♡Chapter 3♡

163 141 139
                                    

Saat ini Vanya tengah berdiri di sebuah tempat yang sudah tak asing lagi untuknya, ia menatap lurus ke arah tempat itu, tempat di mana ia harus merasakan kembali rasa sakit itu, perlahan-lahan ia melangkah menuju tempat di mana ia akan bertemu dengan sang kekasih hati.

"Ren, aku datang, tunggu aku ya," ucapnya lirih.

Akhirnya ia sudah sampai di sana, ia juga berpapasan dengan para sahabat kekasihnya itu, iya, di sana juga ternyata ada Haikal dan Mahen, sahabat dekat Rendy, mungkin mereka juga sedang di landa kerinduan yang mendalam pada sahabatnya itu.

"Ehh, Vanya, akhirnya lu ke sini juga ya, kasian Rendy nungguin lu tuh, katanya dia kangen, sana samperin," kata Haikal.

"I-iya, kalian udah lama di sini?" tanya Vanya pada dua orang itu.

"Ohh, iya lumayan sih, udah sana, kita mau pamit pergi dulu, eh Cit jagain Vanya ya," kata Mahen pada Citra.

"Oh iya tenang aja, aman," kata Citra.

Setelah itu mereka pun pergi dari tempat itu meninggalkan Vanya dan Citra dalam keheningan.

Vanya pun mendekati tempat di mana Rendy berada. Ia langsung bersimpuh di sana, mati-matian ia menahan air matanya agar tidak jatuh, namun nihil air matanya jatuh begitu saja tanpa aba-aba.

"Hai, sayang, kamu kangen gak sama aku? m-maaf ya aku baru bisa jenguk kamu ke sini," katanya sambil menangis.

"Aku datang ke sini sama Citra loh, soalnya aku belum berani datang ke tempat ini sendirian, ohh iya maaf ya sayang, aku masih sering nangisin kamu, semuanya terlalu sulit untuk aku Ren, kamu bisa gak balik lagi ke sini sama aku? aku kangen Ren, aku pengen peluk kamu, aku kangen suara kamu, aku kangen di manja sama kamu, aku juga kangen di marahin sama kamu kalau aku telat makan," kata Vanya sambil menatap lirih ke sebuah gundukan tanah yang terhampar di sana.

Vanya tak kuasa menahan air matanya, ia menangis sesenggukan sambil mengelus papan nama yang tertancap di sana, sampai saat ini ia masih tak percaya kalau kekasih hatinya kini telah pergi sangat jauh dari hidupnya.

Rendy pergi terlalu cepat, meninggalkan orang-orang yang di kasihinya sendirian, begitu banyak kenangan manis yang ia torehkan semasa hidupnya, yang membuat Vanya semakin sulit untuk bisa melepaskan, sejujurnya ia tak ingin egois, tapi ini terlalu menyakitkan untuknya, terlebih lagi ia merasa bahwa kepergian Rendy ini di sebabkan olehnya.

Seandainya saat itu ia bisa lebih hati-hati dan tidak bertindak ceroboh mungkin Rendy tak akan menjadi seperti ini, kejadian hari itu membuatnya merasa trauma, ia tak pernah menyangka kalau hari itu adalah hari terakhirnya bersama Rendy, hari terakhirnya bisa memeluk tubuh hangat Rendy.

"Ren, harusnya waktu itu kamu gak perlu datang ke sana, maaf ya gara-gara aku, kamu harus kehilangan nyawa kamu, bisa gak sekarang kamu jemput aku Ren, aku pengen ketemu kamu, aku pengen kita bisa bersama lagi," kata Vanya.

"Hus, Vanya, lu jangan ngomong gitu, Rendy pasti gak suka, semua ini udah takdir, kalau lu sedih terus kaya gini nanti malah dia gak tenang di sana, udah ya jangan sedih terus, hidup lu masih panjang, gw tau kehilangan seseorang yang kita sayang itu emang sakit banget, tapi jangan terlalu lama larut dalam kesedihan ya van, gw yakin lu pasti kuat," kata Citra sambil memeluk sahabatnya itu.

"Hmm, iya semoga, tapi gue belum bisa terima kenyataan ini Cit, dia terlalu berharga buat gue, setelah dia pergi gue ngerasa kehilangan arah hidup Cit, setiap hari gue selalu berharap kalau kejadian saat itu cuma mimpi buruk gw aja, gue gak sanggup Cit, setiap gue inget kejadian itu, hati gw sakit Cit,  seandainya kehidupan baru itu memang ada, gue harap Rendy bisa hidup lagi Cit, nemenin gue lagi di kehidupan selanjutnya," kata Vanya lirih.

"Iya Va, gue paham kok, lu sayang bangetkan sama dia, begitu pula sebaliknya, gue yakin kok nanti kalian akan bisa bertemu lagi di kehidupan selanjutnya," kata Citra menenangkan.

Setelah hampir dua jam mereka berada di sana, akhirnya mereka pun memutuskan untuk pulang, Vanya pun berpamitan pada Rendy lalu mengecup papan nama yang tertancap di sana.

"Sayang, aku pulang dulu ya, aku janji deh bakal sering-sering main ke sini, tapi maaf kalau nanti aku nangis lagi, tapi aku janji nanti suatu saat kamu gak akan liat aku nangis lagi kalau datang ke sini, gak tau kapan sih, tapin aku janji kok, aku juga gak mau kamu sedih di sana, yaudah aku pergi dulu ya sayang, sampai jumpa lagi nanti, i love you," kata Vanya sambil mengecup singkat papan nama itu lagi.

Akhirnya mereka pun pulang, di perjalanan Vanya tampak melamun, sambil melihat ke arah luar di samping jendela mobilnya.

Citra yang melihat itu pun merasa iba, ia tahu bahwa semua ini akan sangat sulit untuk sahabatnya, pasalnya lelaki itu lah yang selalu membuat senyuman di bibir indah sahabatnya itu selalu merekah.

"Hey, jangan ngelamun ah, nanti kesambet loh," kata Citra sambil menepuk pundak Vanya.

"Eh, iya Cit, sorry ya," jawab Vanya.

Suasana hening tercipta sepanjang perjalanan itu, Vanya kembali teringat sosok lelaki itu lagi, semua masa-masa indah ketika bersama Rendy begitu saja muncul lagi dalam benaknya. Sampai akhirnya mereka pun sampai di rumah Vanya.

"Va, gue pamit pulang ya, lu istirahat aja, pasti lu capek kan?" kata Citra

"Hmm, iya makasih ya Cit, udah mau nemenin gue," kata Vanya sambil sedikit tersenyum.

"Iya sama-sama, yaudah gue pulang ya, bye," kata Citra.

Setelah Citra pergi, Vanya pun masuk ke dalam rumahnya dan segera berlari menuju kamarnya untuk mengistirahatkan tubuh dan pikiran sambil mengenang kembali masa-masa indah saat bersama Rendy mungkin.












Gimana nih guys maaf ya kalau kurang nge feel 😊🙏, nanti di part selanjutnya bakal author ceritain kejadian naas apa yang menimpa Rendy, dan untuk kedepannya mungkin akan banyak part flashback tentang mereka, penasaran gak nih? jadi tunggu terus part selanjutnya ya😊

You and The Memories ( End/ Sudah Terbit )  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang