21. Roh.

143 21 3
                                    

Siang itu, panas matahari begitu terik. Para pelajar di sekolah di mana Nayra belajar sampai memakai cream untuk melindungi kulit mereka.

"Nayra pakai ini ya?" Dewi mengusap tangan Nayra dengan cream yang ia pakai tadi.

"Harum."

"Iya. Papih yang belikan."

Nayra tersenyum karena Dewi terlihat bahagia atas Kepulangan papihnya yang sudah cukup lama tinggal di Jepang.

Ya, Dewi dan Dewa keturunan Jepang Indonesia. Tapi, bukan dari Om Daru melainkan Neneknya Daru.

Sama dengan Nayra, silsilah nenek moyang Nayra juga berasal dari Indonesia Jepang oleh karena itu dirinya bisa bertemu Dewa tengu.

Sejujurnya, Nayra merasa ada yang aneh saat papihnya Dewi pulang. Ada udara dingin di sekeliling tubuhnya saat Nayra berjabat tangan dengan Daru, seperti ada roh yang ikut.

Suara bel berbunyi, tanda jam sekolah berakhir. Dewi segera menarik Nayra keluar kelas sehingga damar dan Dina ikut mengejar mereka menuju klub misteri. Klub yang berdiri karena Damar, murid penakut tetapi suka akan tantangan.

"Tunggu!" Teriak Dina yang kalah berlari.

Mereka bertiga tentu saja mulai melambat karena cuaca panas membuat tenggorokan mereka haus dan keringat bercucuran.

"Ka Rio!" Damar memanggil ketika melihat Rio keluar dari kelasnya.

Pemuda itu hanya mengangkat tangannya kemudian kembali bicara dengan teman kelasnya.

"Oke!" Jawab Rio ketika temannya memilih untuk lebih dulu pergi.

"Maaf, Ka Rio. Hari ini aku dan Nayra di jemput ka Dewa."

"Tumben."

"Papihku sudah kembali karena itu kami ada acara makan bersama."

Rio melihat ke arah Nayra, seperti memberi syarat apakah ucapan Dewi itu benar.

Nayra juga seperti mendapatkan sinyal yang diberikan Rio kemudian mengangguk singkat dan kembali melihat ke arah Dewi.

"Kalau begitu aku juga pulang."

"Loh, kita belum up cerita mengenai Iwan dan warungnya loh, kok bubar semua." Protes Damar.

"Ada Dina tuh, Dam, jangan manja."

"Bukan manja, Dewi, aku sama Dina sama-sama penakut bagaimana menulisnya kalau tiba-tiba makhluk pohon itu datang sekedar melihat."

Dina segera memukul Damar.

"Aduh! Apaan sih, Dina." Kesal Damar.

"Kalau ngomong dijaga, kamu pikir sekarang aman kalau ngomongin hantu?"

Damar segera menutup mulut sedangkan Nayra terkekeh.

"Nah.... Tambah lagi nih anak ketawa gitu." Protes Dina.

"Sudah, sudah, bubar saja, besok lagi." Ujar Rio.

Dewi dan Nayra mengangguk tanda setuju dan segera meninggalkan sekolah sambil mengobrol berlima menuju gerbang sekolah.

"Nay!" Teriak pemuda memegang helm pink dengan telinga kucing yang menempel di helmnya.

"Siapa tuh?" Tanya Dina.

"Seperti ka Deden." Ujar Dewi sambil menyipitkan mata.

"Iya bener." Ucap Nayra. "Itu ka Dewa." Sambung Nayra ketika melihat Dewa muncul dengan es teh Solo yang baru buka di depan sekolah.

Dewi langsung berlari menghampiri karena ingin menyedot es milik Dewa, Nayra dan yang lainnya pun mendekat.

Deden mendorong helm ke tangan Nayra ketika mereka sudah saling mendekat. "Hari ini spesial ngojekin Nayra." Ujar Deden tersenyum.

Nayra (Pemilik Netra Merah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang