What About Us? - 18. Cahaya Bangsa Cup

40 2 0
                                    

Babak penyisihan Cahaya Bangsa Cup. Lawan kali ini bukan lawan yang sulit. Kata Keano mereka baru pertama kali ikut pertandingan. Aku percaya karena aku tidak pernah mendengar nama sekolah ini dipertandingan manapun sebelumnya. Tapi memang Wolves tidak boleh meremehkan siapapun. Karena bisa saja keadaan berbalik. Pertandingan berlangsung di sore hari. Keano sekarang membawa mobil ke sekolah, jadi selesai sekolah dia tinggal menyimpan tasnya di mobil dan mengambil tas untuk bertanding.

"Sayang, kita ke sebrang dulu yuk" ajak Keano. Di seberang Cahaya Bangsa memang ada mall besar di kota Bandung. Jadi jika siswa siswi Cahaya Bangsa bosan menunggu dijemput atau mau main hanya tinggal menyebrang saja.

"Mau jajan?" tanyaku.

"Iya sekalian abisin waktu, lumayan masih lama pertandingan"

"Kamu ga mau nonton lawan buat nanti dibabak abis ini?" Biasanya Keano suka menonton lawan pertandingannya setelah Wolves menang.

"Udah yakin banget nih kayanya bakal menang" goda Keano.

"Ya harus lah masa ga yakin" jawabku sombong.

"Iya deh yang yakin pacarnya pasti menang, ayo ke sebrang dulu jajan abis itu ke dalem nonton ya" ajak Keano.

"Iya sekalian aku mau bikin konten" Aku bukan panitia dari Cahaya Bangsa Cup, tapi panitia memintaku untuk jadi bagian dari konten social media dari Cahaya Bangsa Cup.

"Ih asik sekali anak konten satu inii" Keano terus menggodaku. "Yang, aku ganti baju dulu boleh ga?"

"Iya ganti ajaa aku gerah liatnya"

"Kamu ga ganti?" tanya Keano.

"Kan mau bikin konten sayang"

"Oh iya lupaa"

Aku dan Keano menuju ke mobil hitam milik Keano untuk menyimpan semuanya yang berkaitan dengan sekolah. Keano juga sudah siap dengan celana pertandingan dan kaos serta sandal slip-on hitam kesayangannya. Iya Keano ganti baju di mobil. Dia terlalu malas untuk kembali ke dalam sekolah untuk ganti baju.

"Enak sekali pake kaos jadi mau" kataku menggigit bibir atasku.

"Jangan kaya gitu, ntar kalau aku kelepasan cium kamu bahaya" bisik Keano. Aku melotot mendengar apa yang Keano bilang dan melemparkan tatapan tajam untuk Keano. Keano mencubit pelan pipiku dan merangkul bahuku untuk berjalan segera ke mall di seberang sekolah.

"Kurang-kurangin lucunya, aku ga mau kamu diambil sama orang lain"

"Ga akan ada yang bisa" balasku.

"Kamu mau jajan apa?" tanya Keano setelah kami sampai di mall.

"Mobil, rumah, apartemen, tanah, emas" jawabku ngawur.

"Kalau gitu kita married besok ya"

"Tanding dulu hei fokus"

"Ya abis mancing sih"

Aku dan Keano berputar mengelilingi mall, mencari toko minuman yang baru saja buka. Toko minuman jus kelapa, beli dua satu untukku satu untuk Keano setelah pertandingan nanti. Keano biasanya makan pisang sebelum bertanding satu sampai dua buah cukup. Kalau Erick dan Rivaldo masih sempat makan nasi.

Dua minuman kelapa sudah ada ditanganku waktunya kembali ke sekolah dan mulai menonton serta membuat konten. Tim video juga sudah menunggu di lobi sekolah.

"Keano ikut masuk konten ya" pintaku pada tim video.

"Boleh kalau Keano mau" katanya setuju.

"No, kamu ikutan masuk konten sama aku" Vinka bukan melempar pertanyaan tapi memberikan pernyataan langsung untuk Keano, dan Keano tidak bisa menolak.

What About Us?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang