♡ Chapter 6 ♡

136 118 130
                                    

"Apapun alasannya, kehilangan seseorang yang kita sayangi akan selalu terasa menyakitkan"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apapun alasannya, kehilangan seseorang yang kita sayangi akan selalu terasa menyakitkan"

Entah sudah yang ke berapa kalinya Vanya menangisi kepergian Rendy, sebenarnya dia sudah mengikhlaskan Rendy, karena ia tahu mungkin itu adalah jalan terbaik untuknya, namun terkadang jika ia kembali teringat dengan semua perlakuan manis dari lelaki yang sampai saat ini masih mengisi hatinya, air matanya selalu saja terjatuh.

"Ren, maaf ya aku masih selalu nangisin kamu, aku di sini masih berusaha sekuat yang aku bisa untuk menjalani hari-hari tanpa kamu, tapi itu sulit Ren, bahkan sampai kepergian kamu yang sudah lebih dari setahun ini, masih sulit buat aku Ren" ucapnya pada papan nisan Rendy

Iya saat ini Vanya kembali berkunjung ke tempat pengistirahatan terakhir sang kekasih, ia masih selalu setia dengan cintanya pada Rendy, meskipun raganya sudah lama pergi namun jiwanya akan selalu hidup di hati orang-orang yang menyayanginya.

"Hari-hari ku setelah kamu pergi sangat sepi Ren, meskipun ada banyak orang di sekeliling aku, tapi keberadaan kamu lah yang selalu aku inginkan Ren, maaf ya kalau kedengarannya aku terlalu egois" ucapnya lagi.

Entah sampai kapan Vanya harus hidup dengan bayang-bayang Rendy, bukannya ia tidak ingin lepas dari kesedihan ini, ia hanya membutuhkan waktu lebih banyak lagi untuk membiasakan diri hidup tanpa rembulannya itu, andai Rendy tau bahwa sebenarnya semestanya ini tidak pernah baik-baik saja setelah rembulannya pergi.

"Sayang, aku pulang dulu ya, udah mau gelap juga, nanti aku ke sini lagi kok, maaf ya kamu harus aku tinggal sendirian lagi di sini" ucap Vanya sambil mengelus nisan yang bertuliskan nama Rendy itu.

Kini Vanya sudah berada di rumahnya, saat ini ia sedang berada di balkon kamarnya sambil menatap indanya langit malam, ia memfokuskan tatapannya pada rembulan yang cerah dan indah itu, melihat cahaya terang dari rembulan itu membuatnya kembali teringat akan sosok rembulannya juga.

"Ren, itu kamu ya? gak pernah berubah ya, kamu selalu menjadi cahaya paling terang untuk aku, sekarang kamu benar-benar sudah menyatu dengan rembulan sesungguhnya ya di sana" celotehnya.

Tanpa terasa air matanya turun begitu saja dari mata indahnya, ia tersenyum getir memandangi langit malam itu.

"Kamu bisa lihat aku dari atas sana kan? lihat aku Ren, lihat semesta mu yang rapuh ini, bisa kah kamu kembali wahai rembulanku? terangi aku dengan cahaya hangatmu" ucapnya sambil terisak.

Dinginnya angin malam sudah tak terasa lagi baginya, rasa dingin itu sepertinya sudah menusuk jauh ke dalam hatinya, ia butuh pelukan hangat dari rembulannya, walaupun itu hanya sebentar.

"Tolong temui semesta mu ini ya, tolong temui dia meski pun hanya dalam mimpi, datang lah sebentar saja, peluk lah ia, sudah sangat lama sekali bukan kita tak bersua," ucapnya sambil terus menatap rembulan di atas langit malam ini.

Baginya ini terlalu menyakitkan, di tinggal pergi secara tiba-tiba oleh orang yang begitu ia sayangi membuatnya seakan hancur seketika.

"Nak, kamu di sini, ibu cariin loh dari tadi, kamu kenapa?" ucap sang ibu yang tiba-tiba saja mencarinya

"Eh ibu, ngagetin aja, nggak kok bu, Vanya gak apa-apa, cuma lagi kangen aja sama Rendy," ucap Vanya sambil memeluk ibunya.

"Hmm, sudah ibu duga, nak, kamu sabar ya, ibu tau ini pasti sangat menyakitkan untuk kamu, yang kuat ya nak, jangan nangis terus kasian nanti Rendy nak," ucapnya sambil mengelus punggung anak tercintanya.

Ibunya seakan tahu bahwa anaknya ini sangat amat merasa kehilangan sekali, bahkan setelah hampir setahun lebih kepergiannya, apalagi mengingat kasus kepergiannya yang cukup tragis.

"Vanya kangen Rendy bu, dia bohong sama Vanya, katanya dia gak bakal ninggalin Vanya sendirian, tapi kenyataannya dia malah pergi bu, jauh banget, ibu jangan tinggalin Vanya juga ya," ucapnya sambil terisak

"Sutt, sabar ya nak, ini semua sudah takdirnya, semoga ya nak, semoga ibu di berikan umur yang panjang supaya bisa terus nemenin kamu," ucapnya sambil mengelus rambut Vanya

"Udah, ayo masuk, udah malem banget loh ini, nanti kamu sakit," ucap sang ibu

"Iya, ayo bu"

Vanya dan ibunya pun masuk kembali ke dalam rumahnya, dan kini Vanya sudah berada di tempat tidurnya, ia berusaha untuk memejamkan matanya untuk tidur, ia berharap malam ini Rendy akan menemui dan memeluknya walau hanya dalam mimpi.

"Selamat tidur, wahai rembulanku, mari kita bertemu" ucapnya.














Selamat malam guys 😊 happy reading yaa 😊 maaf kalau feelnya kurang 🙏😊

You and The Memories ( End/ Sudah Terbit )  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang