'Serius, Potter. Apa yang harus kulakukan padamu?'
Begitu katanya lagi. Dengan kondisi tubuhnya yang seperti habis di-anestesi, satu-satunya hal yang terpikirkan dalam otak cantik Harry adalah 'Apapun.' Hanya itu. Tapi begitu saja sudah berhasil jadi faktor buat Draco mempererat dekapannya pada tubuh Harry. 'Jangan pernah sekalipun lakukan hal begini pada yang lain, oke?' Balas Draco lagi. Oh, ternyata Harry keceplosan. He said it out loud.
"Love."
Harry pikir ia akan membiarkan 'semaunya Draco' khusus hari ini. Bahkan untuk panggilan menggelikan itu.
"Mhm?"
"Lupakan Malham Cove. Should we go to Black Lake instead?"
Tiba-tiba? Berkali-kali muncul dalam lamunan isengnya, Harry berpikir tidakkah praktis kalau bisa menelisik pikiran dan keinginan orang dengan mudah?
Ia tak akan terkejut ataupun heran kalau suatu saat seseorang bergosip tentang bagaimana klan hijau menjadi golongan tertinggi dari klan lainnya. Dengan semua kemampuan itu? Begitu faktanya.
Kalau masing-masing kemampuan bisa ia dapatkan layaknya item game, atau setidaknya bisa dibayar dengan kuantitas tertentu, Harry tentu tak mau ketinggalan. Biarpun ia buruk dalam game ataupun mengendalikan uang. Hanya saja ia merasa sebegitu perlunya item itu, buat menghadapi Draco.
Dengan begitu ia bisa mengetahui berbagai fakta dari emosi dan ekpresi si blonde yang sering ditutup-tutupi. Walau otak Harry bisa saja menelisik hal-hal itu dan mandapatkan kesimpulan selanjutnya, tapi tetap saja -lumayan merepotkan.
Sebagai tambahan, saat ini Harry sedang di fase-fase terburuk anemia. Berpikir sedikit saja membuatnya pusing. Jadi, ia menyerah begitu saja, menepis semua hal yang membuatnya berpikir. Lalu kembali menegaskan penerapan konsep 'semaunya Draco buat hari ini', dengan memberi beberapa anggukan lemas ditambah satu lagi kata 'Apapun'.
"Okay, great! Kau keberatan buat siap-siap hari ini?"
Harry memberinya satu gelengan tanpa ekspresi. Asal usul bagaimana rasa bersalah datang begitu saja kepada Draco. Kesimpulan jelek bahwa dirinya telah melewati batas membayangi pikiran. Tapi sungguh, cecapan pertama saja sudah cukup membuatnya sinting! Butuh waktu dan usaha lebih buat membawa balik kesadarannya yang minggat begitu saja. Memori saat Harry pertamakali menawarkan darahnya dan menyodorkan satu tube kecil penuh setelahnya -terpanggil.
Bicara tentang kesadaran, tidakkah Harry perlu waktu untuk memulihkan dirinya? Bersiap-siap hari ini- manusia normalnya bakal pingsan bukan?
Begitu -awal ide 'cemerlang'nya datang.
"Kau tahu, Love? Aku tak keberatan membantumu mandi dan bersiap."
Sungguh. Bisa tidak Draco tidak mengeluarkan kalimat macam itu, dan mengejanya dengan nada ambigu -tepat disamping telinga Harry?
Draco? Sibuk memainkan surai legam seseorang dalam dekapannya. Sambil dengan kalem memandangi wajah terperangah Harry di sela-sela kelesuannya.
"Aku tak pernah tahu kalau kau tipe-tipe yang suka mengambil kesempatan dalam kesempitan, Malfoy." Katanya meloloskan sebuah helaan nafas.
Draco terkekeh ringan, lalu membalas santai semacam 'aku juga tak pernah tau.'
KAMU SEDANG MEMBACA
AURA
FanfictionAlternate Universe. Aura. Creatures. Ina-Eng Drarry. Draco(T)xHarry(B). Suatu ketika dalam penyamarannya, nomor telepon Harry yang seharusnya tidak diketahui siapapun tipa-tiba berdering. Menampilkan suara seorang wanita yang setelahnya ia ketahui...