What About Us? - 10. 24/7=+1

34 2 0
                                    

Suasana sekolah setelah aku tinggal selama hampir satu minggu tidak ada yang berubah. Semuanya masih sama, yang mungkin berubah hanyalah mereka yang sempat menghinaku kini menjadi lebih baik. Dan sepertinya aku merasakan ketidakhadiran seseorang yang selama ini aku harapkan tidak ada di sekolah.

"VINKA" teriak Julian, namun dibalas dengan tatapan dingin dari Keano. "ANJIR LANGSUNG DILIATIN SAMA PAWANGNYA"

"De" panggil Timmy.

"Hm?"

"Titania" Timmy mengatakan sesuatu yang aku tidak mau dengar sebenarnya.

"Iya aku tau" jawabku. "Aku cuma bingung aja aku ada salah apa sama dia sampe dia kaya gitu, kenal juga baru gara gara dia mulai duluan. Orang lagi diem malah diusik"

"Kamu tau kan dia suka sama aku?" tanya Keano. Aku mengangguk.

"Karena itu, dia ga suka kamu deket sama aku jadi dia cari cara gimana caranya kamu ga deket sama aku" Keano menjelaskan. "Cara yang dia pake ya ini mau bikin aku ga percaya lagi sama kamu, ngerusak nama kamu tapi caranya terlalu kotor"

"MAU JUGA DIGITUIN SAMA AYANG" teriak Julian. Timmy menyentuh kening Julian untuk mengetahui apakah Julian demam atau tidak.

"Panas" ujar Timmy. "Ke UKS sana lu"

"LU SAMA VINKA UDAH JADIAN YA?" tanya Julian.

"Sok tau" jawab Keano.

"DINGIN BANGET SI SIALAN" umpat Julian.

"Lu bacot, Panjul" timpal Rivaldo.

"Berani beraninya ke kakak kelas" ujar Julian sambil memukul pelan kepala Rivaldo.

"Ya kalo kakak kelasnya kaya sia siapa yang ga berani sih?" tanya Erick.

"Bangke, samanya" umpat Julian. "Lu ga sekalian, Ver?"

"Engga gua tau diri"

Terkadang berada ditengah orang-orang seperti mereka memiliki kesenangan tersendiri. Mereka selalu bisa membuatku tertawa sampai aku lupa kalau hidupku bahkan tidak baik-baik saja. Kehadiran Keano yang tiba-tiba juga memberikan dampak besar untukku. Dia berhasil mendapatkan tidak cuma aku tapi juga kepercayaan Iden dan juga orang tuaku.

Satu hal yang sekarang aku tidak tau, seperti apa perasaan Keano. Apakah sama denganku atau dia memang seperti itu untuk orang-orang tertentu dihidupnya. Jika iya, aku harus mulai mempersiapkan diri untuk tidak jatuh lebih dalam.

Aku meninggalkan mereka untuk ke kamar mandi, kamar mandi di sekolahku memang cukup jauh dan harus melewati kolam ikan. Yang benar saja ponselku jatuh masuk ke kolam ikan hanya karena aku menghindar dari adik adik kelasku yang berlarian yang aku sendiri tidak tau karena apa. Aku bergegas untuk ke kamar mandi, membiarkan ponselku di dalam air. Aku tenang karena aku tau ponselku tahan air.

"Pa, boleh bantu tolong ambilin hp saya?" tanyaku pada seorang pekerja di sekolah.

"Boleh, di mana hp kamu?" aku menunjuk ke arah kolam ikan. "Astaga cici kenapa bisa?"

"ke lempar tadi anak kelas 10 lari lari" jawabku dengan santai.

Bapak yang aku tidak tau siapa namanya itu benar benar masuk ke kolam yg ternyata pendek dan mengambil ponselku. Aku langsung coba untuk menyalakan ponsel tapi tidak bisa. Aku mencoba untuk tenang seolah tidak terjadi apapun di depan Bapak yang membantu aku mengambil ponselku.

"Nyala?" tanyanya.

"Nyala Pak" jawabku sembari mengambil satu lembar uang biru di kantongku karena sudah membantuku hari ini. "Makasih banyak ya Pa"

What About Us?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang