What About Us? - 2. Support System

84 2 0
                                    

Jersey warna hitam dengan nomor punggung 12 dengan nama Aethelfrith sudah ada ditanganku. Aku masih belum yakin untuk memakai jersey tersebut hari ini. Hari di mana Keano bertanding dan hari di mana aku harus memakai jersey pertandingan hitam miliknya. Aku yakin semua mata akan tertuju padaku ketika aku masuk ke area tribun penonton dengan jersey hitam ini.

Di GOR yang sama aku bisa melihat Flo dengan teman-teman sekelasku yang lain. Sepertinya Flo juga menggunakan jersey yang sama dengan yang aku pegang, tapi tidak tau punya siapa. "Floella"

"Vinka" balasnya. "Gua kira lu ga akan nonton"

"Nonton diminta sama Keano, disuruh pake jersey-nya dia juga" kataku sambil memperlihatkan jersey hitam milik Keano.

"Ini gua pake yang Erick, lu juga pake ya biar gua ada temen, ga mau sendirian" pinta Flo.

"Ya udah temenin gua ke toilet ya" pintaku.

Aku keluar dari kamar mandi dengan jersey hitam milik Keano. Flo yang dari tadi menungguku di depan kamar mandi terkejut melihat aku memakai jersey Keano.

"Vin sumpah lu pake jersey ini, vibes-nya langsung beda banget gila" ujar Floella.

"Engga ah, biasa aja tau Flo" balasku.

"Sumpah beda banget, Vin"

"Vinka" panggil suara laki-laki dari jarak yang cukup jauh. Aku kenal dengan suaranya. Keano. Dia berlari kearahku dengan jersey warna putih untuk pertandingan hari ini.

Keano berdiri tepat di depanku matanya melihat aku dari ujung kepala sampai ujung kaki dan berbalik dari ujung kaki ke kepala. Aku bisa lihat binar lain matanya saat ini. Aku tidak merasakan apapun yang berbeda dari diriku hari ini selain baju yang aku pakai. Keano tidak berhenti melihat ke arahku.

"Keano Aderald" panggilku.

"Eh iya, sorry sorry" Keano baru melepaskan tatapannya padaku. "Lu beda banget"

Aku bingung di mana letak beda yang dikatakan oleh Flo dan Keano. Rambutku terurai seperti biasa, warna coklat dengan sedikit keriting dibagian bawah. Aku hanya pakai bedak tipis, sedikit membingkai alis, mascara, dan pewarna bibir supaya tidak terlihat pucat.

"Vin, ini tiketnya ya" Keano menyodorkan 1 lembar tiket berwarna biru untuk aku menontonnya hari ini.

"Nikmat mana yang kau dustakan" celetuk Rivaldo sesaat setelah melihat Vinka dan Flo.

"Aduh aduh udah mau tanding sempet sempetnya bucin dulu" ujar Darrens.

"Tunggu tunggu, apaan nih? Jersey Keano dipake Vinka, jersey Erick dipake Flo" protest Rivaldo.

"Vin lu cocok pake jersey Keano" ucap Darrens.

"Setuju. Cepet kalian harus cepet pacaran, wajib kudu harus" titah Rivaldo.

"Thank you ya, Flo" ujar Erick. Flo membalasnya hanya dengan senyuman tipis tapi aku bisa melihat ketulusan dari senyuman Flo.

"Cantik bat anying" kata Julian dan Timmy kompak. Mereka berdua memang seperti anak kembar, sering kompak tanpa disengaja.

"Thank you ko" jawabku.

"Ditinggal dulu ya, mau siap siap" pamit Keano.

"Good luck ya" jawabku.

"AAAA MELELEH" teriak yang lain kompak.

Awalnya yang datang menghampiri aku dan Flo memang hanya Keano. Tidak lama ada Darrens, Rivaldo, dan Erick, lalu disambung oleh Timmy dan Julian serta teman-teman satu timnya yang lain. Mereka terlihat seperti sedang bersiap untuk tawuran dengan sekolah lain hanya kurang senjata tajam saja.

What About Us?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang