TUJUH

16.6K 1.2K 41
                                    

7 AM |

Sebenarnya, Nada sudah akan berangkat ke sekolah pagi ini dengan backpack berukuran 25 Liter. Membawa keperluan seadanya, memakai pakaian serta atribut yang sesuai dengan aturan dari SMA Tangkas. Titik kumpul di lapangan SMA, pada pukul 8 AM.

Tapi, Nada membuka ponselnya saat ada sebuah pesan masuk.

•••

Bunda Citra

Pagi, Nada anak Bunda

Hari ini Nada sama Cakka camp ya, sayang?

Bunda minta tolong kamu ke rumah ya sayang. Abang ditelfon gak diangkat-angkat.

Kamu di sana harus bareng terus sama Abang. Jangan pisah. Ya, sayang?

Pagi, iya Bunda.

Aku kira Abang udah berangkat Bunda. Soalnya lampu teras mati.

Oke bunda. Sayang bunda.

See you bunda cantik.

•••

Nada kira Cakka sudah berangkat pagi-pagi buta. Pasalnya, lampu depan mati. Biasanya kan memang begitu.

Tanpa lama, Nada berjalan ke arah depan rumahnya. Dengan barang bawaannya. Untung saja, ia tahu pin rumah Cakka. Itu juga karena Bunda yang memberi tahukan perihal pin. Kata Bunda, biar Nada bisa merawat Cakka selama orang tau cowok itu pergi.

Nada sudah mewanti-wanti jika ruang keluarga rumah Cakka itu berantakan dan ternyata sangat bersih dan rapih. Cewek dengan rambut di ikat satu itu lantas meletakan backpack-nya, dan berjalan ke lantai atas.

"Masuk gak ya? Tapi kalau kelamaan mikir wasting time. Tapi kalau masuk nanti Cakka marah kayak waktu itu."

Nada sangat bimbang. Tapi waktu terus berjalan. Lebih baik ia mengorbankan dirinya jika ia kembali disakiti oleh Cakka karena asal masuk kamar cowok itu.

"Loh kok gak ada?" Nada melihat kasur Cakka kosong, sudah rapih pula.

Tapi kebingungan itu sirna saat mendengar suara shower dari kamar mandi. Yang berarti Cakka sedang mandi.

Nada menghela napas lega.

Akhirnya, Nada berjalan keluar, menuju dapur. Guna membuatkan sarapan pagi untuk Cakka.

Corned french toast. Sarapan itu sudah siap diatas meja bar. Nada melepas celemek, bersamaan dengan Cakka yang turun dan berjalan ke arahnya dengan kaget sekaligus marah.

"Siapa yang suruh lo pegang-pegang barang dirumah gue?" Cakka mengeraskan rahangnya. Tangan kanannya mengepal disisi badan.

Nada tersenyum lembut. "Bunda dong. Aku kan pacar sekaligus calon mantunya Bunda."

Cih! Omong kosong!

"Mending kamu duduk, terus makan sarapan kamu. Kita berangkat bareng."

Nada sukses mendudukkan Cakka di bar stool.

Cakka duduk dengan wajah benar-benar marah. Padahal didepannya ada sepiring french toast kesukaannya.

Senyum Nada memudar saat Cakka kembali berdiri dan berjalan ke arahnya.

Dalam jarak sedekat ini, Nada bisa melihat paras tampan Cakka. Nada bisa melihat guratan amarah. Nada bisa melihat mata indah itu menatap tajam. Nada bisa mencium wangi maskulin Cakka yang menenangkan.

CAKKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang