-PROLOG-

10.5K 848 79
                                    

Happy Reading Guys..

Jangan lupa VOTE and COMMENT nya..

CMIIW Ya^^
------------💜

"Zaid Ozora Abimana." 

Teriak seorang lelaki dengan smrik di wajahnya.

Remaja lelaki yang merasa namanya di panggil menoleh dengan amarah mencuak, kemudian langsung bergegas menghampiri orang yang tadi memanggilnya.

BUGHHH

BUGHHH

BRAKKK

BUGHHH

Tanpa sepatah kata ia langsung menikam lelaki malang itu tanpa ampun, memberinya beberapa pukulan dan membantingnya ke atas meja kantin.

Hal itu membuatnya menjadi pusat perhatian karena telah mengacaukan jam istirahat murid murid di sekolah Tribunas.

"Haha, kenapa? Gue salah apa?" Tanya lelaki itu yang memang sengaja memancing amarahnya.

"Zor, udah Zor." Lerai salah satu sahabatnya.

"Gue peringatin sama lo, jangan pernah manggil gua pake nama itu." Jelas Zora dengan tegas, wajah dingin yang terpadu dengan mata tajam itu membuat lelaki yang tadi memanggilnya sedikit merasa takut.

"Udah Zor, ayo kita pergi aja." Ajak sahabatnya yang lain.

Remaja yang di panggil Zora itu adalah Zaid Ozora Brawijaya, anak lelaki kecil yang dulu cadel dan selalu ceria kini menjadi sosok lelaki dingin yang kejam.

Ia membenci semua orang yang memangilnya dengan akhiran nama Abimana dan bahkan tak segan akan menghabiskan orang tersebut dengan tangannya sendiri.

Kehidupan bahkan kepribadiannya berubah semenjak kejadian menyayat hati itu terjadi bahkan secara langsung di depan matanya.

Ketiga remaja laki laki itu melanjutkan langkahnya menuju sebuah roof top yang menjadi tempat favorite bagi anak anak bringas dengan cap brandalnya.

"Rain, temen lu nanti sibuk ga? Yang lain pada ngajak ngumpul soalnya."

Lelaki yang di panggil Rain itu adalah Rainer Ahmed Aciel yang merupakan salah sahabat Zora semenjak ia memasuki taman kanak kanak.

Begitu juga dengan Naqi Albirru yang juga merupakan sahabatnya, mereka bertiga di pertemukan di sebuah ayunan taman kanak kanak yang menjadi saksi suramnya wajah Zaid yang kini di panggil Zora, sehingga kala itu banyak anak anak lain yang menghindarinya dan bahkan tak mau berteman dengannya.

"Zor, lu sibuk ga nanti?" Tanya Rainer.

Sedangkan lelaki yang di tanya masih terdiam sambil menatap bangunan bangunan tinggi yang berjejer sambil menikmati hembusan angin sejuk yang menerpa kulitnya.

"Zora." Panggil Albi sambil menghampirinya.

Zora hanya mengangguk sekali, dan hal itu membuat sahabatnya memutat bola mata malas.

"Itu mulut lo lumutan deh lama lama kalo ga di pake ngomong." Kesal Reiner yang juga menghampiri kedua sahabatnya di perbatasan roof top.

"Sibuk." Jawabnya singkat.

"Yah, padahal anak anak pengen ngumpul lengkap." Keluh Albi.

"Iya nih, emang urusan kantor lo masih banyak?" Tanya Rainer.

Lagi lagi Zora hanya mengangguk singkat. "Nanti gue nyusul." Ucapnya yang membuat kedua sahabatnya itu bertos ria.

Semenjak memasuki sekolah menengah atas, Zora memang sudah memutuskan untuk mengambil alih perusahaan Brawijaya yang kala itu beraa di ambang bangkrut dan kehancuran.

Masa kanak kanaknya ia habiskan untuk belajar dan memperdalam pengetahuan bisnis, semua itu semata mata ia lakukan untuk mempertahankan reputasi nama besa keluarga Brawijaya.

Dan kedua sahabatnya juga merupakan saksi seberapa bisunya Zora dalam bersosialisasi.

"Mau gue bantu ga?" Tawar Albi.

Zora menggeleng tanda tak usah, karena ia bisa melakukan ini semua seorang diri.

Jika di tanya apakah ia membenci keadaan? Jawabnnya 'Tidak' Zora tidak membenci hidup dan keadaannya, karena yang ia benci hanya keluarga kecil Abimana.

---
Tbc

Gimana nih prolognya kisah Zaid? Lanjut gak guys?

Zaid Ozora Brawijaya

Corona guys jangan lupa pake masker

---
See U Next Part
🐇🐇🐇

OUR ZORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang