10. Karena apa?

213 29 32
                                    

Hay Hay, sudah malam Jum'at lagi nih.. kalian nungguin kan?

Maaf ya sudah menunggu lama. Jadilah orang sabar karena orang sabar itu pantatnya lebar 😄

Selamat membaca 💜
*
*
*

Nayra menepati janjinya, ia kembali ke rumah Heni. Menyeramkan, dinding rumahnya penuh tulisan kata-kata kotor dan jejak kaki besar dengan noda darah, jejak kaki yang menempel di dinding dari bawah sampai ke atas. Dengan sekali gerakan tangan Nayra tulisan itu menghilang, anggota klub misteri hingga tercengang begitu juga keluarga Heni.

Nayra tersenyum manis memandang Heni. "Semalaman ia menganggu?"

"Iya."

Nayra menggosokkan tangannya kemudian menaruhnya di mata Heni.
"Sejuk," ucap Heni tersenyum. Cekung di matanya menghilang.

"Ibu, saya dan teman-teman minta izin menginap dan merekam semua kejadian hari ini, apa boleh?"

"Tidak, aku tidak mau," ucap Heni. "Aku tidak mau semua orang tahu kalau aku sakit."

"Terkadang makhluk itu akan tertangkap oleh kamera, sehingga kita tahu seperti apa bentuk mereka," ucap Rio.

Cukup lama Heni berpikir, tapi ia berharap keluarganya dapat melihat betapa buruknya muka hantu itu, Heni dan keluarga setuju Nayra menginap dengan kamera yang sudah dipersiapkan oleh Damar. Dengan bantuan Rio tim KM memasang kamera di setiap sudut.

Sampai tengah malam makhluk itu belum juga datang, Nayra duduk bersila dan memejamkan matanya. Ia menggerakkan jarinya ke lantai dan menggambar sesuatu yang tidak bisa di tebak itu apa. Yang akhirnya memancing makhluk jelek itu datang. Terdengar bunyi angin yang bertiup tapi tidak ada udara yang masuk,bulu kuduk mulai berdiri. Suara meraung marah membuat orang di dalam rumah bergidik ngeri suaranya berat dan keras.

"Jangan ganggu pengantinku, Arg!" teriak makhluk yang disebut gondoruwo.

Nayra terkekeh. "Sembarangan kamu, ia manusia, menikah lah dengan sebangsa kalian. Mau pergi sendiri atau kaki tanganku yang akan mengusir kamu!" Marah Nayra.

Makhluk itu berteriak hingga kamar merasakan getar serupa gempa kecil, orang yang berada di kamar memekik, melihat Nayra yang tak goyah membuat makhluk itu marah dan bersuara nyaring hingga memekakkan telinga sehingga semua orang menutup telinga.

Gemuruh mulai bersahutan di kamar, hanya di dalam kamar tidak terdengar sampai ke luar. Nayra mulutnya bergumam, makhluk itu berteriak. Setiap teriakan mampu membuat duduknya Nayra bergeser beberapa inci. Nayra bertarung dengan tenaga dalamnya hingga keluar darah di hidung dan telinganya. Rio mendekat dan membasuh darah Nayra. "Kamu tidak apa-apa?"

"Aku baik-baik saja, Ka." Matanya sudah memerah, raut wajahnya juga sudah menyeramkan seperti perpaduan Nayra dan kucing besar.

"Kamu yakin?" Nayra mengangguk.

Nayra menarik napas panjang, tubuhnya menghangat, lalu keluar asap tak ada api dari tubuh Nayra dan erangan hewan buas.

"Wah, kekuatan Nayra semakin besar," bisik Damar pada Dewi dan Dina.

Hingga akhirnya letupan terdengar di belakang rumah, di susul suara erangan kesakitan dan makhluk itu terjatuh.
"Sayang, aku mencintaimu. Aku akan kembali," ucap mahluk itu dan menghilang.

Nayra (Pemilik Netra Merah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang