-; Banyuwangi

5 3 0
                                    

Jamaludin, Tikta, Dewana dan Kafin akhirnya sampai di perkebunan ganja Jamaludin yang terbakar di Banyuwangi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jamaludin, Tikta, Dewana dan Kafin akhirnya sampai di perkebunan ganja Jamaludin yang terbakar di Banyuwangi. Keadaan disana sudah sangat kacau, banyak yang terluka dan ada beberapa yang tewas karena luka bakar yang sangat parah, asap sisa kebakaran juga masih terlihat dan tercium aroma daun ganja.

"Bagaimana saya harus mengatasi ini, pasti sudah banyak yang terkena efek dari daun Marijuana," gumam Jamaludin saat melihat anak-anak buahnya banyak yang muntah dan melakukan hal-hal aneh disekitarnya.

"Kamu sudah panggil Dokter?"

"Sudah Mal, tapi saya bingung bagaimana menyembuhkan orang-orang yang terkena efek halusinasi ini."

"Halo Pak Jamal, Pak Tikta, Pak Dewa, dan Pak Kafin. Saya adalah Dokter yang diperintahkan oleh Dokter Moon untuk kebakaran kali ini, saya perhatikan banyak sekali pekerja Bapak yang sudah terkena efek sampingnya. Jika saya boleh saran, lebih baik orang-orang yang tidak terluka segera dipindahkan ke tempat yang lebih aman, dan orang-orang yang terluka lebih baik dipindahkan ke sebuah rumah yang memiliki banyak kamar untuk merawat mereka sampai mereka semua pulih dan kembali sehat, sedangkan untuk orang-orang yang nyawanya tidak terselamatkan, lebih baik langsung diurus saja untuk pemakamannya. Jadi, mau dilakukan kapan Pak?"

Jamaludin menarik napasnya dalam-dalam, pikirannya sudah tidak fokus sejak dari perjalanannya dari rumah tadi. "Nanti saya kabarkan lagi, izinkan saya untuk berbicara dulu dengan mereka."

"Baik Pak, saya tunggu kabar baiknya secepatnya Pak Jamaludin," jawab Dokter laki-laki yang mengenakan kacamata dan berjalan menjauhi Jamaludin dan ketiga temannya.

"Jadi bagaimana? Persediaan truk kita ada berapa Wa?" tanya Jamaludin lalu mengambil sebuah buku catatan dan bolpoin dari dalam tas kecilnya.

"Untuk perkebunan ini atau untuk semuanya?"

"Yang ada di Banyuwangi dan sekitarnya, jangan lupakan sebuah kapal untuk mengangkut mereka dan membawa mereka ke rumah saya."

Tikta, Dewana dan Kafin membelalakkan matanya. "Ke rumah kamu Mal? Apa muat?" tanya Tikta dan Jamaludin hanya menggelengkan kepalanya. "Entah, saya seorang pemimpin dan saya harus membuat keputusan dengan cepat."

"Kamu memiliki sekitar lebih dari lima belas truk untuk perkebunan ini Mal, namun kamu tidak memiliki kapal untuk menyebrangi pulau ini Mal."

Jamal lagi-lagi menarik napasnya kasar dan membuangnya. "Kenapa selalu kebakaran yang sering terjadi di perkebunan saya!"

"Untuk truk tadi, hubungi mereka semua dan perintahkan mereka untuk datang kemari secepatnya, jangan lupa kamu tambahkan 'bagi siapa saja yang datang lebih dulu, akan dinaikkan upahnya oleh Jamaludin dua kali lipat' agar mereka semua cepat sampai disini. Truk itu nanti kamu bagi dua, bawa mereka yang terkena efek sampingnya ke sebuah hotel, nanti saya dan Tikta yang akan mencarikan hotel itu, dan sebagian dari truk tadi untuk membawa korban yang terkena luka bakar ke sebuah rumah sakit milik saya, nanti saya kirimkan lokasinya ke kamu. Tolong Dewa dan Kafin untuk mengurus para korban yang selamat, saya dan Tikta akan mengurus korban yang tidak selamat. Cepat lakukan tugas kaian masing-masing!" perintah Jamaludin dan mereka semua langsung pergi dari tempatnya untuk melakukan tugas yang diperintahkan oleh Bos besarnya.

"Ada berapa banyak para korban yang selamat dan tidak terkena efek halusinasi?" tanya Jamaludin saat ia sampai didepan Dokter yang mendatanginya tadi.

"Sekitar lima puluh orang lebih, mereka sudah saya pindahkan berdasarkan efek yang diterima."

"Baik, saya sudah memanggil truk milik saya untuk membawa para korban ke hotel dan rumah sakit yang ada disekitar sini. Tolong bantu saya ya Dokter—?"

"Dokter Juan," balas Dokter yang menggunakan kacamata itu sambil menjabat tangan Jamaludin.

"Baik Dokter Juan, tolong bantu saya untuk kali ini dan seterusnya. Saya akan mengurus para korban yang tidak selamat dan akan langsung dimakamkan," jelas Jamaludin dan ia pergi meninggalkan Dokter Juan bersam pra tenaga medis lainnya yang sedang bekerja.

"Sekarang kamu panggil para pekerja yang selamat dan tidak terkena efek halusinasi ke tempat para korban yang sudah tidak bernyawa, kita akan memandikannya dan menguburnya sesuai dengan keyakinan saya, dan jangan lupa untuk beberapa dari mereka ditugaskan untuk menggali tanah yang akan dijadikan tempat peristirahatan terakhir para korban. Saya akan menyiapkan kain putih dan wewangian, beberapa saat lagi saya akan kembali, tolong kerjakan tugas yang saya berikan dengan baik, Tikta Warangga."

Beberapa hari setelah pekerjaan yang melelahkan, Jamaludin meliburkan seluruh karyawan yang terkena dampak dari kebakaran itu, ia memberikan waktu satu minggu untuk beristirahat di rumahnya masing-masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa hari setelah pekerjaan yang melelahkan, Jamaludin meliburkan seluruh karyawan yang terkena dampak dari kebakaran itu, ia memberikan waktu satu minggu untuk beristirahat di rumahnya masing-masing. Tidak lupa juga Jamaludin memberikan uang kompensasi kepada para korban dan keluarga korban, Jamaludin juga ikut turun tangan langsung untuk memberikan bela sungkawa kepada para keluarga korban yang nyawanya tidak selamat saat melakukan tugas di perusahaannya.

"Semua tugas saya sudah selesai kan Tik?"

"Sudah, para korban yang selamat juga sudah diantar ke rumahnya masing-masing. You did a great job Mal! Anindita pasti bangga!"

Jamaludin terkekeh. "Tolong jangan bangga-banggakan saya dihadapannya, saya tidak mau dia memandang saya dengan sangat sempurna. Sifatnya sudah agak aneh sejak pertama tinggal di rumah saya."

"Bukankah itu hal yang bagus? Maumu itu bagaimana sih Mal?!" celetuk Tikta yang sedang menyetir mobil, mereka berdua kini sedang dalam perjalanan kembali ke villa milik Jamaludin yang berada di tengah hutan di Lombok.

"Entahlah, tapi saya hanya mau Anindita mencintai saya dengan sendirinya. Biarkan Anindita melihat siapa diri saya sebenarnya, saya tidak mau kamu menjelaskan diri saya kepada Anindita, karena kamu pasti akan membangga-banggakan saya dihadapannya. Saya juga tidak mau dia mendengar penjelasan tentang saya dari Rayandra dan musuh saya, karena mereka pasti akan menjelekkan saya. Saya hanya mau Anindita sendiri yang menilai bagaimana diri saya, bagaimana diri saya kepada orang yang lebih tua dan bagaimana diri saya kepada orang yang derajatnya lebih rendah dari saya."

"Sepertinya saya terlalu bejat untuk berteman dengan dirimu Jamal,"

"Ah kamu ini berlebihan sekali Tik, saya tidak sebaik yang kamu pikirkan. Banyak hal jahat yang tidak disukai oleh Tuhan yang masih saya lakukan, kita itu sama Tik!"

"Kamu pasti lelah kan? Mau bersenang-senang? Saya siap mencarikan wanita malam seperti yang biasa kamu perintahkan Mal," tawar Tikta lalu Jamaludin melempar sebuah benda kecil kepada Tikta.

"Bilang saja kamu yang mau bersenang-senang," ejek Jamaludin dan mereka berdua tertawa terbahak-bahak ditengah hutan yang sepi nan gulita.

"Bilang saja kamu yang mau bersenang-senang," ejek Jamaludin dan mereka berdua tertawa terbahak-bahak ditengah hutan yang sepi nan gulita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AbsquatulateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang