-05. Ron Weasley-

399 61 2
                                    

Satu lagi dering nyaring alarm terdengar di awal hari. Membuatnya tersadar akan eksistensi dirinya di dunia ini yang sekali lagi terasa nyata. Memilih untuk bersyukur bahwa jiwanya masih betah berdiam di tubuhnya yang sudah menapakkan kaki selama 26 tahun di atas Bumi Britania Raya. Pikirannya yang masih setengah sadar, terkejut setelah sepenuhnya teringat akan realita kehidupannya. Ini buruk, ia sadar bahwa ia terlambat kerja.

Mobil Bentley hitam kesayangannya berhenti seadanya melewati marka-marka putih yang sudah mulai memudar diatas paving area parkir. Begitu menggambarkan betapa tergesanya sang pemilik roda empat. Terbukti, derap kaki yang kiranya sudah menyerupai atlet jalan cepat, mengisi lorong-lorong sunyi bangunan yang dipenuhi warna putih, abu, biru tua dan kuning. Oh, tidak. Di benak Harry sudah terbayang betapa menyeramkan wajah atasannya itu bereaksi terhadap rekor keterlambatannya yang sudah kesekian kalinya. Tapi ia pasrah saja, toh mau tak mau terlambat ataupun tidak, hari ini ia akan tetap mendengar amarah sang ketua. Namun, alih-alih sang ketua, justru kerumunan yang pertama ia temui.

"Pagi. Kasus apa sih yang membuat seisi kantor gempar begini?"

"Sheesh! Begini jadinya kalau kau terlambat terus, dasar pemalas."

"Hey! Aku bertanya serius."

"Ya, ya, Mr. Potter. Lebih baik kau tanyakan saja padanya secara langsung." Ucap seseorang bernama Seamus, sambil mengarahkan dagunya kearah Ron. Pandangan Harry spontan saja teralih pada rekan kerja terbaik nya, Ron Weasley yang saat ini terlihat begitu kacau.

"Hal apa yang bisa-bisanya membuatmu begini kacau, mate?" Harry berusaha mengucapkan kata-katanya sepelan mungkin untuk mengurangi kemungkinan Ron terkena shock atau buruknya panic attack. Harry menunggu jawaban keluar dari mulut rekannya itu dengan rasa penasaran yang sudah melunjak ke ubun-ubun.

"Kakakku, Harry. Percy. Beberapa hari yang lalu hilang entah kemana, dan -dan pagi tadi ia ditemukan t-tewas, Harry! Oh- aku tak sanggup. Kupikir ia pergi berkencan atau semacamnya. Oh Merlin, apa yang terjadi!" Racaunya dengan menggebu, tetapi pandangan kosong dan gemetar tangannya membuat siapapun yang melihatnya khawatir. Bahkan sepertinya, keadaan ruang kantor yang tadinya begitu sibuk dan kacau sempat terhenti akibat nada Ron yang sedikit meninggi.

Ya, Ron dikenal sebagai keturunan Weasley yang begitu cerewet, secara harfiah banyak omong. Orang-orang mengenalnya sebagai seorang yang sedikit pesimis, namun kebaikannya, keberaniannya, solidaritas, dan loyalitasnya terhadap seseorang membuatnya dian-diam dikagumi. Adalah satu dari sekian alasan mengapa Ron menjadi salah satu orang favoritnya. Plus, keluarga Weasley adalah keluarga yang telah berjasa memberinya atap untuk berlindung, sebuah bilik yang nyaman, serta kehangatan keluarga yang sampai saat ini membawa Harry pada posisinya. Singkatnya, Ron adalah teman sekaligus saudara laki-lakinya.

Dan kali ini kenyataan bak membawa Harry kembali ke alam mimpi. Ini terlalu sulit untuk dipercaya. Jangankan bagi Ron, bahkan untuknya sekalipun. Kali kesekian ia merutuki hidupnya. Kejadian kemarin seolah memberi tanda bahwa ini hanya awalnya. Tumpukan kasus-kasus sepele tak terselesaikan yang membuatnya jengah beberapa hari ini, sekarang rasanya tidak ada harganya. Prioritasnya seperti sudah berubah. Instingnya berkata begitu. Bagaimanapun Percy adalah bagian dari keluarga Weasley yang begitu berjasa merawatnya sampai ia dapat mencapai posisinya saat ini. Tekadnya bulat. Tak peduli walaupun sebenarnya pikirannya dipenuhi oleh kabut-kabut amarah dan keinginan balas dendam. Dan dengan begitu saja, Harry berjanji pada Ron yang sudah dianggapnya seperti saudaranya sendiri, untuk menemukan bedebah mana yang telah mencelakai Percy, mengganggu salah satu roda kehidupannya.

.

.

Begitulah bagaimana akhirnya sol sepatu kulit hitamnya kembali mendarat diatas lahan luas berkerikil dengan hamparan air tawar di depannya. Tempat memuakkan yang sama yang tak ingin ia kunjungi bahkan bila dimintapun. Tapi apadaya, ini tentang ikatannya. Ironisnya lagi-lagi harus tentang keluarga. Harry benar-benar tak habis pikir, sampai kapan nama Black Lake harus mengisi buku 'diary' kantornya dengan memori-memori buruk? How ironic. It was supposed to be the best place in my list.

AURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang