Happy Reading Guys..
Jangan lupa VOTE and COMMENT nya..
CMIIW Ya^^
------------💜Hampir pukul 8 pagi mereka baru tiba di SMA Tunas Bangsa dan tentu saja pagar sekolah tersebut sudah tertutup dengan rapat.
"Gak usah panik besti, masih ada tembok belakang yang bisa kita perjuangkan." Ucap Albi.
"Duh males manjat lagi, gue cabut aja deh." Sahut Ido yang hendak memutar balikan motornya.
"Eh, eh! Main balik balik aja si kunyuk." Cegat Rainer. "Lo cabut gua aduin Bu Mawar ya Do." Ancamnya.
"Dih Reiner lemes kaya cewek mainnya aduan." Timpal Albi.
"Tau lu Rein, kaya sendirinya gak pernah cabut aja." Sebal Ido yang telah mengurungkan niatnya.
"Udah mending sekarang kita parkir motor dulu di warung Bebi." Usul Romi yang disetujui oleh keempat sahabatnya.
Mereka pun lantas memutar balikan motornya menuju sebuah warung yang letaknya berada di samping sekolah.
Warung tersebut adalah milik seorang wanita tua yang di jaga oleh cucu perempuannya bernama Bebi, Bebi sendiri merupakan seorang remaja yang sepantaran dengan mereka, namun sayangnya gadis itu telah putus sekolah dan memilih untuk membantu sang Nenek mengurus warungnya.
Sampai di warung tersebut mereka kemudian memarkirkan motornya masing masing dengan rapih.
“Bebi titip motor ya.” Teriak Rainner usai turun dari motornya dan melepas helm yang lelaki itu kenakan.
sang pemilik warung yang namanya di panggil lantas keluar sambil tersenyum ramah melihat kelima bujang tampan itu.
“Monggo, Mas.” Ucap Bebi dengan ramah.
“Makasih, Bi.” Ucap Romi yang di angguki oleh gadis itu.Nampak senyum di wajah Bebi semakin mengembang dengan pipi yang merona saat ia melihat Zora yang tengah melepaskan helmnya, kemudian lelaki itu mengibaskan rambut sambil menyisir poninys menggunakan sela sela jari, tentu saja ketampanan dan karismatik seorang ketua Graveantor itu semakin bertambah hingga membuat semakin Bebi terpikat saat menatapnya.
“Beb!” panggil Ido yang membuat gadis itu tersentak dan sadar dari lamunannya.
“Anjay Ido, jadian belum udah beb beb an aja lo.” Ledek Albi sambil menepuk pundak Ido.
“Bukan gitu dodol! Nama dia kan Bebi.” Jelas Ido.
“Hah Babi? Wah parah Beb nama lo di lecehkan sama Ido.” Kompor Rainer yang membuat Ido langsung menatap tajam kearah lelaki itu.
“Gak gak! Ngadi ngadi lo Rain.” Kesalnya.
“Udah udah, ayo cepet! Lo gak liat ini udah mau jam delapan lewat?” sela Romi.
Mereka pun kemudian melanjutkan langkahnya hendak menuju tembok belakang sekolah, namun baru beberapa saat langkah suara Bebi kembali terdengar.
“Mas Zora udah sarapan?” tanyanya dengan nada yang malu malu.
Semua lantas menoleh, dan Zora hanya menatap gadis itu dengan tatapan datarnya, kemudian pergi bergitu saja tanpa membalas pertanyaan dari Bebi.
“Sabar, Beb!” sahut Rainer lalu mereka pun pergi menyusul sang ketua.
Sampai di tembok belakang, Zora telah lebih dahulu memanjat dinding tinggi itu dan kemudian melompat ke bawah, disusul oleh Romi, Rainer kemudian Albi dan Ido.
Kelimanya berhasil memasuki area sekolah, kini tujuan mereka selanjutnya bukanlah kelas, melainkan toilet.
“Kuy mandi.” Ajak Albi yang sudah merasa gerah dan lengket.

KAMU SEDANG MEMBACA
OUR ZORA
Teen FictionTumbuh dan di besarkan dalam sebuah keluarga yang ia benci membuat seorang remaja berparas tampan nan berwibawa kini menjadi sosok yang begitu kaku dan dingin, bahkan hingga kini lelaki itu juga tak pernah mengenal cinta karena terlalu larut dalam k...