20| Taruhan

63 18 7
                                    

Happy reading 💜

Happy reading 💜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~*~

Seorang gadis berambut sebahu itu berjalan cepat bahkan menyerupai lari menyusuri koridor untuk menuju toilet, sesampainya disana ia menuntaskan panggilan alam yang sedari tadi ia tahan. Aqilaa menghela napas lega setelah selesai membuang air kecil, di bukannya pintu toilet itu lalu dirinya menuju ke wastafel dengan kaca besar yang menempel di dinding. Sembari mencuci tangan ia juga merapikan rambutnya yang berantakan akibat terkena angin karena lari tadi.

Selesai urusannya dengan 'toilet' gadis itu berniat kembali menuju kelasnya. Agenda pembelajaran hari ini sepertinya santai, setelah mendapat ceramah dari Buntung seperkian lamanya kini jam pelajaran kembali kosong hingga istirahat pertama. Aqilaa berharap jam kosong ini bisa sampai pulang sekolah, itu adalah hal paling menyenangkan!

Aqilaa kembali menyusuri koridor yang sepi itu, jam pelajaran masih berlangsung yang artinya setiap kelas masih mengikuti pelajaran nya masing-masing, mungkin hanya beberapa kelas saja yang sedang jam kosong seperti kelasnya. Aqilaa urung kembali ke kelas, ia jadi berpikir membeli cemilan di kantin untuk teman mengghibah bersama Siska di kelas.

Tapi sepertinya niat itu harus tertunda dulu. Saat melewati taman sekolah, tatapannya mendapati sesosok lelaki dengan tubuh tegap yang duduk di bangku taman sendirian. Aqilaa mengerutkan dahinya berpikir, lelaki itu tampak familier baginya. Tidak ingin penasaran akhirnya Aqilaa melangkahkan kakinya menghampiri lelaki itu.

Dan benar saja, Aqilaa mengenalinya. "Tuh orang ketempelan apa gimana sih? Hobi banget nongkrong di taman deket pohon mangga besar, mana sendirian lagi," gumamnya sembari melangkah mendekati lelaki itu.

🌿🌿🌿

Melalui ekor mata ia menangkap bayangan seseorang yang duduk di sampingnya, dia menoleh sekilas lalu menghela napas kasar kemudian dia kembali menyibukkan diri.
Mendapat respon yang kurang mengenakkan Aqilaa hanya mencibir.

"Mau ngapain sih Lo?" tanya Natha malas.

"Mau duduk," jawab Aqilaa apa adanya.

Natha berdecak lalu mematikan lagu yang sedang ia dengarkan juga menyimpan earphone ke dalam saku seragamnya, "Bisa gak sih sehari lo gak usah ganggu kehidupan gue? Dimana-mana selalu ada lo, dasar pembawa sial."

"Wahhh enak aja! Siapa juga yang mau ganggu hidup lo?!" jawab Aqilaa dengan nada terkejut.

"Gue tau maksud Lo, gak usah pura-pura lagi. Katanya pinter tapi mainnya licik, bersaing secara sehat dong, bisa gak?" Mata elang Natha menatap Aqilaa tajam bersamaan dengan keluarnya kata sarkastik itu.

"Siapa juga yang main licik. Heh lo pikir gue ngejar-ngejar lo karena suka gitu? Dih jangan ngarep! Gue kan udah pernah bilang, gue cuma mau ngajak lo berteman—"

"Terus cari-cari kelemahan gue? Iyakan?"

Ucapan Aqilaa terputus begitu saja karena Natha menyela nya. Gadis berambut sebahu itu tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Natha masih menampilkan raut datar nya menatap gadis itu aneh.

Aqilaa: Memeluk LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang