"Sebuah perpisahan hanya terjadi bagi mereka yang mengaku cinta hanya melalui mata. Bagi siapa pun yang cinta dengan hati dan juga jiwanya, tidak akan pernah merasakan sebuah perpisahan."
Beberapa hari kemudian, pengumuman kelulusan pun sudah di informasikan, puji syukur semua siswa dan siswi di SMA Neo lulus seratus persen, semua siswja tampak bahagia sekali, senyum sumringah terukir di wajah mereka.
"Horeee kita lulus bareng guys, seneng banget dah," ujar Haikal antusias.
"Iya nih, seneng banget gue, nilainya juga lumayan lah gak buruk-buruk banget," timpal Mahen.
"Iya ya guys, alhamdulillah banget nih, eh kira-kira setelah ini rencana kalian mau gimana?" tanya Vanya.
"Kalau gue kayanya mau nyoba daftar di salah satu kampus deket sini sih, itu di Kwangya University," ucap Citra.
"Wah sama dong," kata Mahen, Haikal, dan Vanya kompak.
"Wihh bisa samaan gini ya kita,"
Mereka pun hanya mengangguk sambil kembali merayakan hari kelulusan itu dengan bahagia, namun tiba-tiba Vanya terdiam, ada suatu hal yang kosong menusuk ke dalam hatinya, ia kembali teringat dengan kekasih hatinya yang telah lama pergi.
"Va, lu kenapa? kok tiba-tiba diem?" tanya Citra sambil menyentuh pundak Vanya.
"Nggak apa-apa kok, gue cuma ke inget Rendy aja, kangen deh," ucapnya.
Mereka semua menatap iba ke arah Vanya, bahkan setelah sekian lama Rendy pergi, Vanya masih terlihat serapuh ini, padahal dulu, Vanya adalah gadis yang periang, namun semuanya berubah ketika sosok itu menghilang, dunia Vanya seakan gelap.
"Va, jangan gini terus dong, kita sedih loh ngeliat lu gak bersemangat gini," ucap Haikal.
"Ah, gak apa-apa guys, kalian gak usah khawatir, gue pamit duluan boleh gak?" ucap Vanya.
"Mau ke mana Va? gue temenin ya?" tawar Citra.
"Nggak usah Cit, gue lagi pengen sendiri, gak jauh kok, cuma mau ke makam Rendy, gue kangen pengen peluk dia," ucapnya lirih.
"Lu yakin bisa ke sana sendirian Va? yakin kuat?" tanya Haikal tampak khawatir.
"Iya guys, tenang aja," ucap Vanya meyakinkan.
"Yaudah Va, hati-hati ya, bilangin ke Rendy, sorry kita belum bisa ke sana lagi," ucap Mahen.
Vanya pun mengangguk, lalu pergi meninggalkan ke tiga sahabatnya.
Di perjalanan Vanya merasa dadanya sesak sekali, rasa rindunya terhadap kekasih hatinya itu seakan tak bisa ia tahan lagi, Vanya pun mempercepat langkahnya agar ia bisa segera sampai di tempat Rendy beristirahat.
Kini ia sudah sampai di sebuah pemakaman umum, ia tersenyum getir, lagi-lagi ia harus kembali ke tempat di mana ia merasa dunianya hancur.
"Lagi-lagi gue harus balik lagi ke sini, masih sulit buat gue terima kenyataan ini, meski pun dia udah pergi sejak lama," ucap Vanya sambil menatap hamparan gundukan tanah di sana.
Vanya mulai melangkahkan kakinya menuju sebuah makam di sana, dengan langkah gemetar ia terus berjalan menapaki jalanan di sana.
Kini ia telah sampai di sebuah gundukan tanah bertuliskan nama RENDY SAPUTRA NUGRAHA, sebuah nama yang masih dan akan selalu tersimpan di hati Vanya.
"Hai sayang, aku datang lagi," ucap Vanya lirih.
"Apa kabar kamu hemm? udah gak sakit lagi kan?" celotehnya.
"Aku kangen kamu Ren, sekarang aku udah lulus SMA loh, Citra, Haikal, sama Mahen juga, pokoknya kita lulus seratus persen loh, aku seneng banget, tapi.. rasanya ada yang kurang Ren," ucapnya sambil mengelus nisan Rendy.
"Ada yang kurang, karena di sana gak ada kamu, harusnya sekarang kita lagi ngerayain kelulusan bareng kan? seperti yang kamu bilang dulu, katanya kalau kita lulus bareng nanti, kamu mau ajak aku jalan-jalan ke taman bermain kan? tapi kenapa kamu bohong? kenapa kamu... kenapa kamu malah ninggalin aku sendirian Ren," ucap Vanya lagi.
Setetes cairan bening dari pelupuk matanya turun begitu saja, Vanya menumpahkan kerinduannya di sana, ia memeluk gundukan tanah itu erat, sambil menangis sesenggukan.
"Tuh kan aku nangis lagi, maaf ya, kamu tau gak Ren? kayanya gak akan ada yang bisa gantiin posisi kamu di hati aku deh, aku cuma mau kamu Ren, bisa gak sih kamu hidup lagi," ucap nya melantur.
"Hahaa, aduh lama-lama aku bisa gila nih, kamu mau aku bahagia kan Ren? kamu ngajarin aku banyak hal selama ini, tapi kamu lupa ngajarin aku cara supaya aku bisa bahagia tanpa kamu Ren, lalu sekarang bagaimana caranya aku ngabulin ke inginan kamu Ren? jawab aku Ren," ucapnya lagi.
Entah mengapa hari ini rasanya Vanya merasa emosional sekali, pada kenyataannya ia sampai detik ini belum bisa menjalani hari-harinya seperti dulu ketika rembulannya masih bersama semestanya.
Sebenarnya selama setahun terakhir, Vanya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk bisa membiasakan diri menjalani hari-hari seperti biasa, namun bagaimana ia bisa menjalani hari-harinya jika bayang-bayang kenangannya bersama Rendy selalu menghantui pikirannya.
Setelah ia bisa mengontrol kembali perasaannya, ia mulai mencoba untuk tenang.
"Maaf ya sayang, aku tadi terlalu over, abisnya aku kangen banget tau ih, udah ah aku pulang dulu yaa, besok aku ke sini lagi deh, janji," ucapnya sambil menempelkan jari kelingking di nisan Rendy.
"Aku pamit pulang ya sayang, sampai jumpa lagi esok rembulanku," ucap Vanya sambil mengecup singkat nisan Rendy.
Kini Vanya sudah berada di rumahnya, ia sedang merenung di balkon kamarnya, sambil mendengarkan sebuah lagi di smartphone nya.
Lagu berjudul Kamu dan kenangan yang di nyanyikan oleh Maudy Ayunda, penyanyi muda berbakat di indonesia.Kamu dan segala kenangan menyatu dalam waktu yang berjalan
Dan aku kini sendirian menatap dirimu hanya bayangan
Tak ada yang lebih pedih
Dari pada kehilangan dirimu
Cintaku tak mungkin beralih
Sampai mati hanya cinta padamuBegitu lah kiranya beberapa penggal lirik lagu dalam lagu itu, seakan mewakili perasaan Vanya pada saat ini.
Meski pun kini ia hanya bisa menatap bayang-bayang Rendy, namun rasa cintanya akan selalu sama besarnya ketika lelaki itu masih ada di sampingnya.
"Kamu dengerkan Ren, sampai kapan pun aku akan tetap mencintai kamu, meski pun mungkin nanti ada lelaki yang hadir di hidup aku, kamu akan tetap mempunyai tempat tersendiri di sini," ucap Vanya sambil menunjuk ke arah hatinya.
Kemudian ia kembali masuk ke dalam kamarnya, menatap ke sekeliling, sampai fokusnya terhenti pada sebuah figura fotonya bersama Rendy beberapa waktu lalu, ketika mereka masih awal-awal berpacaran, masih terlihat polos dan malu-malu.
Tanpa di sadari Vanya tersenyum tipis sembari menatap foto itu, sebuah foto yang mungkin tak akan pernah bisa ia reka ulang kembali.
Sepertinya terlalu banyak memori indah ketika ia bersama Rendy, sampai untuk menghapusnya pun terasa sangat sulit, Vanya hanya ingin ia bisa hidup ceria seperti dulu, entah itu kapan, mungkin memerlukan waktu yang cukup lama sampai ia benar-benar siap membuka kembali hatinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
You and The Memories ( End/ Sudah Terbit )
Teen FictionSELESAI Setelah kehilangan sosok lelaki itu, Vanya terlihat semakin murung, kini tak ada lagi yang bisa membuat hari-harinya berwarna, tak ada lagi seseorang yang bisa membuatnya tertawa lepas, kenangan demi kenangan terlintas begitu saja di pikiran...