33

2.1K 232 32
                                    

Dengan berat hati, Zayn menarik kopernya keluar dari apartemen, Jujur dia tak siap untuk hari ini, tapi apa boleh buat.

Semua barang miliknya sudah di kemas rapih, barang barangnya sudah dibawa oleh Teman Azka, dia hanya menenteng sebuah tas dan satu koper kecil.

Sumpah demi tuhan, tanganya bergetar saat hendak menutup pintu, memori indah yang terjadi disana cukup untuk merusak kesiapan dirinya.

"Ayo" Ucap lelaki yang sedari tadi menunggu Zayn.

Mereka pun pergi dari sana, jika kalian mencari Dion, dia tak kunjung datang, mereka berdua tak bertemu sejak Zayn mengutarakan perasaannya.

Zayn hanya ingin berterimakasih kepadanya, tapi mungkin dia sudah enggan melihatnya lagi.

"Kita langsung pergi ke bandara?" Tanya Zayn saat mereka sudah masuk ke dalam sebuah mobil.

"Iya, emangnya lu mau kemana?" Azka balik bertanya.

"Rahma?"

"Mereka udah duluan kesana"

"Oh, Yaudah"

....

Sedari tadi Azka memperhatikannya, Gelisah, Cemas, reaksi itu Terpancar jelas diraut wajahnya, Namun dia tak bisa melakukan apa apa.

Waktu berjalan begitu cepat, namun mengapa rasa itu tak kunjung hilang, setiap harinya dia hanya bisa menyesal serta berandai andai.

Azka terus memandangi wajah orang disebelahnya, Candu, ya itu yang dia rasakan, mana boleh dia menyianyiakan kesempatan seperti ini, walaupun gugup dia cukup pintar untuk menututupinya.

"Ada yang salah sama muka gw?" Tanya Zayn karena risih ketika memergoki Azka yang tengah serius menatapnya

Azka gelagapan saat itu juga, semburat merah muncul dipipinya, sial dia malu setengah mati, "Gak kok" Jawabnya sambil mengalihkan pandanganya kesembarang arah.

Zayn menghiraukan kelakuan aneh dari manusia itu, dia kembali fokus pada Jalanan yang tengah mereka lewati.

3 tahun berlalu begitu saja, rasanya baru kemarin dia menetap dinegara ini, suasana yang begitu menenangkan cocok untuknya.

Tuhan, boleh kah dia meminta satu hal, dia hanya ingin hidup dengan damai dan bahagia, itu saja, dia sangat lelah dengan bayang bayang masalalu yang dia coba hindari namun tetap kembali.

Tanpa sadar, mereka memohon secara bersamaan pada tuhannya.



Zayn menarik sebuah koper menuju pintu masuk bandara, dia sudah ditunggu oleh Rahma dan yang lain disana.

Zayn berjalan beriringan dengan Azka, matanya tertuju pada satu objek yang ada didepanya, anak itu melambaikan tangannya sambil tersenyum kecil.

Zayn ikut tersenyum melihatnya, ada rasa gemas yang terpendam oleh gengsi, dia harus jaga image saat ini.

"Itu dia, Ayah" celetuk perempuan yang tengah menggendong bocah laki laki itu.

"Yayah" rancau bocah itu ketika melihat kehadiran mereka.

Azka mengusap kepala anak kecil itu dengan lembut, "Maaf ya Ayah lama" Ucapnya

Zayn agak terkejut saat mendengar ucapan dari Azka, Sudah berubah sebanyak apa manusia ini, entahlah, selagi itu baik tak masalah.

"Kak Zayn" Sapa perempuan tadi.

Zayn tersenyum kecil, dia tak merasa adanya kecanggungan seperti saat pertama kali mereka bertemu lagi.

YOU & ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang