What About Us? - 20. Defending Champion

33 2 0
                                    

"Jersey tanding kita hari ini beda ya?" tanya Evan.

"Iya jadi nanti ambil di sekolah jersey finalnya" jawab Ko Iden.

Ko Iden, Keano, dan Evan sedang sibuk mempersiapkan barang barang pertandingan mereka hari ini. Pertandingan final untuk mempertahankan piala bergilir dari Cahaya Bangsa Cup. Perlengkapan mereka berubah hampir 80% ketika pertandingan final. Apa lagi sepatu, mereka selalu punya sepatu khusus untuk final. Katanya sepatu juga jadi kunci buat Cahaya Bangsa Wolves bisa menang di final.

"Ke sekolahnya pagian yuk?" ajak Evan. "Nonton perebutan juara tiga dulu"

"Ayo aja" Keano setuju.

"Oke" Ko Iden juga setuju.

"Tapping jangan lupa, No" Ko Iden mengingatkan.

"Huaaaaa pake baju apaaa" aku merasa aku tidak punya baju lagi untuk menonton pertandingan final Cahaya Bangsa malam ini.

"Itu baju banyak" Keano menunjuk lemari pakaianku.

"Udah pernah dipake semua"

"Vinkaaa" Keano mengunci kepalaku diantara badan dan lengannya.

"Pake apa dong???"

"Tank top sama cardigan lagi juga gapapa kok bagus" Keano memberikan saran. "Dress or one set juga ok"

"Coba tar kamu liatin ya bagus apa engga" pintaku.

"Iya"

Aku mengganti baju rumah ke dress hitam pendek dan belum apa apa Keano sudah protes, katanya terlalu sexy untukku. "Aku pake denim lagi, ga mungkin ke sekolah pake baju kaya gini"

"Iya harus pake ah ga mau bagi bagi akunya"

"Gemes amat sayang aku inii" kataku sambil mencubit pipi Keano. "Perlengkapan buat tanding udah semua? Tapping mau dipasang dulu ga?"

"Udah, tapping nanti aja sama fisioterapis sekolah" jawab Keano.

"Okee"

Ko Iden dan Evan sudah menunggu di ruang tengah. Perlengkapan mereka sudah masuk ke dalam tas. Semua sudah siap hanya tinggal berangkat.

"Astagaaa Ciciiiiii" protes Evan. "Boleh ga ya jangan cantik cantik"

"De ampunnn" Ko Iden juga ikut protes.

"Aku ga tau pake baju apa lagi jadi ya udah jangan protes ah" kataku supaya mereka diam.

"Perlengkapan semua udah dibawa ya? Ga ada yang ketinggalan?" lanjutku.

"Udahh, sepatu aku nanti dibawain papa ke sekolah"

"Ya udah ayo berangkat" ajakku

"Berang berang makan nasi, berangkat" kata Evan. Dia mulai kambuh.

"beli apel di pasar, ga nyambung goblok" Ko Iden juga ikut aneh.

"Samanya sia juga" umpat Keano. Mereka terlihat seperti kakak beradik yang jaraknya sangat dekat dan bertengkar setiap hari.

Aku dan Keano masuk ke mobil diikuti oleh Evan sementara Ko Iden masuk ke mobilnya sendiri. Dua mobil hitam beriringan sampai ke sekolah, kadang saling salip, kadang balapan ya suka suka mereka. Evan yang duduk di depan jadi mereka punya dunia sendiri di depan, biarlah sekali sekali.

"YUHUUU FINAL SAYANGGG" teriak Evan.

"FINAL BABY" Keano juga ikut berteriak.

"baby baby dahlah pacaran sama bola basket aja" protesku.

What About Us?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang