-36. After-

298 12 6
                                    

(Yup, ini kelanjutannya. Makasih buat yang masih baca ini tulisan :'D)                                                                                              




***


CLING! CLING!

"Hai. Bisa buatkan yang seperti biasa?"

"Hai! Ah, mau ketemu Harry?"

"Mhm."

"Romantis, seperti biasa, hm?"

"Haha, aku belajar dari ahlinya."

"*Sigh* Kadang aku bertanya-tanya. Longbottom itu kok bisa se-expert itu sih."

"Haha. Dia hidup lebih lama dariku. So, kenapa tidak?"

"Huft- kau tak membuatku merasa lebih baik, Mr.Brother in-law~"

"Well, Ginny. Lagipula kau tetap menyukai sikap cheesy nya itu kan?"

"Yeah, sadly."

"Pft- jangan lupa kabari padanya dan keluargamu kalau aku mengunjungimu."

"Yup."

"Ah, katakan pada Albus, our teenage Scorpy missed him -a lot."

"Father!"

"Haha- tentu! Aku titip yang satu ini buat Harry, ya. Jangan lupa."

"Mhm. Have a nice day. C'mon Scorp'."

"Goodbye, aunty!"

"Bye, sweety! Have a nice day."

Scorpius Malfoy. Nama yang sempat dicemberuti berat oleh sang pasangan, Harry Potter, lantaran vibe aristokrat kentara yang dibawa si nama. 'Oh, tidak lagi'- katanya sambil melepaskan sebuah helaan. Lalu, pada akhirnya disetujui juga, -tentu dengan beberapa bujukan kecil. Makin lama sikap lunak Harry Potter berkembang berkat dekat-dekat dengan pria stunning menyebalkan, Draco Malfoy.

Draco menatap putera semata wayangnya itu lekat. Pemuda yang sering dipanggilnya Scorp kelewat serius memandangi buket yang beberapa menit lalu didapatkannya dari salah satu karyawan nenek tercinta. Ibu dari Albus Longbottom, kerabat dekat kedua ayahnya, Ginny Weasley.

Ginny Weasley, pasangan Logbottom itu tahu pasti arti kedatangan Draco. Draco pikir Ginny punya insting yang tepat. Soalnya baru dua kali Draco datang ke branch yang dipimpin oleh Ginny dengan pesanan yang sama, kali ketiga dia memotong ucapan Draco dan bilang 'Oke, tunggu sebentar. Kubuatkan secepat mungkin.' Lalu voila, tepat seperti yang digenggam erat Scorpius saat ini.

"Sesuatu mengganggu pikiranmu, hm?"

"Entah, Father. Hanya penasaran. Tidakkah Daddy bosan pada tema silverish-purple ini?"

"Hmm. Kupikir tidak. Memang kau pernah dengar komplain darinya?"

Scorpius diam, sedikit terkejut sebetulnya. Pertanyaan kelewat buruk. Sulit untuk menganggapnya sebagai candaan. Seperti kata sang daddy, ayah yang memberinya gen rambut cerah disampingnya ini punya selera humor yang buruk. Sangat. Tapi Scorpius selalu suka cara sang father dalam usahanya mencetak lengkungan bahagia di raut wajah daddy-nya, yang jarang-jarang diperlihatkan pada sang pasangan.

AURATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang