12. Badai

92 15 6
                                    

hai bestie!
sebulan lebih aku hiatus, maafkan:(
aku bakal coba buat up rutin lagi, Mudah-mudahan bisa dan lancar ya!
makasi banyak yg selalu setia nungguin cerita ini, sayang kalian 💋💜
sehat selalu ya, tolong bantu voment juga ya. makasi banyak!💜
Borahae💜
selamat membaca!~

.
.
.
.
.

"Apalagi yang harus aku lakukan nak Jungkook? Aku menyerah."

Desah pasrah keluar dari mulut wanita yang sudah cukup tua bernama Kim Nayeon itu.

Jungkook yang melihat ibu dari gadis yang di cintainya pun ikut merasa sedih dan bingung harus dengan cara apalagi untuk menemukan Park Jihyo.

Segala cara sudah mereka lakukan namun hasilnya selalu nihil. Seolah Jihyo lenyap begitu saja dari dunia ini tanpa jejak.

"Aku percaya Park Jihyo akan ditemukan bagaimanapun caranya. Aku masih bisa merasakan seolah dia masih berada di sekitar kita."

Jungkook mengusap lembut punggung tangan Nayeon menguatkan wanita rapuh itu.

"Tak usah menghiburku, aku tau kau pun kesulitan karena aku nak."

Entah apa yang dipikiran Kim Nayeon saat ini, dia terlihat sangat pasrah dengan keadaan saat ini.

Nayeon meninggalkan Jungkook yang sedang duduk di hadapan Nayeon dalam toko kue itu.

Jungkook mengepalkan tangannya seolah menahan amarah yang terasa sesak di dada. Jemarinya beralih memijat pelipis dahinya sambil mengerutkan keningnya terlihat sangat frustasi.

Ponselnya bergetar menunjukkan nomor yang tidak di kenalnya. Jungkook mengehela napasnya. Ia berpikir, kejadian buruk apalagi yang akan menantinya. Lalu Jungkook mengangkat panggilan di ponselnya itu.

"Halo."

"....."

"Ya, benar."

"....."

"A-apa? Maaf apa anda bisa mengulanginya?"

"......"

"I-iya b-baiklah. Saya akan kesana segera."

Tangan Jungkook seketika menjadi gemetar dan berkeringat. Jantungnya berdegup cepat, keningnya mulai mengucurkan keringat.

Ia tiba-tiba saja merasa pusing, Jungkook mulai kehilangan keseimbangannya. Lalu ia menyandarkan dirinya pada sandaran kursi yang Jungkook duduki.

Seolah masih tak percaya dengan apa yang baru saja Jungkook dengar barusan, ia seolah mematung. Dengan tatapan kosongnya, Jungkook mulai mencerna baik-baik apa yang dikatakan seseorang di balik panggilan teleponnya itu.

Detik selanjutnya Jungkook langsung berdiri dan memakai mantelnya yang berada disampingnya.

Seolah mendapatkan kembali kekuatan, Jungkook bergegas lari keluar dari toko kue tersebut.

Kim Nayeon yang mendengar suara langkah kaki yang buru-buru langsung menghambur menghampiri asal suara tersebut. Ia melihat Jungkook yang berlari menjauh dari pintu masuk toko.

♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

Jungkook tiba disebuah bangunan tua yang berada di pinggiran kota. Langit yang sudah mulai gelap membuat perasaan Jungkook semakin tak karuan.

Jungkook melangkahkan kaki kedalam bangunan tua itu dengan ragu. Namun rasa penasarannya lebih besar sehingga menciutkan keraguan dalam langkahnya.

CKLEK!

suara deritan pintu masuk membuat Jungkook menjadi was-was, entah kenapa. Jungkook mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya.

Seperti kantor pada umumnya, terlihat meja resepsionis tanpa tuan dan deretan bangku dan meja berjejer dalam ruangan itu. Tumpukan kertas-kertas serta buku berada di atas meja dan rak-rak yang berjajar rapi.

'Apa benar ini alamat yang aku tuju?'

Jungkook mengeluarkan ponselnya hendak menelepon seseorang, namun terdengar suara langkah yang mendekati Jungkook.

"Dengan saudara Jeon Jungkook?"

Seorang lelaki dengan matanya yang sipit dan senyum yang mempesona mengulurkan tangannya disamping Jungkook.

"Iya betul."

"Saya yang menelepon anda tadi, maaf anda harus jauh-jauh datang kesini."

"Ahh, tidak apa-apa. Saya tidak keberatan."

"Mari, silahkan duduk."

Lelaki dengan pakaian tuksedo dan rambut yang di tata rapi serasi dengan penampilan dan kesan pertama yang ditunjukkan, mempersilahkan Jungkook duduk di bangku panjang dekat pintu masuk.

"Izinkan saya memperkenalkan diri dengan resmi, nama saya Park Jimin seorang detektif swasta."

Lelaki bernama Park Jimin itu membungkukkan badannya seraya memberikan sebuah kartu nama pada Jungkook.

Jungkook menerima kartu nama itu terpampang jelas nama detektif muda itu dan tertulis biro swasta detektif bernama City Law.

"Saya melihat pamflet yang anda tempel dijalanan ketika hendak pergi ke pusat kota, saya merasa tidak asing dengan nama perempuan yang hilang itu. Setelah saya kembali dan memeriksa beberapa berkas yang masih tersisa terkait nama saudari Park Jihyo, saya menemukan persamaan yang menurut saya cukup mengejutkan dan berada diluar nalar."

Lelaki bernama Park Jimin itu duduk disamping Jungkook sambil membuka kancing tuksedo yang dikenakannya. Ia membuka pembicaraan dengan penjelasan yang panjang lebar.

"Maaf Tuan Park Jimin, saya kurang mengerti dengan apa yang anda bicarakan."

Jungkook mengerutkan dahinya dan menyimak dengan serius semua kata-kata yang Park Jimin lontarkan.

"Tunggu sebentar, akan saya bawakan berkas-berkasnya."

"I-iya, terimakasih."

.
.
.
.
.

apakah ceritanya jadi makin ga jelas? apakah makin membosankan?
maafkan><
semoga kalian suka sama chapter kali ini ya💜
makasi banyak yang uda voment ya, sehat selalu!💜
Borahae💜

.
.
.

Tbc.
_070422_

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 07, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Back To You✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang