DUA PULUH SEMBILAN

27.3K 1.5K 560
                                    

Halo []

Sosok dibalik jubah hitam itu mendecak kesal dan merutuki kebodohannya. Ia sudah menduga bahwa mereka mempunyai komplotan di sini dan dia hanya seorang diri.

"BERHENTI, ANJING!!" seru Nial. Pemuda itu berlari di sekitar rumah Orion yang menuju tembok samping.

"Penyusup!! Sialan!" Ryan berteriak dengan sangat marah.

"Bu Bos gue terluka, enak aja lo main kabur!!" balas Gerald tak kalah kesal.

Sosok dibalik jubah itu mulai panik. Tapi ia dengan cerdas menaiki beberapa mobil dan motor milik keluarga Orion. Lalu ia menaiki tembok yang menjulang tinggi.

Baru akan naik, guna mengikuti langkah sosok dibalik jubah hitam itu, Nial disodorkan oleh sebuah pistol yang mengarah langsung pada wajahnya. Hanya sedikit berjarak.

"Nial!!" Gerald menarik badan Gerald menjauhi mobil.

"Diem bangsat!!" Nial menyentak tangan Gerald.

"Pistol bangsat!!" ujar Gerald tak kalah keras.

Wuss! Brak!

Sosok jubah itu lompat dan meninggalkan geng REBELS.

Cakka sedari tadi menyimak ucapan Gerald yang menjelaskan tentang kronologi kejadian semalam. Karena semalam ia mengantarkan Nada ke rumah sakit, atas paksaan dirinya.

"Ini gak main-main loh, dia bawa piscok," ujar Orion dengan tampang serius.

"Pisrol sekalian." cerca Gerald menatap Orion dengan sinis.

"Susah punya temen demennya makan mulu. Untung duit gue banyak," balas Nial dengan sombong.

Tuk! Tuk!

Jemari berurat Cakka mengetuk-ngetuk meja kantin. Wajahnya menatap lurus ke arah depan, halaman kosong sebagai pasokan udara. Matanya yang tajam, bisa menangkap dengan jelas obyek-obyek apa saja yang berada di sana.

"Gue gak bisa mastiin dia perempuan apa laki-laki." kata Cakka dengan lugas. "Tapi .... dia jatohin ini." Pemuda itu menyodorkan surat putih ke hadapan inti REBELS.

Gerald yang lebih dulu melihat. Ia membolak-balikkan benda itu. "Lo udah buka?"

Cakka menggeleng, ia juga tidak ingin tahu sebenarnya.

Gerald mengangguk yakin, perlahan ia membuka surat itu.

Lalu, Gerald meremas kertas itu menjadi sebuah bulatan seperti bola

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lalu, Gerald meremas kertas itu menjadi sebuah bulatan seperti bola. "Gak jelas. Orang iseng."

Tapi dengan cepat, Orion menyambar kertas itu, Nial ikut melihat. "Boleh berteman?" eja Orion dengan mata memicing menatap kertas ditangannya.

"Iseng? Ngelukain orang lain itu ... iseng??" tanya Cakka dengan nada heran.

Nial terkekeh. "Lo udah suka sama dia? Mampus jilat ludah sendiri."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 18, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CAKKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang