1. Permulaan

130 22 6
                                    

Hai bestie! Anggap aja instrumen diatas sebagai backsound pas kalian baca ya hehe..
Selamat membaca!💜

Pagi ini seperti biasanya, Jihyo sudah membuka toko kue yang sudah turun temurun dari keluarganya. Meskipun bukan toko kue yang besar, namun pendapatannya dapat menghidupi Jihyo dan ibunya. Ya, mereka tinggal berdua. Jihyo tidak memiliki seorang kakak ataupun adik, dia anak tunggal. Ayahnya jatuh sakit dan meninggal ketika Jihyo masih berada dalam kandungan. Jihyo tumbuh tanpa pernah merasakan kasih sayang dari seorang ayah. Jihyo tidak masalah dengan itu, selama dia mempunyai ibu yang selalu sayang dan mensupport nya setiap saat.

Toko kue itu tidak besar, bahkan pekerjanya hanya Jihyo dan ibunya. Namun dia tidak keberatan karena dia mencintai pekerjaannya.

Klang kring kring kring...

Lonceng di pintu berbunyi, menandakan seseorang baru saja masuk kedalam toko kue itu.

"Selamat datang." Dengan semangat Jihyo menyambut pelanggannya tersebut.

"Roti melon dan susu pisang." Ia, pemuda yang setiap hari datang ke toko kue, memesan menu yang sama setiap harinya.

Lelaki itu menyodorkan uang dan menunggu pesanannya di meja pengambilan pesanan.

"Ini pesanannya tuan, terimakasih sudah berkunjung ke toko kami." Jihyo melebarkan senyumnya sambil memberikan keresek berisi pesanan pemuda itu.

"A-anu.." baru saja Jihyo mau membalikkan badannya untuk melangkah, lelaki yang ada di hadapannya kini membuka suara seolah ada yang ingin dia sampaikan.

"Iya tuan? Apa ada pesanan yang kurang atau salah?" Jihyo melihat mata pemuda dihadapannya itu sambil tersenyum bingung.

"Iya. Bukan, maksudku tidak. Eh, maksudku ada. Eh tidak, maksudku iya. Eh, maksudku.." belum tuntas pemuda itu bicara, Jihyo sudah memotongnya.

"Tuan, apa anda baik² saja?"

"Aku Jungkook, Jeon Jungkook. B-boleh aku tau siapa namamu?" Pemuda bernama Jeon Jungkook itu menundukkan kepalanya jelas sekali terlihat bahwa dirinya sedang malu.

"Namaku Jihyo, Park Jihyo. Senang berkenalan denganmu tuan Jeon Jungkook." Jihyo mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

"T-te-terimakasih banyak!" Suara Jungkook yang keras membuat Jihyo tersentak kaget.

Jungkook tiba² saja membungkukkan badannya 90⁰ lalu berlalu pergi dengan setengah berlari keluar dari toko kue meninggalkan Jihyo yang mematung karena kebingungan.

"Ada apa nak?" Ibunya Jihyo datang menghampiri Jihyo yang masih diam di tempat.
"Eh? Tidak ada bu." Jihyo tersenyum sekilas pada ibunya lalu pergi ke arah dapur toko kue itu.

••••••••••

Pemuda bernama Jeon Jungkook itu hari ini tidak datang berkunjung ke toko kue. Jihyo yang sudah tahu pukul berapa setiap harinya pemuda itu datang merasa aneh dan heran karena ketidakhadirannya.

Jihyo berpikir mungkin pemuda itu sakit atau mungkin saja berhalangan datang karena keperluan lain. Yah, Jihyo tidak mau terlalu membebani pikirannya dengan memikirkan kemana perginya pemuda yang biasanya setiap hari mengunjungi toko kue nya.

Waktu menunjukkan pukul 8 malam, sudah waktunya untuk toko kue itu tutup. Ibunya sudah pulang terlebih dahulu, karena Jihyo tidak mau merepotkan ibunya dengan ikut beres² setelah toko tutup.

Setelah selesai mengunci toko kue, Jihyo terdiam melihat pemuda yang ada di hadapannya yang biasa setiap hari datang ke toko kue itu.

"Maaf, tokonya sudah tutup tuan." Jihyo melemparkan senyuman ramah pada pemuda dihadapannya ini.

"A-aku datang untuk b-bertemu denganmu." Pemuda bernama Jungkook itu menunduk malu sampai Jihyo melihat wajah pria itu memerah.

"Ah begitu rupanya, ada apa tuan Jeon Jungkook?" Masih dengan senyum ramahnya Jihyo menanggapi pemuda itu.

"A-aku hanya ingin menyampaikan, b-bahwa aku selalu memperhatikanmu, a-aku selalu memikirkanmu, a-aku..."

"Maaf tuan, Aku tidak mengerti apa maksudmu." Jihyo pergi meninggalkan pemuda itu yang masih menunduk dan mematung di depan tokonya.

Ini pertama kali dalam hidupnya mendapat pengakuan dari lelaki seperti itu. Selama hidupnya, dia sama sekali tidak pernah merasakan jatuh cinta. Bukan berarti Jihyo tidak normal, tapi dia terlalu fokus dengan ibunya dan toko kuenya sehingga Jihyo merasa tidak punya banyak waktu untuk memikirkan masalah percintaan.

Jantungnya berdebar², Jihyo merasa gugup dan panik sekaligus. Apa yang baru saja pemuda itu sampaikan seperti mimpi baginya. Bukan berarti pemuda itu tidak menarik perhatian Jihyo, Jeon Jungkook pemuda yang baik. Dia juga cukup dekat dengan ibunya Jihyo karena setiap hari datang ke tokonya. Jungkook juga tampan, banyak pengunjung perempuan yang datang karena Jungkook sering datang ke toko. Sepopuler itu Jungkook sampai Jihyo baru menyadarinya sekarang.

Jihyo merasa bersalah karena menurutnya melontarkan kata-kata yang cukup kasar pada Jungkook. Dalam hatinya bertekad untuk meminta maaf besok ketika Jungkook datang ke tokonya dan memberikan roti melon juga susu pisang pesanan Jungkook seperti biasa secara gratis sebagai tanda permintaan maaf darinya.

••••••••••

Sudah 1 Minggu setelah kejadian tempo hari Jeon Jungkook datang. Pemuda itu sama sekali tidak terlihat batang hidungnya sedikitpun selama 1 minggu ini. Entah kemana, yang pasti rasa bersalah Jihyo semakin menjadi dengan ketidakhadiran Jeon Jungkook ke toko kuenya.

Jihyo bertanya pada ibunya dimana Jungkook tinggal atau dimana dia bekerja. Ibunya jelas terlihat kaget anak semata wayangnya menanyakan seorang lelaki, tidak seperti biasanya.

Ibunya Jihyo tidak mau menjadi penghalang untuk percintaan dan masa depan Jihyo, ibunya selalu merasa Jihyo terlalu memperhatikan dirinya. Disaat orang² yang seusia dengan Jihyo pergi berkencan dan menikmati hidup, Jihyo hanya berkutat dengan ibunya dan toko kuenya tidak ada yang lain. Usia Jihyo juga sudah bisa di katakan dewasa, 25 tahun dan itu bukan remaja lagi.

Setelah Jihyo mendapatkan informasi dari ibunya mengenai Jungkook yang bekerja di ujung jalan toko kue itu berada, di sebuah studio musik. Tidak terlalu jauh dari toko kue.

Hari ini Jihyo sengaja menutup toko kuenya lebih awal, karena ia akan datang mengunjungi Jungkook. Meminta maaf secara langsung dan secara sopan, itu tujuan utamanya.

Gludugh! Duaarrr!

Suara gemuruh dilangit menandakan akan segera turun hujan, Jihyo bergegas mengunci pintu tokonya lalu berjalan dengan cepat menyusuri trotoar menuju studio musik dimana Jungkook bekerja.

Tak lupa Jihyo membawa beberapa roti melon dan susu pisang yang mungkin itu adalah kesukaan pemuda itu. Jihyo menjinjing pula secarik kertas ditangannya.

Jihyo mempercepat langkahnya karena hujan mulai turun, dia menutupi kepalanya dengan kertas yang ada di tangannya agar tidak terkena air hujan secara langsung di kepalanya.

DUAARRRRR!

Jihyo merasa tersetrum oleh sesuatu yang membuat dirinya tersentak kaget. Jihyo kehilangan keseimbangannya, telinganya berdengung keras. Pengelihatannya kabur, Jihyo tidak dapat mengontrol dirinya.

Bruk!

Seorang wanita terlihat seperti berteriak sambil melihat ngeri ke arah Jihyo lalu mengucapkan sesuatu yang entah apa karena telinganya masih berdengung sehingga Jihyo tidak dapat mendengarnya. Kesadaran Jihyo menghilang, dia tidak dapat melihat lagi apa yang terjadi selanjutnya setelah terakhir kalinya dia melihat wanita itu seperti menelepon seseorang.


Aku gatau bakal bagus apa engga cerita ini, semoga aja ga geje dan kalian sukaa!
Kalo tertarik baca kelanjutannya tolong bantu vote dan comment nya ya! Borahe💜

Tbc.
_170122_

Back To You✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang