Langit hampir senja ketika para pengantar jenazah tiba di pemakaman. Pria Jepang bernama Tatsuo menggendong dan mengusap seekor kucing hitam, berdiri menatap pemakaman dari kejauhan.
"Nayra, tunggulah sebentar lagi," monolog Tatsuo.
Polisi belum juga menetapkan tersangka dalam kejadian berdarah kemarin karena kurangnya bukti. Orang-orang yang melarikan diri tidak bisa dimasukkan ke daftar pencarian orang, lagipula cerita mereka tidak bisa diterima oleh pihak kepolisian.
Kucing hitam itu melompat saat para pelayat meninggalkan pemakaman, dia berlari ke arah makam, memutari makam kemudian mengendus tanah, dia menggaruk-garuk tanah makam dengan batu nisan bernama NAYRA. Pria Jepang itu hanya membiarkan kucing itu melakukan aksinya.
Di dalam tanah, mata merahnya terbuka, paru-parunya memompa napas. Oksigen yang dia dapat sangat sedikit karena berada di dalam ruangan sempit dan gelap. Hanya sekian detik kemudian matanya terpejam kembali dan napasnya terhenti.
"Belum waktunya, ya, Manis?" tanya Tatsuo.
Kucing hitam itu meringkuk dan matanya terpejam di atas makam dengan taburan bunga. Sedangkan Tatsuo meninggalkan makam dan berjalan kearah orang-orang tadi.
Kucing itu menjerit seperti yang tertimpa benda, dia melompat dan berlari melewati Tatsuo.
"Manis! mau kemana?" Teriak Tatsuo. Tapi, kucing hitam itu terus berlari meninggalkan Tatsuo, dan menghilang saat di tikungan. "Jangan bilang kalau tadi Nayra." Tatsuo berlari untuk mengejar manis, mendekati mobilnya dan melaju dengan kecepatan tinggi.
Jarak tempuh yang Tatsuo jalani membutuhkan waktu hampir tiga puluh menit, bendera kuning menghias beberapa tiang. Suasana rumah duka terlihat ramai banyak sanak keluarga dan kawan almarhumah untuk takziah.
Nayra sosok gadis yang tidak banyak bergaul karena khawatir dengan pandangan orang lain terhadapnya, tetapi tanpa dia sadari banyak orang yang merasa hidupnya beruntung. Ledakan di sekolah kala itu bisa saja merenggut nyawa mereka, karena kegilaan Nayra membuat mereka mengikuti langkahnya untuk meninggalkan gedung sekolah. Mereka berterima kasih setelahnya.
Beberapa dari mereka juga ada yang lolos dari ilmu hitam dan ada juga yang tidak selamat karena ilmu lawan lebih kuat. Tetapi, keluarga korban sangat berterima kasih karena Nayra tidak menyerah saat itu.
Sementara, beberapa menit sebelum si manis berlari dan menghilang.
Napas terasa sesak ketika seorang gadis membuka mata untuk yang kedua kalinya gelap dan pengap, wajahnya menyentuh tanah basah. Jantungnya berdebar sangat kencang karena gadis itu merasa ketakutan karena tubuhnya terhimpit tanah.Dengan ruang terbatas ia berusaha mendorong tanah itu agar dapat bergerak akan tetapi dia mulai kehabisan tenaga karena oksigen yang ia hirup benar-benar tidak ada.
Matanya memerah dan gadis itu memekik dengan suara berat diakhiri suara kucing yang menjerit seperti ekornya terinjak.
Gadis itu berlari dengan kencang melewati jalan dan melompat bebas di tembok dan atap tanpa khawatir jatuh, padahal gadis itu jelas-jelas takut ketinggian. Gadis sampai di depan rumah besar yang ia kenali.
Adzan Maghrib berkumandang, gadis itu hanya bisa mondar-mandir saja di depan rumahnya. Setelahnya banyak orang asing dan juga beberapa orang yang dirasa familiar mulai berdatangan setelah sholat Maghrib di masjid tidak jauh dari rumah besar itu.
Di luar pagar ada beberapa karangan bunga yang membuat gadis itu membuka matanya karena terkejut. Karangan bunga berasal dari rumah sakit ternama di Tangerang menuliskan sebuah nama di sana.
"Turut berdukacita atas meninggalnya Nayra Fusena Cayapata"
"Aku sudah meninggal, apa ini?" ucap gadis itu dalam hati.
Gadis itu mulai masuk ke dalam pekarangan rumah, tetapi semua orang terlihat tidak perduli padanya. Bahkan di garasi banyak ibu-ibu sedang memasak. Gadis itu terus masuk ke dalam rumah.
Sofa panjang yang harusnya berada di ruang tamu tiba-tiba saja tidak ada, hanya beberapa karpet dan tikar menutupi lantai yang mulai diduduki para tamu. Gadis itu terus masuk semakin ke dalam menuju ruang tengah yang hanya disekat dengan bufet putih tinggi dan cantik.
Gadis itu menemukan orang yang dia sayangi, tetapi dia sedang bersedih bahkan matanya membengkak. "Dewi!" Gadis itu kebingungan. "Tunggu aku baru saja berbunyi ngeong?"
Dewi nama yang di sebutnya barusan menatap ke arah si gadis. Tapi, mbak Siti malah mengusirnya dengan kain. Membuat gadis itu kesakitan dan berlari keluar rumah.
Tubuhnya terpantul di body mobil yang terparkir. "Tunggu, aku seekor kucing hitam? Bagaimana bisa terjadi." Karena terkejut dan panik gadis itu berlari menjauhi rumah. Baru saja gadis itu hendak keluar dari gang, seseorang mengangkat tubuhnya.
"Jangan pergi, kucing nakal. Kamu membawa Roh Nayra dalam tubuhmu," ucap Tatsuo yang langsung mengejar ketika melihat kucing itu keluar dari rumah Nayra.
"Tuan Tatsuo, ini aku tolong aku!" Gadis berteriak. Tapi, suara yang keluar justru meongan.
Tatsuo memasuki rumah yang penuh dengan tamu, dia memaksa masuk dengan mengetuk pintu. "Permisi!" ucap Tatsuo membuah semua orang berhenti saat hendak memulai membaca tahlil. "Maaf Pak Adam, Nayra masih hidup." ucap Tatsuo.
"Terima kasih, Tatsuo," ucap gadis dengan mengeong.
Gadis itu melihat Dewa bangkit dari duduknya berhimpitan dengan para tamu sepertinya dia mengenali tuan Tatsuo.
"Kau orang jepang itu, Bukan?"
"Betul."
"Apa maksudmu Nayra masih hidup?
"Dia mati suri, kita harus bergegas," ucap Tatsuo.
Suara orang berlari datang dengan tergesa-gesa. Kucing di pangkuan Tatsuo mengendus. "Ka Rio, Ka Rio juga datang."
"Tuan Tatsuo!" Napas Rio tersengal.
"Rio."
"Kemana saja anda?"
"Maafkan aku, aku harus menyembunyikan Benggala dan jaguar dari mereka."
"Ka Dewa. Maaf, Nayra datang padaku dan dia masih hidup," ucap Rio.
"Om Adam!" Kucing itu mengeong lagi. Ketika melihat Adam berdiri di dekat Dewa.
"Dia memang masih hidup, sekarang berada di dalam kucing ini." Tatsuo memastikan Adam. Tetapi mereka tidak langsung percaya.
"Kalian jangan bercanda dengan nyawa seseorang!" Adam tampak marah.
"Om, ini aku, Nayra." Semua orang menatapku yang mengeong dengan keras.
"Aku pastikan dia masih hidup, Pak Adam. Tapi, kita harus bergegas, Nayra akan segera kembali ke tubuhnya."
"Ayo, cepat Om, ka Dewa." Kucing itu mengeong lagi dengan keras seperti kucing yang sedang berkelahi.
Kucing itu melompat lari keluar rumah dengan cepat, kucing itu terdiam sebentar melihat ke belakang tidak ada yang mengejar, kucing itu segera berlari kembali karena waktunya akan tiba.
Kucing itu menunju pemakaman, mondar-mandir memutari makam kemudian mengendus tanah.
Sebuah cahaya menyilaukan mata gadis di dalam tanah, kembali ke tempat pengap dan gelap, bahkan seekor tikus besar baru saja melewati tubuhnya. Lalu menjerit karena takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nayra (Pemilik Netra Merah)
TerrorNayra tidak pernah tahu apa yang terjadi pada dirinya sendiri, entah kenapa kelebihan ini jatuh pada dirinya dan entah mengapa sosok 'dia' ada di dalam dirinya. Tertabrak mobil, hilang ingatan bahkan selamat dari kematian. Nayra sempat berpikir apak...