♡ Chapter 16 ♡

71 60 56
                                    

"Aku mungkin terlihat baik-baik saja, tapi aku sama sekali tak merasa begitu."

Vanya Camelia Rizwana _


Setelah tiga hari berlalu, masa orientasi di Universitas Kwangya pun telah selesai di laksanakan, kini semua mahasiwa kembali menjalani rutinitas kuliah seperti biasa.


Saat ini Vanya sedang menunggu transportasi umum untuk menuju ke kampusnya, sudah hampir setengah jam ia menunggu, namun sepertinya transportasi yang biasa ia tumpangi belum juga terlihat.

"Huffhh, mana ya? kok tumben belum datang juga tuh bus, masa sih gue ketinggalan? biasanya kan emang jam seginian, aduhh jangan sampe deh gue telat," ucapnya gelisah.

Vanya mondar mandir sembari melirik jam tangan yang melingkar di tangannya, untung saja masih banyak waktu, tapi tetap saja ia merasa gelisah, tiba-tiba ia mendengar suara mobil berhenti di hadapanya.

Lalu sosok yang ada di dalam mobil itu pun turun dan perlahan menghampirinya.

"Eh, lu maba yang waktu itu pingsan pas jalanin hukuman itu kan? eee.. siapa tuh nama lu? Vanya? iya kan nama lu Vanya?" ucap lelaki itu.

"Eh, iya kak, aku Vanya, kak Farel ngapain di sini?" ucapnya sedikit ketus.

"Yee santai dong, masih pagi udah marah-marah, gue mau berangkat ke kampus lah, kebetulan ada jadwal pagi, lu belum berangkat? udah siang juga, pemalas banget sih," ucapnya dengan nada menyebalkan.

"Apa sih kak, enak aja ngatain aku pemalas, aku tuh lagi nungguin transportasi umum, tapi belum nongol-nongol juga," ucap Vanya lagi.

"Hmm, yaudah mumpung gue lagi berbaik hati, dan sekalian juga gue mau nebus kesalahan gue sama lu atas kejadian waktu ospek itu, gimana kalau kita berangkat bareng?" ujarnya.

Vanya membelalakan matanya, apa ia tidak salah dengar? kating yang menurutnya menyebalkan dan juga sedikit songong ini, mengajaknya berangkat ke kampus bareng? tapi ia sepertinya sangat tidak tertarik atas tawaran katingnya ini, meskipun ya memang harusnya ia senang karena bisa berangkat ke kampus tanpa harus takut telat.

"Maaf kak, kayanya gak usah deh, aku mau nunggu aja," ucapnya.

"Yakin? sebentar lagi bakal telat loh, masa di hari pertama ngampus udah telat aja, apa kata orang-orang nanti," ucapnya sambil tersenyum tipis.

"Y-yakin dong," ucap Vanya.

"Yaudah kalau gitu, gue pergi ya, kalau telat jangan salahin gue ya, kan gue udah nawarin tadi," ucapnya sambil melangkah pergi meninggalkan Vanya.

"Kak! t-tunggu," serunya.

Farel pun menoleh ke sumber suara sambil menaikan satu alisnya.

"A-aku berubah pikiran deh kayanya, aku ikut kakak aja," ucap Vanya.

Akhirnya ia harus menurunkan sedikit ego dan juga gengsinya, yang terpenting sekarang ia bisa sampai di kampus dengan selamat.

"Hmm, akhirnya mau juga kan lu, makanya gak usah sok gengsi deh," ucap Farel dengan nada remeh.

"Eittss, tapi lu jangan kegeeran ya, gue ngajak lu berangkat bareng ini murni untuk permintaan maaf gue ke lu waktu itu, gak usah baper lu," ucapnya pada Vanya.

"Ya lagian siapa juga yang baper sama kakak, maaf nih ya kak, masih mending Rendy lah," ucapnya.

"Rendy mulu, siapa sih dia? mantan lu ya? jiahhh sad girl ya lu?" ucap Farel asal.

"Yeee, enak aja, gak ada mantan-mantan, kepo banget lagi, pokoknya dia tuh laki-laki terbaik setelah ayah Vanya tau, sembarangan aja ngatain aku sad girl,"

You and The Memories ( End/ Sudah Terbit )  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang