-; Entah

15 2 0
                                    

Beberapa bulan setelahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa bulan setelahnya...

"Sedang santai kah?" seru Kafin yang berjalan kearah Tikta dan Dewana yang sedang duduk santai dengan koran dan kopi yang menemani pagi mereka.

"Seperti yang kamu lihat, Jamal tidak memberi kita pekerjaan beberapa hari terakhir. Jadi hanya bersantai dan bersenang-senanglah yang bisa kita lakukan,"

"Sebentar Tik, kamu merasa ada yang aneh dengan Jamal? Akhir-akhir ini dia jarang kelihatan dan terlihat lebih murung dari biasanya,"

"Biasa lah, masalah perasaan. Jamaludin itu memang sering seperti itu, kadang sedih yang berlebihan kemudian bahagia yang tak terkendali. Tapi dia bisa mengendalikan itu semua dengan sangat baik, tidak perlu khawatir dengan itu Dewana."

"Belakangan ini juga saya lihat dia tidak meminta kamu untuk mencarikan wanita malam untuknya," celetuk Kafin sambil membakar nikotin yang sudah berada dibibirnya.

"Seperti yang saya bilang, masalah perasaan. Saya tidak tau itu menyangkut siapa, laki-laki atau perempuan. Yang jelas, Jamaludin sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun. Termasuk saya,"

"Saya anak baru disini, jadi saya hanya bisa nyimak pembicaraan kalian," balas Dewana kemudian tanpa aba-aba Jamaludin membuka pintu ruangan tersebut dan masuk kedalam.

"Saya dengar semua yang kalian bicarakan," ucapnya tajam lalu duduk di satu kursi yang biasa ia duduki saat sedang bersantai.

"Ada apa Mal? Saya lihat akhir-akhir ini kamu resah, ceritakan saja kepada kita bertiga. Sebagai sahabatmu, kita rela membantu itu,"

Jamaludin terkekeh lalu ia membakar seputung tembakau dan dihisapnya dalam-dalam.

"Biasalah, masalah perempuan,"

Tikta sedikit kaget mendengar jawaban yang keluar dari mulut sahabatnya itu. "Siapa wanita yang berhasil mengetuk pintu hati kamu Mal?"

"Bukan. Maksud saya, saya rindu perempuan yang melahirkan saya. Bukan seseorang yang membuat saya jatuh cinta bukan, dan sepertinya tidak akan ada yang bisa membuat saya jatuh cinta. Lagipula, mana ada wanita yang mau menikah dengan buronan polisi dan pembunuh andal? Mereka akan takut dengan saya,"

Dewana dan Kafin termenung mendengar jawaban dari bos-nya itu.

"Itu semua tidak penting Mal, kamu sudah sangat baik menurut saya karena bisa menghargai seorang wanita dengan sangat baik. Dibanding saya, kamu lebih berharga," jawab Dewana yang tidak mau membuat Jamaludin kepikiran dengan pekerjaannya.

"Benar, saya setuju dengan perkataan Dewana barusan. Mungkin perempuan terbaik yang akan mengetuk pintu hatimu itu akan datang setelah semua ini berlalu atau ia akan datang saat engkau membutuhkan. Hmm apakah kamu sudah membutuhkan itu?" ejek Tikta sambil melirik kearah perut Jamaludin yang berhasil mencairkan suasana dan membuat mereka berempat tertawa.

"Ah kamu mah Tik, selalu bisa mencairkan suasanya. Kamu mau liburan kemana? Saya akan bayarkan kemanapun itu," balas Jamaludin sebelum akhirnya meninggalkan Tikta, Dewana dan Kafin di ruangan tersebut.

"Betul katamu Tik, Jamal kalau sedih keterlaluan dan bahagia keterlaluan. Omong-omong, saya diajak kan liburannya?"

***

Beberapa hari kemudian, Jamaludin sudah menjadi dirinya lagi. Ia sudah berkeliling untuk mengecek satu persatu usahanya, berlibur bersama ketiga sahabatnya dan berkunjung ke makam Ibunda-nya.

Untuk masalah wanita malam yang sering ia sewa, sudah hampir tiga minggu belakang ini Jamaludin tidak melakukan hal tersebut. Dirinya sedang kacau, pikiran berkecamuk kemana-mana. Rambutnya mulai panjang dan bulu-bulu halus diwajahnya mulai bertumbuhan.

"Jamaludin, saya harap kamu sudah tidak kaget mendengar ini. Sekitar dua hektar perkebunan kamu di Lombok Timur tiba-tiba terbakar dan belum diketahui apa sebabnya, tapi menurut saya dan Tikta hal itu disebabkan karena ada penyusup yang menyelundup masuk kesana,"

"Apakah sudah mati apinya?"

"Sudah, namun ada beberapa orang yang terluka parah dan harus dirawat. Saya harap kamu bisa menemui mereka secepatnya Jamaludin,"

"Tolong tutup semua jalur untuk pergi menuju kesana, saya harap tidak ada satupun orang yang berhasil keluar dari perkebunan saya sebelum saya izinkan. Saya akan datang kesana esok pagi, dan tolong segera kalian urus perintah saya barusan!" seru Jamaludin dan mereka berdua langsung pergi dari hadapan Jamaludin.

"Argh! Ada-ada saja masalah hidup ini!" teriak Jamaludin sambil mengacak-acak rambutnya yang mulai panjang.

"Argh! Ada-ada saja masalah hidup ini!" teriak Jamaludin sambil mengacak-acak rambutnya yang mulai panjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AbsquatulateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang