Zayn mengangguk paham, lalu mereka menyudahi acara peluka itu, Zayn serta Diom kemudian pergi masuk kedalam Pesawat yang akan membawa mereka menuju Munchen, Jerman.
Perjalanan mereka akan memakan waktu sekitar 18 Jam lamanya, disana Zayn akan tinggal disebuah Apartemen milik Dion yang sudah tidak digunakan, Karena Dion tidak boleh tinggal Sendirian oleh Ayahnya.
Pergaulan Dion saat pindah ke Jerman menjadi tak terkontrol, walaupun Dion tak membuat masalah, tapi jika dibiarkan itu akan menjadi masalah.
Dion sebenarnya kesal dengan keputusan sepihak yang selalu diambil oleh Ayahnya, Tapi apa boleh buat, Dia tidak punya apa apa untuk melawan itu semua, oleh karena itu, Ibunya meminta untuk Dion menjadi penerus Ayahnya diperusahaan yang terbilang sukses milik mereka.
Karena tak punya pilihan, Dion akhirnya mau menjadi CEO diperusahaan Baju dan Alat Elektronik milik Ayahnya, Walaupun belum sepenuhnya kuasa dipegang oleh Dion, Tapi itu sudah lebih dari cukup.
•
•
•Sesampainya mereka di Bandara Internasional di kota München, mereka langsung pergi menuju rumah kediaman keluarga Dion, menggunakan Supir pribadi Keluarga mereka.
Dengan hati yang berdebar debar, Zayn duduk dengan resah disebelah Dion, Tatapannya tak lepas dari kaca jendela.
Dion melirik ke arah Zayn, Tanganya menggenggam tangan milik Zayn yang terasa sangat dingin, "Are You Okay? Hmm?" Tanya Dion dengan suara lembut.
Zayn menoleh ke arah Dion, Lalu menggelengkan kepalanya pelan, "Jujur, Gw takut" Ucap Zayn jujur.
Dion tersenyum lalu merangkul Zayn, "Gak perlu takut, Semuanya bakal baik baik aja kok, Ya gak Pak" Balas Dion sambil meminta pendapat pada supirnya.
"Iya Den, Hal baru itu harus dihadapi, Jangan dihindari" Ucap sang supir yang bernama Reno.
"Tuh, Dengerin apa kata Pak Reno" Tambah Dion
Zayn sedikit terkejut, ternyata Pak Reno sampai dibawa ke Jerman oleh mereka, dia kira Pak Reno sudah lepas dari keluarga Dion.
"Pak Reno masih betah ya kerja sama Dion" Kata Zayn.
Pak Reno terkekeh pelan, "Pinter ya Kamu ngalihin topik pembicaraannya, Iya Saya masih betah Den Zayn, kapan lagi punya Majikan yang super baik dan peduli kaya keluarga Den Dion" Balas Pak Reno
"Jangan gitu Pak, Saya jadi makin gak enak hati kalo mau minta tolong sama Bapak nanti" Ujar Dion, Dia memang tak pernah meminta tolong kecuali memang harus meminta tolong pada pembantunya, Dion ini tipikal anak yang ingin mengerjakan sesuatu dengan usahanya sendiri, jadi dia sedikit sungkan jika dibantu orang lain, kecuali dalam mengerjakan tugas sekolahnya dulu.
Pak Reno kembali tertawa kecil, "Iya maaf Den, oh iya, Ini Kita mau langsung ke Apartemennya Den Dion atau kerumah Utama Den?"
"Kerumah Utama dulu Pak, disuruh sama Mamah" balas Dion dengan terpaksa.
Zayn menatap Dion penuh tanya, kenapa Dion seperti tidak ikhlas jika harus pulang kerumah Orang tuanya.
"Nanti disana jangan lama lama ya" Ucap Dion pada Zayn.
Zayn semakin dibuat bingung sekarang, "Kenapa emang?" Tanya Zayn.
"Gak papa, Gw mau istirahat" Balas Dion
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU & I
Teen FictionLanjutan dari SIMPLE. -Kisah seorang remaja yang mulai tumbuh dewasa, dengan beribu cerita, suka, duka maupun lara- "Andai hati bisa memilih untuk siapa yang dia cintai, andai rasa ini tak pernah ada, Jika Aku bisa, Aku akan memilih untuk melupakanm...