♡ Chapter 15 ♡

85 78 35
                                    

"Terkadang, kamu rindu seseorang, bukan karena lama tak bertemu, tapi karena apa pun yang kamu lakukan, kamu berharap dia ada di sampingmu."



Saat ini Vanya sedang berjalan di bawah teriknya matahari, entah langkah kakinya akan membawa Vanya ke mana, di persimpangan jalan ia melihat ada sebuah kedai bakso kaki lima yang sudah lama sekali tak pernah ia kunjungi, terakhir kali ia mengunjungi kedai itu sekitar satu setengah tahun yang lalu bersama Rendy tentunya.

"Udah lama banget gue gak ke sana, kangen juga rasanya sama bakso mang Ujang, rasanya masih seenak dulu gak ya?" gumamnya.

Dengan langkah tergesa-gesa ia segera berlari menghampiri kedai bakso itu, suatu tempat yang menurut Vanya banyak sekali kenangannya bersama mendiang sang kekasih tercintanya.

Dulu ia dan Rendy terbilang sering sekali mengunjungi tempat itu, entah hanya untuk sekedar mengisi perut sepulang sekolah, atau pun berteduh sejenak di kala hujan turun sembari menikmati semangkuk bakso panas dan teh manis hangat.

"Hai, mang Ujang masih ingat sama Vanya gak?" ucapnya.

"Ehh, nanti mang Ujang inget-inget dulu ini tuh neng Vanya kan ya?" ucapnya ragu.

"Iya mang, ini Vanya, udah lama ya Vanya gak mampir ke kedai ini," ucap Vanya.

"Iya ih lama banget, sok atuh duduk dulu neng, mau pesen apa? kaya biasa kan ya? bakso tanpa mie sama teh manis?" ucap mang Ujang ramah.

Vanya pun mengangguk, lalu segera duduk di sebuah kursi panjang yang terbuat dari kayu, ia memerhatikan setiap sudut di kedai itu, ada beberapa perbedaan sejak terakhir kali ia mengunjungi tempat itu, tempatnya sudah sedikit di perluas dari sebelumnya.

Lalu ia terdiam sejenak, sekelebat bayang-bayang kebersamaannya dengan Rendy di tempat itu kembali menghantuinya.

Kala itu, sekitar pukul 4 sore, Vanya dan Rendy baru saja pulang dari sekolah karena harus melakukan kegiatan ekstrakulikuler terlebih dahulu, saat itu derasnya hujan turun begitu saja.

Vanya dan Rendy yang tengah dalam perjalanan pulang ke rumah pun terpaksa harus berteduh sejenak agar mereka bisa pulang tanpa harus basah kuyup, apalagi Vanya termasuk orang yang rentan sekali masuk angin.

"Eh sayang, kita mampir dulu yuk ke kedai bakso mang ujang, kamu pasti laper kan?" ucap Rendy.

"Mmm, iya laper sih, yaudah ayo biar sekalian kita bisa berteduh dulu di sana," ucapnya.

Tak butuh waktu lama, mereka pun telah sampai di kedai bakso milik mang Ujang, Vanya dan Rendy pun segera memesan dua mangkuk bakso untuk mereka berdua.

"Mang, biasa ya, bakso dua sama teh manis hangatnya, yang satu baksonya jangan pakai mie ya," ujar Rendy.

"Oke siap, sok tunggu di sana aja kasian tuh si neng cantik," kata mang Ujang

"Yee si mamang mah, yang di kasianin Vanya doang, Rendy nggak nih?" ujarnya sambil terkekeh.

"Ehh gak gitu maksudnya, udah sana atuh kalian tunggu aja di sana, nanti pesanannya mamang anterin," ucap mang ujang lagi.

Lalu, mereka pun segera pergi ke tempat yang telah di sediakan di sana, tempatnya nyaman sekali, meskipun tidak terlalu luas, namun cukup membuat para pengunjung betah berlama-lama di tempat ini.

Tak lama pesanan pun datang, mereka pun segera menyantap bakso itu dengan lahap.

Ketika mereka tengah menikmati bakso yang terasa sangat lezat itu, tiba-tiba ada dua orang anak kecil yang terlihat seperti sedang memerhatikan mereka, Vanya dan Rendy awalnya tak menghirau kan kedua anak kecil tersebut.

Namun, tanpa sengaja Rendy mendengar sebuah percakapan kecil di antara mereka yang membuat hatinya terenyuh.

"Kak, aku lapar, udah hampir 2 hari kita gak makan, aku pengen deh sesekali kita makan enak kaya kakak yang di sana" ucap salah satu anak kecil itu sambil melirik ke arah Rendy dan Vanya.

"Iya sabar ya dek, maaf kakak belum bisa beliin kamu makanan, uang kita juga gak cukup kalau buat beli bakso itu, udah yuk kita pergi aja dari sini," jawab sang kakak lirih

Ketika mendengar itu hati Rendy dan Vanya terasa sakit sekali, bagaimana bisa anak seusia mereka harus berkeliaran di jalanan hanya untuk mencari uang demi sesuap nasi.

Dengan tergesa-gesa ia segera menghampiri kedua anak tadi sebelum mereka pergi dari tempat itu, mengajaknya untuk makan bersama di kedai bakso itu, awalnya kedua anak kecil itu menolak, namun dengan sedikit bujukan dari Rendy, akhirnya mereka pun mau untuk di ajak makan bersama.

Rendy memperhatikan kedua anak kecil yang sedang menyantap bakso itu dengan lahap sekali, tanpa sadar ia mengulas sedikit senyuman di bibirnya.

"Terima kasih banyak kak," ucap salah satu anak kecil itu.

"Iya sama-sama, kalian udah kenyang? atau mau nambah lagi?" ucap Rendy sambil mengelus puncak kepala anak itu.

"Nggak usah kak, kita udah merasa cukup kok, sekali lagi terima kasih kak," ucapnya lalu memeluk erat tubuh Rendy.

Ia sempat terdiam sejenak, lalu kemudian membalas pelukan hangat dari tubuh mungil kedua anak itu.

Setelah itu, kedua anak itu pun pamit  pulang, Rendy pun sempat memberikan sedikit uang untuk mereka membeli makanan beberapa hari ke depan, memang tidak terlalu besar nominalnya, namun ia rasa cukup untuk mereka.

Vanya yang sedari tadi melihat perlakuan hangat Rendy pada anak-anak itu, membuatnya terkagum, jiwa kepeduliannya terhadap sesama sangat besar, dan itu membuat rasa sayang dan cintanya pada lelaki di hadapannya ini semakin besar.

Vanya merasa beruntung sekali bisa di pertemukan dengan lelaki sebaik Rendy.


"Neng sok ini di makan, jangan melamun atuh" ucap mang Ujang.

Suara mang Ujang membuyarkan semua lamunannya.

"Iya mang, terima kasih"

"Sama-sama, oh iya, pacarnya neng teh kemana? kok gak di ajak ke sini, itu si a Rendy," ucap mang ujang.

Vanya yang mendengar pertanyaan itu pun hanya bisa diam tanpa mampu menjawabnya, terlalu sulit baginya untuk mengungkapkan semua itu.

Mang Ujang yang melihat reaksi dari Vanya yang tak merespon apapun, merasa sedikit heran, sebenarnya apa yang terjadi, namun ia merasa tak perlu menanyakan hal itu terlalu dalam, lalu mang Ujang pun meninggalkan Vanya di tempatnya untuk kembali meracik bakso untuk para pembeli.

Setelah hampir sekitar 30 menit ia berada di sana, ia pun memutuskan untuk segera pulang, karena sepertinya sebentar lagi waktu sudah akan mulai menjelang sore.

Di perjalanan pulang, ia merasakan sebuah perasaan sesak di dadanya, ia merasakan sebuah rasa rindu terhadap kekasihnya itu, ia masih ingin Rendy ada di sampingnya saat ini, menemani Vanya lagi, namun ia sadar bahwa semua itu tak akan mungkin terjadi.

Ia tau hidup harus terus tetap berjalan, ia berusaha tetap melanjutkan hidupnya tanpa adanya Rendy lagi, sampai mungkin nanti mereka kembali di pertemukan di sebuah tempat yang berbeda.

Biarlah kini ia menyimpan rasa rindu dan cintanya untuk Rendy lebih lama lagi, sampai rindu dan cinta itu kembali pulang pada pemiliknya.

You and The Memories ( End/ Sudah Terbit )  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang