-19. Kesepakatan Jam Sepuluh-

170 32 0
                                    

Clink. Clink.

Pagi hari lagi. Dua Januari, dua sajian makanan, dua kursi kosong. Harry tak nafsu makan. Sirius dan Remus atau bahkan orang-orang sebaya Harry di ruangan itu sama sekali tak ada niat menegurnya. Terlalu risky. Memberikan sikap-sikap penolakan, penghakiman, atau terlalu ingin tahu pada Harry akan sangat riskan saat ini.

Jadi mereka menerima keheningan Harry, menunggu sampai empunya suara berbicara dengan keinginannya sendiri. Sulit untuk menerima sisi kekanakan macam ini, apalagi kalau sebenarnya si subjek sudah dewasa sepenuhnya. Tapi, lebih baik begini daripada melempar peruntungan pada sembarang petak.

"*Sigh* Kemari." Sepertinya tidak berlaku bagi Draco. Mari simpulkan kalau Draco suka tantangan, dan Harry adalah definisi dari tantangan itu sendiri.

Draco bangun dari tempat duduknya, melucuti sendok dan garpu Harry. Selanjutnya menggenggam salah satu tangannya, dan menariknya keluar ruangan. Tak perduli tatapan kelewat heran yang pasif dari empat orang lain disana. Bahkan Hermione pun tak punya niat untuk mencegatnya.

Selain itu, bohong kalau dibilang tidak ada paksaan. Lantaran si empunya tangan tak punya kesempatan menolak. Dalam hati, Harry pasrah saja, tapi tentu pikiran dan tubuhnya selalu punya reaksi penolakan pada si keturunan Malfoy ini.

"Ish. Kemana?"

"..."

"Tsk." Toh juga ia sudah ikut.

Kalau dipikir-pikir, adegan ini mirip dengan pertemuan pertama mereka di manor. Membingungkan dan menyebalkan.

.

.

"Whoa- rupanya ada spot bagus juga di tempat suram ini."

"Duduk dan makan."

"Whoa -lagi. Treacle tart?! Dapat dari mana?"

"Jangan banyak komentar. Kau mau atau tidak?"

"Tsk. Hanya kau yang tak sopan padaku." Harry diam, menurut, dan mulai menyendokkan treacle tartnya perlahan-lahan. Lalu memindai keadaan sekitar. Ruang yang sepertinya ruang kerja atau perpustakaan pribadi ini sama seperti pada umumnya. Sedikit suram, dikelilingi rak yang dipenuhi buku-buku bersampul tua, satu set meja kerja, dan set meja baca biasa-tempatnya duduk sekarang.

"Ini ruang kerja milik Sirius?" Katanya lagi memecah keheningan yang diselingi dentingan garpu makanan penutup. Selera Padfoot sedikit membingungkan. Ia mencampur beberapa gaya disana-sini. Tapi, memang benar. Kalau orangnya ada disini, maka kata 'sesuai' akan terlihat.

"Mhm. Ia memberiku akses sepenuhnya keisini. Katanya, 'Lagipula sudah jarang digunakan.'"

"Biar kutebak. Selain hal klise seperti ketenangan, kau menyukai tempat ini karena punya koleksi buku yang punya informasi tak masuk akal, benar?"

"*Chuckle* Mhm."

"Yup. Completely nerd." –just like me.

"Yeah, sort of. Tapi seperti katamu tadi. Tempat ini punya informasi yang bahkan tidak bisa kutemukan di manor. Jadi, kita harus memulai kesepakatan untuk melakukan riset disini. Tiap jam sepuluh malam."

"Sepuluh malam? Tak punya pilihan lain?"

"Tidak. Aku harus tetap muncul di manor dan kantor. Akan mencurigakan kalau menghilang tanpa kabar, atau pekerjaan yang tiba-tiba terbengkalai."

"Benar. Yasudah." Oh, itulah mengapa Cedric dan Luna tak muncul pagi ini.

"Bagaimana denganmu? Tidakkah kau terlalu tenang untuk orang yang menghilang berhari-hari dari pekerjaan fantastisnya?"

AURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang