-; What's the meaning?

17 3 0
                                    

"Anindita," ucap Jamaludin lirih yang membuat kedua orang tersebut langsung menoleh kearahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anindita," ucap Jamaludin lirih yang membuat kedua orang tersebut langsung menoleh kearahnya.

Anindita menatap sinis kearah Jamaludin, perempuan itu terlihat sangat membenci Jamaludin melalui tatapan tajam matanya.

Sedangkan laki-laki yang sebelumnya menganiaya Anindita menyeringai kearah Jamaludin dan sahabatnya.

"Wah ada pahlawan Jamaludin disini, ternyata saya tidak usah susah-susah mencari kamu ya Mal," ujar Rayandra dengan sebuah pistol disaku celananya yang berjalan mendekati Jamaludin.

Tikta, Dewana dan Kafin seketika langsung melindungi Jamaludin dan langsung menodongkan pistolnya kearah Rayandra, seorang laki-laki yang memborbardir habis rumah Jamaludin beberapa waktu lalu.

"Jangan mendekat atau saya duluan yang akan menembakkan sebuah peluru ke kepala kamu Rayandra," jelas Tikta yang masih memegang pistol sedangkan Rayandra hanya terkekeh memutari tubuh Jamaludin.

"Jamal Jamal, kamu gaji mereka berapa sampai-sampai mereka mau bertaruh nyawa seperti ini?"

Anindita yang sudah lemas itu hanya bisa memperhatikan mereka berlima dengan rasa takut dan tubuh gemetar.

"Mau kamu apa?" tanya Jamaludin dengan singkat.

Rayandra terkekeh. "Kamu itu manusia apa kucing? Nyawa kamu hampir melayang saat saya menjajah rumah kamu."

"Saya tanya, mau kamu apa?!" ujar Jamaludin dengan penuh penekanan dan mulai berjalan mendekati Rayandra dengan sebuah pisau yang ia sembunyikan disiku tangannya.

"Saya tidak minta yang muluk-muluk, saya hanya mau kamu hancur dan saya yang akan menggantikan peranmu di dunia Kokain ini."

Jamaludin meludah tepat didepan Rayandra. "Ah sudah saya tebak mau mu hanya itu. Dasar laki-laki brengsek!" seru Jamaludin dan ia langsung menghantam pipi kanan milik Rayandra.

Anindita yang melihat itu hanya bisa menutup mulutnya, ia tak menyangka bahwa Jamaludin akan bertindak sejauh itu.

Bug! Sekali lagi Jamaludin berhasil meninju bibir tipis Rayandra dan ia hantam itu berkali-kali hingga mengeluarkan banyak darah dari sana.

"Tikta, tolong jaga Rayandra. Jangan biarkan dia bangun, saya ingin bicara kepada Anindita," perintah Jamaludin dan Tikta langsung berjalan menuju kearahnya.

Saat Jamaludin berjalan mendekati Anindita, perempuan itu memundurkan tubuhnya untuk menghindari Jamaludin.

"Nin," panggil Jamaludin seraya berusaha menggenggam tangan milik Anindita namun perempuan itu lagi-lagi berhasil menghindari Jamaludin.

"Nin, saya ingin bicara," ujar Jamaludin dengan suara lembut namun lagi-lagi Anindita menghindarinya.

"Kamu kenapa?"

"Jangan dekati saya,"

"Nin, saya Jamaludin. Tempat kamu pulang, Nin," bujuk Jamaludin tetapi wajah Anindita masih terlihat ketakutan.

"Apakah ada jaminannya?"

Jamaludin mengangguk. "Saya akan membunuh diri saya sendiri jikalau saya tidak bisa menepati perkataan saya barusan."

Anindita terlihat ragu namun perlahan ia membalas uluran tangan Jamaludin.

"Saya hanya butuh rumah beberapa hari untuk menghindar dari si brengsek Rayandra," jelas Anindita lirih lalu Jamaludin membantunya berjalan memasuki mobil dan disusul oleh Tikta, Dewana dan Kafin dibelakangnya.

"Tikta, tolong pastikan Rayandra sudah tidak sadarkan diri dan tidak akan mengikuti jejak kita," ungkap Jamaludin sebelum Tikta masuk kedalam mobil untuk menyetir mobil dan membawanya kembali ke vila milik Jamaludin.

"Nin, ada urusan apa kamu dengan Rayandra sampai babak belur begini?" tanya Jamaludin hangat sambil mengarahkan tangannya untuk melihat luka Anindita.

Namun dengan cepat Anindita langsung menepis tangan itu dengan kasar yang membuat Dewana, Kafin dan Tikta merasa kaget dan canggung.

"Ingat, saya hanya butuh tumpangan rumah beberapa hari jadi jangan tanya apapun tentang kehidupan pribadi saya. Hmm dan jangan mentang-mentang saya menumpang kepadamu, jangan kamu pikir bahwa saya sudah membuka hati untukmu, itu salah besar!" tolak Anindita lalu memalingkan wajahnya kearah luar jendela yang sangat gelap.

'Saya harap kamu tidak menyesal suatu saat Nin,' batin Tikta yang masih mencuri-curi pandangan Anindita dan Jamaludin dari kaca mobil.

'Saya harap kamu tidak menyesal suatu saat Nin,' batin Tikta yang masih mencuri-curi pandangan Anindita dan Jamaludin dari kaca mobil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AbsquatulateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang