16. Aura jahat

215 27 3
                                    

"Ka Rio, suka aku, ya?"

Kalimat Nayra begitu saja keluar dari mulutnya, debaran hati Rio terdengar oleh Nayra.

Tentu saja pipi Rio merona apa lagi di tatap sedemikian rupa oleh Nayra, Rio segera memejamkan matanya, ia sadar jika bisa saja debaran jantungnya di dengar oleh Nayra.

Rio melepaskan tangannya dari kepala Nayra, dengan cepat Nayra menahan tangan Rio agar tetap dipucuk kepalanya.

"Kenapa tidak menjawab?"

"Kamu sudah tahu, kan jawabannya?"

Nayra melonggarkan tangannya membebaskan tangan Rio dari kepalanya. Sikap Rio yang terlalu perhatian dengannya tentu saja Nayra tahu, bahkan yang lain juga.

Tapi, bukan itu yang Nayra mau. Tentu saja ungkapan perasaan yang Nayra butuhkan, tidak dipungkiri ia juga sangat jatuh hati dengan Rio sebagai wanita biasa, jantungnya sempat berdebar ketika wajah Rio lah yang ia lihat pertama kali ketika bangkit dari kubur.

Selama ini Nayra sadar jika hal itu tidaklah mungkin, bagaimana bisa mereka menjalani hubungan, dirinya bukanlah manusia begitulah menurutnya.

Nayra merasa dirinya tidaklah normal, berkali-kali berhadapan dengan kematian, tuhan pun sepertinya enggan menerimanya karena ia harus kembali hidup, bahkan di tubuhnya bersarang Jin. Pastilah Rio takut akan hal itu, begitulah yang dipikirkan Nayra. Ia tidak ingin menebak meskipun tebakan itu tentu benar.

"Kenapa tidak menjawab?" tanya Rio yang melihat Nayra tertunduk.

"Tidak ada yang harus aku jawab, Ka." Nayra turun dari ranjang.

"Kamu mau kemana?"

"Aku sudah baik-baik saja."

Rio menarik tangan Nayra dan mendekapnya dari belakang.

"Ya, aku suka padamu, sudah sejak lama. Tapi, aku harus berhadapan dengan ka Dewa juga om Adam, pasti mereka tidak mau orang kesayangannya aku miliki."

Nayra tersenyum mendengar detakan jantung Rio, itu adalah kejujuran, Nayra juga mendengar suara langkah kaki yang mendekati mereka.

"Ka Dewa datang," ucap Nayra pelan.

Rio segera melepaskan pelukannya tepat saat Dewa membuka tirai di ruang UGD.

"Kamu mau kemana?" tanya Dewa.

"Aku sudah baik-baik saja, ka, aku mau pulang."

"Kamu yakin?" Nayra mengangguk. "Baiklah, ayo kita pulang."

"Tinggalkan saja pesan lewat WA, tidak usah menganggu om Adam dan tante Syahla."

Dewa mengangguk mengiyakan seraya menatap ke arah Rio, ia mencurigai tingkah keduanya, pasti telah terjadi sesuatu.

Mereka bertiga kembali ke rumah, Dewa akan mengantarkan Rio pulang terlebih dahulu.

Nayra mengenang pertemuan pertama kalinya dengan Rio di rumah ini, saat itu ia dipertemukan dengan sepasang kekasih yang dipisahkan oleh kematian.

Tetapi, sesuatu yang aneh dapat Nayra rasakan ketika mobil Dewa berhenti di halaman rumah Rio, ada aura negatif berada di dalam rumahnya. Nayra bahkan membuka jendela mobil dan mengeluarkan tangannya, ia merasakan telapak tangannya terasa dingin dan lembab, rasanya seperti tangan yang di rendam di dalam adonan.

"Ada sesuatu," ucap Nayra dalam hati. Nayra menahan Rio untuk membuka pintu dengan memegang bahunya dari belakang kemudi. "Ka Rio?"

Tentu saja pemilik nama menoleh ke arah Nayra dengan tatapan penuh tanya, karena sejak tadi Nayra duduk terdiam di belakang membuat Dewa terkadang mencuri pandang ke arah keduanya.

"Tinggal dengan siapa di rumah?"

"Hanya aku dan para pekerja yang sudah lama ikut dengan kakek."

Rio yang ditanya merasa bingung dan menatap Dewa yang duduk di sebelahnya. "Ada apa, Nay?"

"Tidak ada, Ka." Nayra tersenyum. Kemudian bersandar dengan terus menatap ke arah rumah. Nayra sedang mengukur seberapa besar bahaya yang akan terjadi karena aura yang ia dapat sangat kuat.

"Aku harus masuk," ucap Nayra membuka pintu mobil.

Sikapnya yang grasak grusuk membuat Rio dan Dewa dengan cepat ikut keluar dari mobil.

"Ada apa, Nay?"

Nayra tidak menjawab, matanya terpejam sebentar kemudian terbuka dengan netranya yang sudah memerah di mata kanannya. Ia sedang menyoroti seluruh rumah mendiang kakek Rio.

"Aura ini baru saja ada, waktu aku datang takziah kakek ini belum ada." Nayra terus meracau tidak jelas. "Dia datang sendiri, atau ada yang membawanya?"

Rio dan Dewa saling menyelidikinya dengan tingkah Nayra yang berbicara sendiri.

"Ini bukan kakek, atau Anita," ucap Nayra lagi.

"Ini jahat, dan akan meminta tumbal." Langkah Nayra terhenti. Jantungnya berdebar takut, kematian. Siapa yang di suruh mati?

Nayra memutar tubuhnya, memandang seluruh tubuh Rio yang belum tersentuh aura tersebut. Ia juga melihat gelang di tangan Rio, gelang yang ia buat.

"Ada sesuatu di rumah ini," ucap Nayra. Rio harus tahu agar ia waspada.

"Apa maksud kamu, Nay?"

"Ini semacam ilmu hitam yang meminta kematian."

"Ardi dan menantu ibu Mira?" ucap Dewa. Nayra mengangguk. "Lalu, siapa yang harus mati di rumah peninggalan kakek Rio?"

Rio terlihat pucat, ia terkejut mungkin saja orang yang di maksud Nayra adalah dirinya.

"Apa ini soal warisan?" Dugaan muncul di benak Dewa.

"Bisa jadi, ucap Nayra singkat kembali memutar tubuhnya menghadap rumah peninggalan Kakek Rio.

Nayra dapat merasakan aura itu hanya berada di dalam rumah Rio, bisa jadi mahluk itu ada di dalam rumah Rio saat ini. Nayra mengangkat tangannya menyentuh knop pintu dan merasakan kekuatan yang sangat tinggi hingga kepala Nayra menenggak pelan.

"Kita harus masuk."

Dewa dan Rio mengangguk, Rio menyentuh knop pintu juga menyentuh tangan Nayra yang masih berada di knop pintu. Rio merasa gadis itu akan menjaganya.

Ketika pintu dibuka aroma busuk dapat Nayra terima di indra penciumannya, sungguh hebat kekuatan yang diminta jika urusannya dengan nyawa.

Manusia menjadi hilang akal jika urusannya dengan tahta, harta dan cinta. Manusia akan melakukan apa saja bahkan menghalalkan segala cara agar yang ia inginkan dapat ia miliki.

Manusia juga akan bekerjasama dengan jin untuk melukai seseorang dengan santet, teluh ataupun guna-guna.

Santet dan teluh digunakan dari jarak jauh menggunakan media alat, yang berbahaya adalah guna-guna karena pelaku akan menggunakannya dari jarak dekat melalui makanan dan minuman. Dan bisa saja aura ini di lakukan dari jarak dekat seperti Guna-guna.

"Ka Rio, sebaiknya kamu tidak tinggal di sini untuk beberapa hari."

"Kenapa?"

"Ilmu sihir yang mereka gunakan sangat kuat, dan dikerjakan langsung dengan tangannya sendiri."

"Aku tidak mengerti."

"Orang itu menggunakan guna-guna, dan akan langsung bekerja melalui makanan, minuman, dan aroma. Nayra sudah mencium aroma busuk di dalam rumah ini."

"Maksud kamu, ada orang rumah yang ingin mencelakai aku?"

"Aku tidak tahu, ka. Tapi, bisa saja orang itu meminta orang yang ada di dalam rumah Kaka, untuk mencelakai Kaka."

Rio menerka- nerka siapa orang yang menginginkan dirinya mati dan apakah ka Dewa benar kalau ini perkara warisan?
.
.
.
BERSAMBUNG.
.
.
.

MAAF, YA PLEN. AKU TIDAK UP HAMPIR DUA MINGGU, KENA FLU BERAT SETELAH MERAYAKAN HARI KEMERDEKAAN KEMARIN.

TETAP SETIA YA, PLEN 💜💜💜

Nayra (Pemilik Netra Merah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang