-; Anindita namanya

12 2 0
                                    

"Tikta," panggil Jamaludin sebelum Tikta masuk kedalam mobil sedan miliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tikta," panggil Jamaludin sebelum Tikta masuk kedalam mobil sedan miliknya.

Laki-laki yang dipanggil namanya itu menoleh dan berjalan mendekati Jamaludin.

"Ada apa, Mal?"

"Mengenai perempuan malam lalu," ucap Jamaludin menggantung dan Tikta langsung membelalakkan matanya menatap Jamaludin.

"Wanita yang dikamar 603, kamu menemuinya dimana?" Tikta menghembuskan napasnya lega.

"Oh Anindita?" Jamaludin mengangguk.

"Ditempat biasa saya menyewa perempuan untuk kamu, ada apa Mal? Dia tidak melakukan hal-hal yang aneh kan?"

"Tidak. Tolong nanti malam bawa dia datang lagi ke tempat kemarin malam, saya rasa saya ingin mengenalnya lebih jauh lagi."

Tikta mengembangkan senyumnya. "Apakah ini awal mula kau jatuh cinta Mal?"

Jamaludin tak menjawabnya dan kembali masuk ke dalam rumah tempat untuk ia kembali.

Ia duduk disebuah meja dengan banyak tumpukan buku yang ia baca ketika sedang bosan. Dibalik pendiamnya, Jamaludin pintar menyusun kata-kata indah yang bisa membuat hati para wanita meleleh mendengarnya.

Namun hal tersebut belum pernah ia lakukan kepada siapapun, dirinya hanya menuliskan itu di buku catatannya dan membacanya disaat tak ada pekerjaan yang mendesak.

Seperti saat ini, Jamaludin sedang membuka buku catatannya dengan sebuah pena bertinta hitam yang berada di tangannya.

"Anindita namanya," gumam Jamaludin sambil menuliskannya dibuku catatan miliknya.

"Perempuan dengan bola mata cokelat nan besar itu berhasil membuatku jatuh cinta saat pertama kali menatapnya,"

"Tatapan dan alis tajam itu seketika memikatku untuk terus menatap dalam kesana,"

"Anindita namanya,"

"Perempuan cantik bak bidadari itu terlihat sangat cantik dengan bibir tipis yang dibalut lipstik merah cabai, membuatnya terlihat sangat seksi dan aku menyukai itu."

"Tahi lalat di pelipis kanannya itu membuat ciri khas tersendiri untuknya, hidung mancungnya itu juga terlihat sangat indah di dirinya."

"Anindita namanya,"

"Anindita namanya," celetuk Kafin yang dengan tiba-tiba datang.

Jamaladuin yang mendengar itu langsung menutup buku catatan miliknya dan menyembunyikannya ditumpukkan buku lainnya.

"Oh jadi Anindita namanya," ejek Kafin lalu duduk di kursi yang tak jauh dari Jamaludin.

"Ada apa?"

"Menurut saya sih Anindita sudah berhasil mengambil hatimu, iya kan Mal?" ejek Kafin lagi dan Jamaludin hanya memasang wajah datarnya.

AbsquatulateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang