-OUR ZORA 7-

5.4K 766 105
                                    

Happy Reading Guys..

Jangan lupa VOTE and COMMENT nya..

CMIIW Ya^^
------------💜

Malam ini usai mengurus beberapa dokumen serta Pekerjaan kantornya Zora bergegas pergi meninggalkan kediaman Abimana.

Dilewatinya begitu saja meja makan yang terdapat Aksa beserta istri dan anaknya.

"Zaid, kamu mau kemana lagi?" Tanya Aksa yang melihat putranya akan pergi.

Zora tak menghiraukan pertanyaan yang keluar dari mulut Aksa itu, ia terus saja berjalan seakan tak mendengarnya.

"Pih, ngapain sih peduliin dia? Dia tuh anak cowok, dia juga udah gede!" Kesal Vanka yang cemburu karena selalu merasa bahwa Aksa hanya lebih perhatian pada Zaid abangnya.

Mendengar keluhan putrinya Aksa menatap Vanka dengan tegas, lalu memijit batang hidungnya. "Dia anak Papih Vanka, gak mungkin Papi gak perduliin dia."

"Cih, cuma anak dari mantan istri Papi yang udah mati kan!" Ceplos Vanka.

Ucapan Vanka itu sukses membuat amarah Aksa mencuak.

BRAK

Lelaki itu memukul meja makan dengan kuat, lalu menatap Vanka dengan tajam.

"Jaga ucapan kamu Vanka! Papi gak suka kamu nyinggung Bundanya Zaid!" Tegas Aksa lalu meninggalkan meja makan begitu saja.

"Aku bener kan, Mi?" Tanya Vanka pada Dian yang di jawab dengan anggukan kepala.

Sedangkan di dalam ruang kerjanya Aksa menunduk berusaha menengkan dirinya, di dalam ruangan itu pula terdapat berbagai macam foto Zella mantan istrinya, mulai dari sebuah lulisan foto Zella dan dirinya bersama Zaid putra mereka yang ia custom untuk disatukan, dan ada pula beberapa macam foto lainnya.

Ruangan kerja itu pun tak pernah ada yang bisa memasuki kecuali dirinya, selain karena menggunakan smart unlock Aksa melarang tegas siapapun yang berusaha memasukinya.

Lelaki dua anak itu menunduk sambil mencengkram rambutnya, rautnya menjadi begitu memerah karena marah.

"ARGHHH, SIALAN!"

PRANG

Sebuah vas bunga tak bersalah melayang bebas membentur tembok dan berserakan di lantai.

Rasa bersalahnya tak pernah pudar pada Zella, tapi malah semakin mendalam ketika melihat pertumbuhan putranya yang semakin tak terarahkan.

Di ambilnya bingkai foto yang berada di meja kerjanya, di tatapnya foto tersebut dengan diselimuti oleh raut rindu yang mendalam.

"Zell.." Lirih Aksa sambil mengelus foto tersebut.

Perlahan air matanya mulai turun dengan isak tangis yang mengisi ruangan kerjanya.

****

Di sebuah jalan yang sunyi Zora mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, lelaki itu terus menatap jalanan dengan pandangan kosong.

Memorinya kini tengah berputar pada kejadian belasan tahun silam, tahun dimana ia kehilangan sang Bunda.

Pikirannya juga terus berkecamu memikirkan sosok lelaki yang dulu ia panggil Baba, kemana sosok itu setelah izin pulang ke negaranya tapi kini malah tak pernah kembali.

Ia menggeleng berusahan membuang semua ingatan menyakitkan itu, lalu menambah kecepatan laju motornya agar cepat sampai ke base camp Graveantor.

Sekitar lima belas menit ia tiba, ternyata disana sudah ramai oleh keributab keributan dari para anggotanya, terlebih suara Albi dan Ido yabg mendominan.

OUR ZORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang