-02.Tux and Bowtie-

692 107 3
                                    


"Evening, sir. Ada yang bisa kubantu?" Seseorang dengan perawakan anggota reguler club basket, meletakkan sebelah kepalan tangannya yang gelap di depan abdomen bidangnya dengan elegan. Bertanya dengan mimic wajah yang sedikit kaku. Mungkin ia merasa sedikit kesal, apapun yang ia lakukan sebelumnya terinterupsi.

"Uh, ya. Kudengar kalian membuka jasa kremasi?"

Ya, Harry dengan keingintahuannya yang tinggi. Kurang labih empat bulan menyamar menjadi seorang opposir tidak membuat insting deduksinya tumpul. Menyamar sebagai orang lain lagi kali ini bukanlah hal yang sulit. Sebuah tux dan pita kupu-kupu selalu membantu.

"Dengan segala hormat, sir. Kau bisa kembali minggu depan. Minggu ini jadwal kami penuh."

"Oh, ini buruk. Tak bisakah aku mendaftar dan mendapatkan tempat untuk minggu ini?"

"Sir, toleransi hanya sampai 4 kelompok ditambah 10 orang independen. Tidak kurang tidak lebih."

"Oh, ayolah, kau tahu ini urusan mendesak." Balasnya pura-pura jengah. Mencoba memberi sedikit taktik desakan pada orang random yang ia anggap sebagai salah satu orang manor ini. Berharap si jangkung mengatakan 'baiklah' di akhir perdebatan.

"Tidak ada pemaksaan disini, sir. Kau bisa tanya informasi di kolegamu. Kami punya aturan disin-"

Terlepas dari ucapan si jangkung elegan yang sebagian besar tak ia mengerti, pandangannya teralih. Jackpot. 'Mereka sudah selesai'. Harry mendapati gerombolan manusia yang keluar dari pagar kedua manor yang membatasi area manor dengan area parkir. Tak jauh dari letak mobilnya berhenti sekarang. Buru-buru ia memotong pembicaraan. Abbort mission.

"Oke-oke. Aku mengalah. Sebutkan saja jadwal yang bisa kuhadiri-"

"Ada apa, Blaise?"

Tepat sebelum si jangkung yang ia ketahui kini bernama 'Blaise' ini berargumen, ada pria jangkung lain yang bertanya dari kejauhan. Mendekat. Sedikitnya sadar ada yang tidak beres.

Harry tahu ini pertanda buruk.

"Maaf membuat sedikit keributan. Aku hanya ingin tahu kapan aku bisa mendapat jadwalku sesegera mungkin."

"Well, informasi biasa didapatkan dari kolega. Tapi, kau selalu bisa menjaga tempatmu. Tinggalkan saja nama atau nama kelompok mana kau berasal." Balas sang pria, terdengar maklum.

"Uhm.. sepertinya aku akan kembali minggu depan saja. Terimakasih, sir- "

"Black, Regulus Black."

Harry lantas tersenyum sopan. Menjalankan kendaraannya dan mengangguk pamit pada pria yang menamai dirinya Regis-, Regala, Ah! Regulus Black. Tunggu, Black?

~⓿⓪❶~

"Seriously, Harry. Kumis palsu? Kau detektif paling sembrono yang pernah kutemui."

"Hey! I put a nice tux on! –lengkap dengan dasi-"

"-wait, what?! Sejak kapan kau tahu?"

"Darn it!"

"Ayolah, Ms. Granger. Sebutkan sebuah nama, vice versa, dan dadaah." Harry berujar tak sabar. Mendesak Hermione. Moncong laras pendek sarat akan aroma mesiu sudah mengarah siaga, sejajar dengan wajah sang gadis.

Hermione terperangah. Tak menyangka sang detektif mengarahkan senjata padanya.

"Hey! Tak ada yang mengutusku. Tak bisakah kau akui sedikit otak encerku?!"

"Explain!"

"Opsir berpatroli pada jam-jam tak terjadwal selama 4 bulan? Begitu ceroboh. Kau juga tahu alamat rumahku bahkan sebelum aku menyebutkannya. Selain itu aku pernah bertemu denganmu saat aku membantu mengurus kasus Black Lake."

"Ugh, kuakui kecerobohanku. Lagipula aku selalu tak suka taktik kuno membosankan macam itu. Patroli sebagai opsir? Kuakui itu ide terburuk yang pernah atasanku berikan."

"See? Jadi, bisa masukkan kembali benda berbahaya itu?"

"Fine. But, hey! Ternyata rumor itu benar? Kau, profiler khusus?"

Hermione mengedikkan bahunya kalem, cukup bagi Harry untuk menerjemahkannya sebagai 'ya'.

"Bisakah kita bentuk sesuatu semacam aliansi? Aku tak ingin mencium mesiu lagi di rumah ini." Hermione. Sarkasme adalah gayanya. Harry terseenyum sungkan.

"Sepakat. Kau jaga rahasiaku, aku jaga punyamu." Lanjutnya serius.

"Fair enough."

AURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang