Pagi ini, mobil mewah keluaran terbaru milik Ramona-Mommy nya Nada mulai memasuki pekarangan rumahnya. Sudah beberapa hari ia tidak pulang ke rumah karena dunia sosialitanya.
Sebenarnya ia khawatir dengan anaknya, Nada.
Tapi rasa khawatirnya berkurang saat ia ingat bahwa dirinya sudah mentransfer uang ke rekening milik anaknya.
Ramona berpikir bahwa dengan adanya uang, Nada akan merasa sangat tercukupi dalam segala hal.
"Koper saya tolong bawain ke dalam ya, Pak," ujar Ramona usai turun dari mobil.
"Baik, Bu," jawab si sopir.
Pak Sarmono, selaku sopir pribadi Ramona itu segera membuka bagasi mobil.
Langkah kaki Ramona terhenti, saat menyadari mobil milik Petra-suaminya, itu terpakir rapih.
Kacamata hitamnya ia lepas, Ramona berjalan masuk dengan senyuman lebar.
Ketukan heelsnya sangat kentara diseluruh sudut rumah milik suaminya itu.
"Mas Petra," panggil Ramona.
Karena tidak ada sahutan, Ramona semakin melangkah kan kakinya masuk ke dalam rumah. Ternyata, suaminya itu sedang duduk di sofa ruang keluarga sambil memegang ponselnya.
"Mas," Ramona berdiri di depan Petra dengan senyuman.
"Astaga! Kamu ini ngagetin saya aja!" Petra langsung mematikan ponselnya.
"Maaf, Mas. Emangnya kamu lagi chatting an sama siapa sih? Kok serius banget. Padahal aku udah manggil-manggil kamu dari tadi loh."
Petra menyalakan televisi dengan layar besar sebagai penghilang rasa akan terkejut nya barusan.
"Client. Namanya juga orang sibuk. Padahal saya baru aja sampai rumah."
Ramona membatin, seperti ada yang aneh. Seperti ada yang disembunyikan oleh suaminya itu.
"Loh, kok kamu baru sampai rumah? Kan harusnya kamu dirumah sama Nada, Mas. Terus Nada selama aku pergi sama siapa? Kamu 'kan udah janji waktu itu, Mas."
Ramona menatap Petra dengan marah.
Petra melirik Ramona, "Kamu ini baru pulang berisik banget. Waktu itu saya udah jelasin sama Nada, bahwa saya gak bisa pulang."
"Lagian, Nada itu udah besar. Gak usah dikekang gak jelas."
Ramona menghela napas berat. "Kamu harusnya gak gini, Mas. Nada itu masih butuh kasih sayang Ayahnya. Nada itu-"
"Akh! Berisik!" Petra berteriak membuat Ramona terkejut.
Petra bangkit dari dia duduk, hal itu membuat Ramona terdiam.
"Harusnya gini, harusnya gitu. Harusnya kamu yang urus dia! Enak aja nyuruh-nyuruh saya. Kamu itu yang gak jelas, Ramona. Arisan-arisan ada untung juga enggak, ngabisin duit iya!"
"Gini-gini aku investasi ya, Mas. Kamu-"
Petra geram, dia mengangkat tangannya tapi melayang diudara.
"Apa? Mau nampar aku? Tampar aja Mas, tampar. Habis itu kamu masuk berita infotainment, Mas."
Tangan Petra yang mengudara langsung turun mengepal disisi badan. Dengan marah, Petra melangkah ke kamarnya.
Sepeninggalan Petra, Ramona langsung terduduk disofa dengan menangis.
----
Cakka keluar dari rumah dengan langkah malas. Malas ke sekolah dan harus bertemu dengan manusia-manusia freak. Untungnya saja, dalam beberapa menit usai ia menghampiri Luna, foto itu sudah terhapus. Masa bodo dengan yang memposting foto tersebut. Yang penting dirinya tidak terpampang di sosial media sekolahnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKKA
Teen FictionGENGSI IN PRIVACY, TOXIC IN PUBLIC! Rebels, geng yang berada dalam naungan Cakka. Dengan lambang tengkorak dan juga sayap. Dimata anak-anak SMA Tangkas dia adalah cowok kasar dan arogan karena hal yang tidak dia suka. Sikap kasarnya yang tak pandang...