What About Us? - 1. Classmate

260 3 0
                                    

Bel masuk sekolah sudah berbunyi dari lima belas menit yang lalu. Guru-guru sudah mulai berdatangan masuk ke kelas masing-masing untuk mengisi jam wali kelas. Suasana hari pertama duduk dibangku kelas sebelas tidak jauh berbeda dengan kelas sepuluh. Yang membedakan hanyalah teman satu kelas yang terlihat lebih brutal dari sebelumnya.

"Alyssa Tavinka Imogene Aadinath" Nama yang cukup panjang dan sulit dibacakan. Aku buru-buru mengangkat tangan saat dipanggil oleh wali kelasku. Yap itu namaku. Aku Alyssa Tavinka Imogene Aadinath. Aku biasa dipanggil Vinka. Di hari pertama ini aku duduk dengan teman sekelasku saat kelas sepuluh yang juga sahabatku di sekolah ini, namanya Floella Idette Rein. Dia tinggi, cantik, dan manis, banyak kaka kelas yang berusaha untuk mengejar dia.

"Permisi Bu mau izin panggil Keano, Erick, Darrens, sama Rivaldo untuk latihan" kata Seorang laki-laki di ambang pintu. Perawakannya tinggi dan kekar, dia juga tidak memakai seragam sekolah, melainkan jersey basket bertuliskan Cahaya Bangsa dengan nomor 26. Julian Lemuel Shan, kapten basket Cahaya Bangsa.

"Baru hari pertama sudah ada latihan lagi?" tanya wali kelasku.

"Iya Bu, minggu depan ada pertandingan" jawab Julian.

Laki-laki dengan perawakan yang tidak jauh dengan Julian keluar kelas dengan membawa tas kecil yang sepertinya hal penting diikuti dengan tiga temannya yang terlihat sama seperti Keano. Aku baru tau kalau nama dia adalah Keano. Dari kelas sepuluh dia dan teman-temannya sudah banyak dibicarakan tapi aku tidak terlalu perduli dengan hal itu.

Dia terlihat seperti bongkahan es bernyawa dengan tatapannya terlihat begitu dingin. Dan sekarang aku paham kenapa Keano menjadi buah bibir di sekolahku. Aku akui Keano ternyata semenarik itu, ditambah dengan sikap dinginnya yang membuat dia terlihat misterius dan sulit ditebak.

"Hari ini Ibu akan buatkan kalian denah ya, Ibu akan sebutkan dari baris paling kanan kalian berurut dari depan kebelakang" Wali kelasku asik mencoret kertas yang ada di mejanya. Dia beralih dari kertas kosong yang sudah dia coret ke daftar nama di sampingnya dan mulai menuliskan nama nama murid di kelasku.

Wali kelasku mulai memanggil nama-nama dan urutannya tidak bisa ditebak. Aku menunggu namaku disebut dan berharap aku tetap sebangku dengan Flo. Zonk, harapanku dijatuhkan begitu saja nama Flo dipanggil terlebih dahulu dan dipasangkan dengan Erick, teman Keano yang tadi dipanggil keluar. Semoga aku duduk dekat dengan Flo.

"Alyssa Tavinka dan Keano Aderald di bangku paling belakang baris kedua" Aku memindahkan tas kecil yang aku bawa hari ini ke bangku di belakang bangku kosong Erick.

"Belakang gua aja" pinta Flo.

"Biar kalau mau ngobrol enak, Flo" jawabku.

"Iya juga" Flo setuju.

Seisi kelasku sudah mendapatkan tempat duduk. Aku sepertinya harus menyiapkan mental untuk duduk dengan Keano. Dia akan banyak diam atau mungkin tidur dan aku yang akan diminta membangunkan atau dilempar pertanyaan mengapa Keano tidur saat kelas. Untung aku dekat dengan Flo jadi aku masih ada teman untuk mengobrol. Wali kelasku melanjutkan dengan pemilihan ketua kelas. Teman kelasku Keenan yang terpilih menjadi ketua kelas.

Setelah aku perhatikan, teman sekelasku hampir semua menarik. 14 perempuan, 16 laki-laki. Empat diantaranya pemain basket dan aku yakin ada satu komplotan lain di dalam kelasku.

Kelas hari ini hanya sampai jam 11 siang. Sekolahku tidak pernah memberikan pelajaran di hari pertama sekolah di tahun ajaran baru. Sekitar jam 10 Keano dan tiga temannya sudah kembali dari latihan. Keenan memberitahu Keano, Erick, Rivaldo, dan Darrens tempat duduk mereka. Aku melamun dan lupa kalau Keano adalah teman sebangkuku. Keano menyimpan tasnya dan menjatuhkan tubuhnya ke kursi dan menyandarkan sedikit sisi kanan tubuhnya padaku.

What About Us?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang