3. Datanglah

283 42 4
                                    

Semua orang yang berada di ruang UGD terheran ketika lima orang pria dan salah satunya menggendong kucing hitam menemui seorang gadis yang terbaring dengan kain kafan membalut tubuhnya.

Orang yang berada di ruang UGD tambah heran dan bertanya-tanya ketika dokter jaga dan dua orang perawat menjauhi pasien atas permintaan polisi, dua diantara yang mereka pikir adalah kerabat menutup tirai pasien wanita yang usianya sekitar enam belas tahun.

"Nayra, milikmu ingin kembali, terimalah." Pria Jepang melihat kearah kucing yang digendongnya.

"Sebenarnya aku tidak ingin mereka kembali. Tapi, aku harus mencari mereka yang terus menerus mengganggu hidupku." Suaranya serak dan terbata.

Tatsuo mengangguk. "Manis, lakukan tugasmu." Tatsuo menaruh tubuh manis yang terkulai lemas ke pangkuan Nayra. "Kamu siap Nayra?" Nayra mengangguk pelan.

Tatsuo mundur setengah langkah, menunjukkan jari ke arah kucing hitam yang terbaring di atas tubuh Nayra. Nayra memejamkan mata dan mengatur napasnya.

"Junita masuklah," Perintah Tatsuo. Asap tipis tanpa api menyerupai harimau benggala keluar dari mulut si manis. Semua orang mundur selangkah.

"Jangan khawatir, dia tidak akan melukai kita," ucap Tatsuo.

Asap itu masuk kedalam tubuh Nayra melalui mulut dan hidungnya, mata Nayra terbuka dengan bola mata kanannya yang merah dengan pupil memanjang serupa mata kucing.

Si manis bangkit meski terlihat susah payah untuk berdiri, manis mendengus dan menjilati pipi Nayra sebanyak lima kali kemudian tubuhnya membesar sedikit demi sedikit di atas tubuh Nayra. Tubuhnya menjadi transparan ketika berubah menjadi membesar, kucing itu menjadi seekor jaguar hitam dengan mata yang berwarna kuning. Nayra masih membeku sejak benggala masuk ke tubuhnya, jaguar juga ikut masuk ke tubuh Nayra dengan cara yang sama seperti benggala.

Nayra memejamkan mata kembali seperti orang yang sedang tertidur. Namun, di bawah alam sadarnya mereka sedang berkomunikasi.

"Terima kasih." Nayra berbisik.

"Bukan masalah, Nayra. Memang belum saatnya malaikat maut menjemputmu, ucap Junita benggala betina yang kini menyerupai seorang wanita.

"Sejak kapan kalian berdua berada di dalam tubuhku?"

"Aku milikmu sejak lahir yang di bawa kakek moyangmu, sedangkan jaguar hitam ini datang setelah pria berhidung panjang itu menutup netra merah mu."

"Hidung panjang? Maksudmu Dewa Tengu milik biksu Urabe?"

"Betul, tapi dia memang milikmu yang belum bangkit."

"Bagaimana masa laluku, Junita?"

"Baiklah, sudah saatnya kamu mengetahuinya."

Puluhan tahun lalu, Kakek buyut Nayra yang berasal dari Jepang datang ke Indonesia. Mungkin kakek buyutnya ikut menjajah negeri ini demi mendapatkan rempah yang melimpah atau untuk menguasai negeri yang subur ini.

Kakek buyut Nayra menetap di Banyuwangi dan menikahi gadis pribumi keturunan suku Osing, mungkin saat kalah dahulu beliau tertinggal dari pasukannya yang kembali ke negaranya.

Konon katanya, kakek buyut Nayra selamat dari para prajurit Indonesia karena roh pelindung di tubuhnya, benarkah? Nayra rasa kakek buyutnya hanya beruntung saja. Akan tetapi cerita itu menjadi turun temurun hingga yang di maksud itu ada dalam dirinya, dan dia tidak sendiri.

Entah ada kesepakatan apa antara Kakek buyutnya dengan roh pelindungnya hingga memiliki perjanjian kalau anak pertamanya akan memiliki roh pelindung juga. Roh pelindung akan pergi dari tuannya kemudian pindah untuk menemani keturunan pertama lainnya. Begitu juga dengan Nayra nanti, Nayra akan kembali manjadi manusia biasa dan anaknya yang akan menjadi penerusnya.

Keluarga Nayra sangat terkenal hingga  turun temurun. Kelebihan keluarganya berbeda-beda setiap generasinya. Ada yang sebagai dukun menyembuhkan atau mengirim. Ada juga yang hanya meramal masa depan.

Nayra terlahir dengan mata kanannya yang merah, membuat orang tua Nayra harus menyembunyikan Nayra dari dunia luar. Saat Nayra berusia delapan tahun kelebihannya muncul lebih cepat dibandingkan orang terdahulunya yang harus berusia baligh, orang tuanya melatih Nayra untuk mempelajari kegiatan perdukunan tersebut. Tapi, Nayra menolak karena dia ketakutan setiap kali melihat makhluk halus berada di sekitarnya.

Dengan bantuan orang tuanya yang memang mendalami ilmu hitam mulai mengajarkan secara perlahan dalam hal mengobati orang non medis. Ternyata kekuatan Nayra itu lebih dahsyat dari pada para pendahulunya.

Hari itu saat bulan purnama datang, beberapa dukun membuat ritual untuk mengalahkan dan menguasai roh pelindung yang ada di tubuh Nayra. Orang tua Nayra merasakan niat jahat rivalnya. Nayra yang kala itu belum bisa menguasai kekuatannya membuat perisai untuk melindungi keluarganya.

Pertempuran tanpa menyentuh akhirnya terjadi, keluarga Nayra kalah. Orang tua Nayra terkulai lemas dengan darah hitam yang keluar dari mulutnya. Suara letupan membuat para warga dusun Kedaleman Kemiren mendatangi rumah Nayra yang berada di kaki bukit.

Kepala dusun dan warga tidak menemukan Nayra di dalam rumah, jejak kaki membawa para warga untuk terus masuk ke dalam hutan dan menemukan Nayra di sana. Orang tua Nayra di nyatakan tewas.

Dua bulan Nayra mengurung diri, makan dan minum di sediakan oleh warga setempat, lambat laun Nayra pulih dalam keterpurukannya, ia pun dapat mengobati orang yang datang padanya. Sampai suatu hari rumah Nayra tidak bisa lagi dimasuki orang seperti ada perisai yang melindungi rumahnya, warga hanya berteriak memanggil nama Nayra dari luar tapi tak ada jawaban. Dan Nayra menghilang selama dua tahun lamanya.

Kecelakaan yang membuatnya koma mempertemukan dirinya dengan pria yang memiliki hati malaikat dan juga keluarga besarnya. Adam Cayapata, seorang dokter mata terkenal di Tangerang. Karena keunikan mata Nayra, Adam menjadikan Nayra anak angkatnya. Karena usianya yang masih muda dan belum menikah Nayra memilih memanggilnya Om Adam.

Nayra sempat kembali ke dusun kamiren bersama Dewa juga Adam, dengan bantuan Burhan yang sedang menyelidiki kasus kecelakaan Nayra yang mengalami amnesia.

Perisai rumah Nayra menghilang ketika Nayra datang, Nayra membakar habis rumahnya, para jin yang terkurung di lepaskan, barang pusaka pun dimusnahkannya.

"Aku meninggalkan dusun, karena mengejar suara yang setiap malam selalu memanggilku," ucap Nayra.

"Aku sudah memintamu untuk tidak mengikutinya tapi kamu bersikeras untuk terus mengikutinya."

"Bagaimana bisa aku menolaknya, jika suara itu berhubungan dengan kematian orang tuaku."

"Nayra," ucap Adam pelan.

Nayra membuka mata dan tersenyum. "Aku baik-baik saja, Om."

"Alhamdulillah." Adam mencium kening Nayra dan memeluknya.

Setelah melakukan beberapa pemeriksaan kesehatan, Nayra di pindahkan ke ruang rawat inap untuk melihat perkembangannya.

"Ka Rio," ucap Nayra berbisik dengan tangan yang ingin meraih Rio.

Rio mendekat dan meraih uluran tangan Nayra. "Terima kasih, kamu sudah kembali, Nayra." Rio tersenyum dengan mata berkaca, ia senang akhirnya mendapatkan kesempatan untuk berbicara lagi dengan gadis yang beberapa bulan ini menarik perhatiannya.

Nayra (Pemilik Netra Merah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang