Aku membuka pesan WhatsApp yang sudah berisi ratusan chat dari grup dan aku hanya bisa tersenyum membaca chat yang terkesan garing dari temanku. Setelah itu aku termangu pada chat seorang yang belum sempat ku baca.
082874××× : Assalamualaikum.
Meylany: wa'alaikum salam.
082874××: save wa gue jaynul.
Meylany: owh oke, dari mana lu dapat wa gue?
Jaynul: dari teman tadi gue minta wa cewek ke dia.
Meylany: owh gitu, udah gue save kok.
Setelah kita cukup lama saling chatan dan mengobrol ini itu, aku pun merasa tersanjung dengan jaynul rata-rata dari sekian orang yang mengirim pesan cuma dia yang bilang "assalamualaikum" rata-rata cuma langsung ngping doang. Aku menaruh hp ku di samping lalu mengambil buku yang ku baca, lalu jaynul meneleponku kembali tak kuangkat panggilan darinya karena aku malu jika menerima telfon dari cowok terlebih Ibu pasti mendengar suaraku sebab letak ruang kamarku tak jauh dari ruang keluarga.
Aku hanya membiarkan telfon itu sampai berhenti, ku fokuskan kembali dengan buku yang ada di pangkuanku.
Pagi harinya seperti biasa anak sekolah pada umumnya, aku bercermin memastikan bahwa semuanya sudah siap lalu aku memakai jam tangan hitamku tak lupa aku menyemprotkan parfum aroma permen karet kesukaanku.
Ibu sudah di meja makan bersama bapak.
"Bapak, Meylany gak bisa ikut makan sama kalian, soalnya Meylany ada piket kelas," ucapku.
"Kalau gitu di minum dulu tehnya."
"Iya Bu." Aku menerima tawaran teh dari ibu, kasihan kalau di buang mubasir.
Bapak meneguk secangkir kopi hitam manis, sudah ku tebak itu pasti buatan ibu tercinta. Bapak lalu mengambil kunci motor dan mengantarku. Kalian tidak perlu bertanya kenapa tidak aku saja yang membawa motor sudah pasti jawabannya aku tidak bisa membawa motor sendiri, sebab aku terlalu penakut untuk mengendarai motor di jalan raya.
Sampai di depan sekolah para OSIS sudah datang dengan buku dan pulpen di tangannya mencatat beberapa kerapian para siswa-siswi.
"Ya udah Pak, Meylany masuk dulu!" seraya mencium telapak tangan Bapak.
"Yang rajin belajarnya."
Akupun membalas dendam anggukan.
Setiba di depan para OSIS ada salah satu OSIS yang menarik perhatianku namanya Bang Kamal. Waduh jangan ditanya deh waktu ospek aja bang Akmal, kelewat Soleh banget salaman sama cewek aja dia jarang, udah gitu aura senyumnya itu manis banget. Sangking termenungnya aku menatap Bang Akmal tak sadar jika sedari tadi Bang Akmal memanggilku.
"Namanya siapa?"
"Owh nama gue Meylany bang." Seraya mengulurkan tangan ku kira dia mau mengajaku berkenalan. Ternyata ia malah merogoh pulpen dari saku celananya.
"Kaos kaki lu ke pendekkan. Terus kuku tangan lu panjang, di larang buat manjangin kuku."
Aku menoleh ke tanganku. 'ya ampun gue belum motong kuku,' batinku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Avenoir
Genç Kurgukita memang tak lagi sejalan. kini kisah kita sudah usai di tambah kita malah udah jadi mantan, tapi bagaimanapun juga aku gak akan pernah membenci kamu meskipun pernah sakit mencintaimu. Meski aku tahu kamu gak akan mungkin untuk kembali lagi. jang...