What About Us? - 7. Keluarga Besar

45 2 0
                                    

Matahari masuk ke kamar Keano. Kepalaku berat dan aku merasa kalau suaraku tidak baik-baik saja. Ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokanku sekarang. Keano masih terlelap disampingku, sepertinya tadi malam dia juga banyak minum. Yang sekarang aku ingat hanya semalam aku sedang berkumpul dengan Keano, Flo, Erick, Rivaldo, dan Darrens lalu mereka membuka beberapa botol minuman keras.

"Good morning" suara Keano jauh lebih berat dan lebih serak dibandingkan kemarin.

"Morning" jawabku. Yap betul suaraku juga jadi serak sekarang. Aku rasa ini efek dari minuman keras semalam.

"Sakit kepala ga?" tanya Keano sembari menarik tubuhku untuk lebih dekat dengan tubuhnya.

"Berat aja ga sakit" jawabku.

"Ya udah istirahat dulu aja di sini"

"Kemarin aku minum berapa banyak?" tanyaku.

"Ga banyak cuma kamu cepet naik" ujar Keano. "Semalem kamu nangis kata kamu kangen timmy, mama sama papa. Mama sama papa udah satu taun ga pulang"

"Serius?" tanyaku tidak percaya.

"Iya kamu bilang kalo kamu kangen mama sama papa, kamu ga butuh uang mereka aja tapi butuh mereka ada bareng kamu juga" Keano menjelaskan lebih banyak lagi soal kejadian semalam.

"Banyak yang denger?" aku penasaran. "Aku ga mau banyak yang tau soal masalah aku"

"Cuma kita aja yang tau yang lain ga denger" Keano menenangkanku. "Lain kali cerita ya cantik"

"Thank you ya, No" Keano tidak menjawab, dia memelukku dari belakang dan begitu hangat. Aku bisa merasakan bibirnya mencium pucuk kepalaku. Dia selalu jadi orang yang paling paham bagaimana cara membuat aku nyaman.

Waktu sudah menunjukkan jam Sembilan pagi, perutku sudah berbunyi. Aku malu karena Keano mendengar suara perutku dengan jelas dikala keheningan di ruangan ini, mungkin juga villa ini. Tidak ada kebisingan apapun yang terdengar dari dalam kamar. Kurasa mereka semua masih tertidur pulas.

"Kamu udah laper ya?" tanya Keano setelah mendengar suara perutku. "Ayo ke bawah kita buat sarapan, kamu mau mie atau nasi goreng atau apa?"

"Liat di bawah dulu ada apa ya?" tanyaku.

"Oke" Keano mengajakku keluar dari kamarnya dengan akses lift yang ada di kamarnya.

Benar saja, tidak ada orang. Lantai satu kosong, sama sekali tidak ada orang. Sepertinya mereka semua masih lelap. Aku bisa lebih dekat dengan Keano dibandingkan hari hari sebelumnya.

Keano membuka lemari pendingin dan mengambil beberapa makanan kemasan seperti sosis dan daging asap serta empat telur, dua buah tomat dan satu kotak jamur. Lalu dia beralih ke lemari di samping pendingin mengambil makanan kaleng berwarna biru, terlihat seperti kacang.

"Vin, sayang boleh tolong ambilin roti di meja makan?" pinta Keano.

"Boleh mau berapa?"

"Dua lembar aja cantik"

"Kamu mau masak apa?" tanyaku.

"English breakfast, biar kenyang" jawab Keano.

"Ya udah sini sama aku"

"Kamu potong potong ajaa biar ga kena minyak, sayang" jawab Keano.

"Sama roti yaa?" pintaku.

"Iya boleh"

Keano mulai dengan memasak daging asap dan juga sosis. Dia terlihat sangat terampil dalam masak memasak. Aku malah jadi minder melihat Keano masak sekarang. Aku memotong tomat menjadi dua bagian lalu dilanjut dengan jamur menjadi bagian kecil.

What About Us?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang