Syahla menangis tergugu ketika Nayra turun dari mobil, ibu angkat Nayra itu memeluk bahkan menciumi pipi Nayra.
"Jangan pergi lagi, Nayra!"
"Maafkan Nayra, Tante."
Adam merangkul istrinya juga Nayra.
"Rio, menginap lah, kamu pasti lelah." Pinta Adam. Mereka segera pulang malam itu dan membutuhkan waktu lima belas jam setelah beberapa kali istirahat, Dewa dan Adam bergantian menyetir mobil.
"Te_" ucapan Rio terputus.
"Dia di rumahku saja, Om." Dewa menyambar ucapan Rio.
"Terima kasih, Ka." Rio tersenyum.
"Ayo, sayang." Ajak Adam kepada Nayra.
Rio memberi isyarat lewat senyumnya kepada Nayra, begitu juga Nayra.
"Terima kasih, Ka Dewa," ucap Nayra. Dewa mengangguk seraya tersenyum. Lalu Nayra naik ke atas menuju kamar, sedangkan Dewa menarik Rio untuk pulang ke rumahnya.
Nayra tidak langsung tertidur, di balkon kamarnya. Nayra membaca sesuatu dengan suara tulang yang beradu, mantra yang tidak di pahami yang pasti suara itu bukanlah bacaan dalam Al-Qur'an atau kalimat dalam bahasa arab.
Dengan mata terpejam kedua tangan ke atas dan mengepal, kepalanya menengadah. Nayra membuka mata perlahan seraya menunduk perlahan, tangannya yang mengepal terbuka. Kepalanya diangkat kemudian memandang lurus ke depan, matanya memerah.
Tangannya kini turun ke sampingnya dan mata merahnya kembali normal, Nayra tersenyum dan mulai masuk ke kamarnya.
Sepertinya Nayra telah memasang perisai di rumahnya, berjaga jika ada sihir yang hendak mencelakai keluarganya. Pengetahuan itu ia dapatkan setelah menyerap reruntuhan rumahnya.
Nayra duduk bersila di atas ranjang, mencoba masuk lebih dalam ke alam sadarnya. Tapi gagal. Nayra belum dapat memahami semua ilmu yang di milikinya secara singkat dan cepat, Nayra akan mencoba lagi nanti.
Keesokkan harinya, anggota klub misteri memarahi Nayra. Mereka kesal Nayra selalu bertindak semaunya.
"Maaf, ya teman-teman."
"Kamu itu, ya? Mm aku gemes pengen sentil telingamu." Marah Dina pada Nayra.
"Dewi, maafkan aku, ya?" Sejak tadi sepupunya itu mendiamkan Nayra. Nayra menarik tangan Dewi dan mengikatkan benang wol berwarna merah yang sudah dikepang oleh Nayra.
"Apa ini?"
"Kita harus tetap percaya kepada Allah, ya kan?" Mereka mengangguk sedangkan Nayra sedang mengikat simpul pada gelang wol buatannya yang kini melingkar di pergelangan tangan Dewi. "Ini seperti sebuah radar, semoga aku bisa tahu jika ada ilmu hitam menyentuh kamu."
"Nayra," ucap Dewi lembut bahkan matanya berkaca. Nayra tersenyum.
"Sekarang giliran kamu, Dina." Dina datang dan memeluk Nayra. Kemudian menyimpulkan benang wol yang sama. Nayra memakaikannya juga kepada Damar dan Rio. Ia juga akan mengikatkan tali wol itu pada orang rumah semuanya tanpa terkecuali.
Bagi Nayra, sahabat dan keluarganya adalah kelemahannya yang bisa saja di jadikan keuntungan bagi musuh, maka Nayra sudah bersiap mulai kini.
"Jangan jadikan benda ini sebagai pelindung kalian, kalian harus tetap waspada dan selalu beribadah pada tuhan."
"Kamu jangan hanya pikirkan kami, Nay. Pikirkan dirimu juga." Nasehat keluar dari mulut Rio. Nayra mengangguk seraya tersenyum.
"Apa klub misteri siap beraksi?"
"Kamu yakin, Nay?" tanya Damar.
"Iya."
Teman-temannya saling pandang, memberi isyarat satu sama lain, apa harus lanjut atau bubar.
"Gimana, Ka?" tanya Dewi pada Rio. Karena Rio senior mereka.
"Apa kalian yakin?" Rio membalikkan pertanyaan. Semua juniornya mengangguk. "Kita akan berurusan dengan Ka Dewa juga om Adam," ucap Rio.
"Musuhku sedang mencari kelemahanku untuk mendapatkan kedua makhluk yang ikut di tubuhku. Maksudku, kalau bukan kita pasti mereka juga akan bergerak. Dan akan melibatkan om Adam serta ka Dewa," ucap Nayra.
"Aku mengerti," ucap Rio.
Satu bulan lamanya, Nayra dan klub misteri tak melakukan apa-apa, mereka beraktivitas seperti manusia biasa. Sampai suatu hari Nayra bermimpi bertemu dengan seorang gadis yang bercumbu dengan makhluk menyeramkan.
Mimpi itu datang di setiap malamnya, Nayra bahkan membuat sketsa Wanita itu dengan Damar yang ahli menggambar seperti waktu membuat sketsa wajah adik dari Bu Ambar, guru mereka.
Wajah yang Damar buat tidak ada yang mirip dengan wajah para murid di sekolahnya.
"Mungkin harus lebih jelas, seperti usianya, pakaian yang ia kenakan, lingkungannya," ucap Rio.
"Entahlah, aku hanya memperkirakan usianya seumur dengan kita." Nayra mengingat-ingat mimpinya.
"Coba kamu share fotonya ke semua medsos dan tag kita, siapa tahu ada mirip." Kini Dewi memberi saran.
Malam berikutnya mimpi itu datang lagi, wanita itu sudah tampak sangat kurus karena diserap oleh makhluk jelek itu. Tubuhnya besar, hitam, bertaring dan aroma mulutnya yang bau busuk, tetapi wanita itu terlihat sangat menikmati setiap sentuhan si makhluk buruk rupa.
Nayra terbangun dari mimpinya, ia melirik sebuah seragam yang di gantung di dalam kamar si wanita, serta logo sekolah yang ia lihat di mimpi.
Nayra segera mengirim pesan pada Damar, meski mungkin Damar sudah terlelap tidur karena jam menunjukkan pukul tiga malam.
Pagi harinya, jantung Nayra berdegup kencang, bukan rasa takut tapi rasa getaran bahagia, Nayra belum tahu pasti ini apa. Kelebihan yang Nayra miliki sangat menakutkan. Matanya terus berkeliling mencari di mana rasa getaran ini semakin cepat.
"Ayo di makan, sayang." Syahla membuyarkan konsentrasi Nayra karena usapan lembut di kepalanya. Dan muncul getaran itu dari sosok Syahla.
"Jangan bilang?" ucap Nayra seraya saling pandang dengan Syahla yang tersenyum manis.
"Ada apa, sayang?" Syahla bingung dengan wajah Nayra yang menatapnya.
"Ada apa?" tanya Adam yang baru saja keluar dari kamarnya.
"Ah tidak," ucap Nayra menggeleng kemudian memakan nasi goreng buatan Syahla.
Nayra terus melirik ke arah Syahla, memandang seluruh wajah Syahla dengan intens. Sepertinya sinyal kuat berasal dari Syahla, rasa bahagia yang sangat besar.
Nayra melirik jam tangannya, sudah saatnya ia berangkat. Nayra mencium punggung tangan Adam dan Syahla, sentuhan tangan Syahla membuat senyum Nayra begitu lebar. Nayra meraih pergelangan tangan Syahla untuk memastikannya, ada denyut nadi kecil di sana.
Nayra memeluk erat Syahla yang masih duduk di kursinya. Sudah kebingungan sejak Nayra menyentuh nadi dipergelangan tangannya.
"Ada apa, Sayang? Kamu bikin Tante khawatir."
"Selamat, ya, Tante." Nayra mengecup pipi Syahla dengan kebingungan di wajah Syahla dan meninggalkan kedua suami istri itu sembari melambaikan tangan.
"Assalamualaikum, Nayra berangkat."
"Waalaikumsalam, hati-hati Nayra!" teriak Syahla.
"Waalaikumsalam, Nayra bilang apa tadi?"
"Dia bilang selamat. Tapi aku kan ga ulang tahun kok selamat ya? Sepertinya aku salah dengar," ucap Syahla.
Di sekolah Damar membuat sketsa logo sekolah yang Nayra berikan lewat WA, dan mencarinya melalui internet.
"Ketemu." Mereka semua tersenyum.
"Show time!" Kompak mereka seraya tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nayra (Pemilik Netra Merah)
HororNayra tidak pernah tahu apa yang terjadi pada dirinya sendiri, entah kenapa kelebihan ini jatuh pada dirinya dan entah mengapa sosok 'dia' ada di dalam dirinya. Tertabrak mobil, hilang ingatan bahkan selamat dari kematian. Nayra sempat berpikir apak...