14

619 90 29
                                    

Hoseok kembali ke kamar setelah makan malam sedangkan Yoongi tengah berbicara empat mata dengan Namjoon. Entah, Yoongi tidak tau apa yang akan di bicarakan Ayah Hoseok ini.

"Ada apa, Tuan?" Tanya Yoongi. Namjoon sejak tadi hanya diam saja tanpa berbicara sepatah katapun. Apa yang dia pikirkan sebenarnya? Hal penting apa yang ingin ia bicarakan?

"Kamu pasti sudah tau dan paham ucapan papa Hoseok tadi, kan?"

Yoongi mengangguk, pasti tentang tidak boleh berbuat macam-macam. Iya, kan? Apa kedua orang tua Hoseok memang benar sudah tau?

"Lalu, apa alasan yang membuatmu berani melakukan hal itu? Apa kamu akan bertanggung jawab kalau sampai dia isi? Saya dan istri saya bahkan tidak tau kalau dia memiliki rahim seperti istri saya atau tidak."

Yoongi menarik nafasnya pelan. Benar, mereka sudah tau.

"Sebelumnya saya mohon maaf sebesar-besarnya kepada Anda dan Tuan Seokjin. Saya benar-benar tidak berfikir jika saya akan melakukannya. Hanya saja Hoseok sendiri tidak mau mendengar saya. Dia terus berkata tidak mau saya menjauh. Waktu itu saya sudah bilang jika saya bisa saja melakukan hal aneh dan menyuruh dia segera pergi dari apartemen saya. Tapi dia tidak segera pergi dan malah menatap saya bingung. Maaf Tuan, saya sendiri tidak bisa mengontrol hasrat saya."

"Kenapa kamu nggak maksa dia? Dia akan menurut jika dengan sedikit paksaan."

Yoongi menggeleng, "Tuan, saya sudah memaksa Hoseok. Apakah Tuan ingat Hoseok menangis saat pulang dari kuliahnya? Belum lama ini, dia menangis bukan?" Tanya Yoongi. Namjoon mengerutkan keningnya bersamaan dengan dirinya yang mengangguk.

"Itu perbuatan saya. Saya membuatnya menangis. Maaf, saya waktu itu mencium paksa anak Anda agar dia mengerti dan paham dengan ucapan saya. Dia terkejut dan langsung menampar lalu pergi dari hadapan saya. Saya pikir waktu itu akan selesai jika saya melakukan hal itu. Tapi nyatanya tidak, beberapa hari setelahnya dia kembali mendatangi saya."

Min Yoongi menarik nafasnya dan membuangnya perlahan sebelum melanjutkan penjelasannya.

"Saya sendiri bingung, kenapa Hoseok tidak juga mengerti ucapan saya. Saya sudah mengatakan jika saya tidak bisa mendengar semua ceritanya tentang kekasihnya. Saya sudah mengatakan jika saya menyukainya. Tapi dia tidak mau paham. Dia malah terus mengulang cerita yang membuat saya kesal padahal jelas-jelas dia melihat di depan matanya sendiri, kekasihnya itu berkhianat."

Yoongi menautkan jari-jarinya sambil menundukkan kepalanya sedikit, "Saya bahkan merasa jika Hoseok datang kepada saya hanya saat dia membutuhkan orang yang bisa dia tampung ceritanya. Jujur, saya sendiri tengah memiliki masalah dengan keluarga sendiri."

"Kamu nggak cerita masalah kamu ke dia?"

"Tidak Tuan. Itu, hal yang sangat privasi dan menyakitkan. Maaf saya tidak bisa cerita."

Namjoon menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Pria di hadapannya ini tidak terlalu buruk seperti yang dia pikirkan. Dia menceritakan semua hal yang dia lakukan. Dia paham kenapa Hoseok sebegitu tidak maunya jika Yoongi menjauh.

"Hoseok, dia itu anak saya satu-satunya. Kamu tau kan? Dari dulu dia ingin punya kakak yang bisa diajaknya berbicara. Mungkin dia merasa kalau sudah pantas dirinya mandiri. Tapi dia sendiri belum bisa memahami jati dirinya. Yah, mungkin karena saya yang selama ini tidak membiarkan dia belajar hal-hal lain diluar. Saya selalu memintanya di rumah dan pergi jika hanya ada yang mengajak saja."

Kim Namjoon melepaskan kacamata nya dan menyilangkan kakinya.

"Istri saya bahkan pernah berkata jika tidak mau kehilangan Hoseok. Maksudnya, dia tidak mau jika suatu hari Hoseok meninggalkannya karena sudah menikah. Dia masih menganggap Hoseok itu anak kecil."

(Not) Gender Switch [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang