12. Pagar rumah biru

228 20 4
                                    

Setelah menjelaskan apa yang di lihat oleh Nayra, Adam menawarkan diri untuk membantu meneliti kemana perginya makhluk yang senang tertawa itu. Nayra menunjukkan rumah terakhir yang dihinggapi oleh wanita itu.

Adam curiga sesuatu terjadi oleh penghuninya yang sudah satu minggu tidak ada kabarnya, secara kebetulan Joni dan kawannya datang dari kejauhan kemudian menyapa Nayra dan Adam.

"Ada apa, Om?" Joni sempatkan bersalaman dengan Adam yang di ikuti kedua temannya.

"Ini, saya sudah lama tidak melihat orangnya."

"Hay, Nay." Joni tersenyum yang di balas dengan senyuman kembali oleh Nayra.

Joni menghampiri rumah tersebut lebih dekat lagi, bahkan tangannya hingga menyentuh pagar besi berwarna biru. "Ari iye imahna pak Arto lain?" tanya Joni pada kedua temannya yang ikutan menoleh ke dalam rumah tersebut.

"Enya, nu jelemana sok mamarahan bae," jawab Hasan.

Nayra semakin penasaran dan ikut mendekat bahkan menyentuh pagar besi rumah pak Arto yang di sebut Joni, Nayra bergumam banyak mantra dengan mata yang memerah membuat ke empat orang di sana menarik tubuh Nayra yang seketika tidak sadar sampai Nayra menggelengkan kepalanya sehingga sadar kembali.

"Pak Arto." Nayra menggoyangkan pagar rumah tersebut dengan sangat kuat, membuat yang lainnya menjadi panik.

"Ada apa, Nay?"

"Entahlah, orang yang di dalam terlihat sesak napas ," jawab Nayra.

Joni melebarkan mata kemudian memerintahkan Hasan untuk memanggil warga setempat sedangkan dirinya menaiki pagar rumah tersebut yang di gembok dari dalam.

"Joni, Kamu hati-hati," ucap Adam. Yang di anggukan oleh Joni. Kemudian satu temannya lagi ikut naik dan melompat gesit. Rumah itu tampak gelap luar dan dalamnya tak ada sedikitpun cahaya. Joni sampai meneranginya dengan cahaya dari ponsel.

"Tak bisakah kalian membukanya?" Pinta Nayra menunjukkan gembok pada Joni.

"Coba di ketuk pintunya." Adam memerintahkan teman Joni yang bernama Agus.

"Misi, Pak. Assalamualaikum!" Teriaknya sambil mengetuk.

Suara cekikikan itu kembali terdengar oleh Nayra hingga Nayra melangkah mundur beberapa langkah untuk mencari sumber suara itu, Adam hingga menoleh dan bertanya.

"Kenapa, Nay?"

"Suaranya terdengar lagi."

Joni dan Agus sampai saling menoleh, heran suara siapa yang di dengar oleh Nayra sedangkan mereka berdua tidak mendengar apapun. Beberapa orang datang bersama Hasan.

"Assalamualaikum, pak Adam," sapa seorang pria yang berusia tidak jauh dari Adam. Mereka saling berjabat tangan.

"Waalaikumsalam."

"Ada apa ini?"

"Maaf, kami mendahului sampai anak berdua itu melompati pagar karena sepertinya orang di dalam sedang dalam masalah."

Warga itu ikutan menoleh ke dalam bersama warga lainnya yang kini mulai berdatangan satu persatu karena keramaian yang di buat oleh Joni dan temannya. Nayra menyentuh kembali pagar rumah tersebut karena perasaannya mulai tidak menentu apa lagi suara tertawa itu semakin lirih.

"Ka Joni, sebelah sana." Tunjuk Nayra ke arah ruang sebelah kirinya. Joni mengangguk dan menyorot ruangan itu dengan cahaya ponselnya.

"Ada!" Teriak Agus yang sadar ada orang di dalam.

"Iya betul." Joni kini menimpali.

"Om, cepat! Napasnya sudah mencekik."

Adam mulai menaiki pagarnya kemudian bersama-sama mendobrak pintu rumah tersebut. Warga yang lain mencoba membuka pagar biru dengan meminta bantuan warga sekitar menggunakan linggis dan palu.

Nayra (Pemilik Netra Merah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang