25| Kemenangan

40 11 0
                                    

Happy reading 💜

Happy reading 💜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~*~

Sudah dua Minggu sejak kematian bunda Natha. Kini hubungan antara lelaki tersebut dan ayahnya semakin memburuk. Keduanya seakan membentangkan jarak masing-masing hingga menutup diri. Bahkan dalam dua Minggu ini waktu keduanya bertatap muka bisa dihitung dengan jari. Prabu yang banyak menghabiskan waktu di kantor, berangkat pagi-pagi buta dan pulang larut malam. Lalu Natha menjalankan rutinitasnya seperti biasa di sekolah. Saat sudah sampai rumah, keduanya hanya akan ada di kamar masing-masing sehingga tidak akan bertatap muka secara langsung. Saat bertatap muka pun hanya tak sengaja, seperti saat Natha atau ayahnya yang akan kedapur, dan tidak ada yang membuka suara satupun. Suasana keluarga yang dulu jarang menghangat kini semakin dingin. Hilangnya sosok Eni di dunia ini membuat suasana keluarga ini semakin dingin tak terkontrol. Perang dingin antara ayah dan anaknya kian terasa, entah sampai kapan ini akan terjadi. Karena diantara keduanya tidak ada yang mau memulai untuk mencoba memperbaiki. Raga nya dekat sekali tetapi hatinya jauh dijangkau. Bukan nya lari mendekat, keduanya malah lari menjauh bersamaan hingga meninggalkan benang jarak yang semakin memanjang.

Dua Minggu ini pula sifat Natha semakin dingin tak tersentuh. Kalau kata Dika, lelaki itu lagi dalam mode senggol bacok. Dulu Natha memang dingin tapi masih bisa diajak bercanda, tapi sekarang lelaki itu menjadi tak tersentuh, susah di ajak bercanda dan baperan. Apapun perkataan atau tingkah laku yang membuatnya tidak nyaman maka dia akan marah, kepada siapapun tak terkecuali sahabatnya sendiri. Selain sifat, tingkah nya dalam mengikuti pelajaran juga berubah. Memang dasarnya pintar dari lahir, saat mengerjakan soal atau tugas dia memang ahlinya. Tapi jika biasanya dia selalu aktif dalam menanggapi saat mengikuti pelajaran kini tidak lagi. Jika dulu lelaki itu selalu berebutan saat menjawab soal yang dilayangkan guru mapel kini tidak lagi. Sekarang hanya Aqilaa lah yang aktif mengangkat tangan, menjawab pertanyaan guru-guru.

Nilai lelaki itu menurun. Karena nilai sikapnya berkurang. Hanya nilai tugasnya saja yang bagus. Selain perubahan-perubahan itu, perubahan lainnya adalah Natha semakin pelit, dia sama sekali tidak mau memberikan jawaban jika ada PR atau tugas apapun itu. Saat ada tugas kelompok pun dia bersikap bodo amat. Dia akan mengerjakan nya sendirian tanpa mau meminta pendapat anggota kelompoknya, sikap individualisme nya keluar. Jika mereka ikut campur maka lelaki itu akan diam dan hanya menumpang nilai saja. Semua nya pasrah karena terlalu takut dengan wajah sangar Natha. Sikapnya yang egois dan keras kepala membuatnya tidak mau mendengar perkataan siapapun.

Dua Minggu ini pula Aqilaa disibukan dengan belajar materi untuk lomba olimpiade nanti. Kemarin lomba tersebut sudah terlaksana dan berjalan dengan lancar. Aqilaa dan rekan-rekannya sudah berusaha semaksimal mungkin tinggal menunggu hasilnya saja. Berkat doa dari orangtua dan seluruh warga SMA Lentera Bangsa. Aqilaa dan rekan-rekannya memenangkan perlombaan ini. Perwakilan dari kelas sepuluh mendapat juara tiga. Sedangkan Aqilaa dan perwakilan dari kelas dua belas sama-sama mendapatkan juara satu.

Aqilaa: Memeluk LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang