14| Siska dan Dika

115 35 24
                                    

Happy reading 💜

Happy reading 💜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~*~

Sinar mentari menerobos melalui tirai jendela kamarny yang tersingkap. Sebelah tangan kanan itu mencoba menghalangi sesuatu yang menyilaukan matanya. Beberapa menit kemudian Siska bangun dari tidur, duduk bersila dan melenguh seraya merentangkan kedua tangan. Matanya mengerjap-mengerjap. Ia terdiam lama seolah baru kembali dari awang-awang.

 Ia terdiam lama seolah baru kembali dari awang-awang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dirasa nyawanya sudah terkumpul semua. Ia kemudian menoleh kesamping kearah jam waker berkarakter kartun keroppi yang berada di atas nakas. Masih punya banyak waktu untuk bersiap ke sekolah, pikirnya. Gadis itu segera beranjak dan melangkah ke kamar mandi. Lima belas menit kemudian ia keluar dengan handuk yang melilit tubuhnya. Lantas tanpa berlama-lama ia segera berganti baju.

Polesan terakhir di bibirnya, yang di susul lengkungan manis dari bibir itu. Di sana di depan cermin tampak wajah gadis yang tersenyum manis dengan dandannya yang sederhana, cukup menggunakan bedak bayi dan juga limp bam. "Aduh, gue cantik banget sih," puji nya pada diri sendiri seraya menyisir rambutnya.

Setelah selesai dengan ritual paginya, Siska segera mengambil tas yang ada di atas meja belajar. Mengecek isi tas tersebut guna memastikan tidak ada satu pun yang tertinggal. Lalu setelah itu dirinya melangkah ke arah rak sepatu yang ada di dinding dekat pintu. Setelah menemukan apa yang ia cari, Siska buru-buru keluar dari kamar lalu turun ke meja makan.

"Selamat pagiii!" sapa nya kepada wanita paruh baya yang sedang duduk dengan tangannya yang sibuk menuangkan susu di gelas.

"Pagi juga," jawab Ela—Mamah Siska—di susul kecupan ringan yang mendarat di pipinya.

Derit benda bergesekan terdengar ketika Siska menggeser kursi, kemudian mendudukinya. Sambil memasang sepatu Siska bertanya, "Papah pulang kapan, Mah?"

"Katanya sih lusa," jawabnya singkat.

Siska hanya mengangguk sebagai respon. Aqilaa dan Siska mungkin memang ditakdirkan bersahabat. Dengan banyaknya persamaan membuat nya sering kali di bilang kembar. Dari mulai sifat nya yang sama-sama cerewet dan galak, juga sifat yang sama lainnya. Mungkin perbedaannya hanya di kapasitas otak saja.

Aqilaa: Memeluk LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang