"Abang, sarapan yuk! Abang emangnya gak berangkat ke sekolah?"
Bunda Citra mengetuk kamar anak pertamanya dengan hati-hati.
Semalam, Cakka tidak mau ikut makan malam bersama. Bahkan, sejak kemarin siang usai anaknya itu pulang, Cakka kelihatan marah.
Bunda tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan anaknya itu.
Maka dari itu sejak semalam, Bunda benar-benar resah memikirkan Cakka.
Takut anaknya kenapa-kenapa.
"Bun, Cakka masih belum mau keluar?"
Suara Chadwick membuat Bunda menengok dan langsung menggeleng lesu.
Bunda memeluk suaminya dengan sedih.
"Apa Cakka marah karena gak kita ajak, Pa?"
Chadwick mengusap pundak sang istri, berusaha menenangkan Citra.
"Enggak mungkin. Dia biasanya kan cuma ngambek."
Bunda mendengarkan ucapan suaminya dalam diam.
"Nanti kamu coba bujuk lagi, mungkin Cakka cuma capek, Sayang."
"Kamu jaga rumah, aku mau nganter Clara terus berangkat kerja."
Chadwick melepaskan pelukannya. Ia memegang kedua pundak Bunda sambil tersenyum lembut menatap sang istri.
"Cakka itu laki-laki kuat. Aku yakin, Cakka itu gak apa-apa. Dia cuma capek."
----
Nada datang dengan masker menutupi sekitar hidung dan mulutnya. Berusaha menutupi luka bekas tamparan yang diberikan oleh Cakka.
Ia juga berangkat ke sekolah lebih pagi dari hari biasanya.
Nada hanya malas harus diperhatikan oleh orang-orang.
Untungnya saja sekolah masih sepi. Bahkan, sampai Pak Satpam SMA Tangkas pun terheran-heran dengan Nada. Katanya teh tumben sekali, Neng.
Nada melewati koridor kelas yang sepi, sunyi dan hening.
Saat sampai dikelas, gadis itu meletakkan tasnya diatas meja. Lalu menyembunyikan wajahnya dilipatan kedua tangannya.
"Keluar," titah Cakka.
Nada masih bergeming ditempat sambil mengusap air matanya.
Dan.. darah.
"Keluar dari mobil gue." Suruhnya, lagi.
Nada menggeleng cepat. "Gak mau, Ka."
Cakka mengeratkan kedua telapak tangannya pada stir mobil. Napasnya memburu kian tercekat. Urat-urat disekitar leher, pelipis, jemarinya menegang kaku dengan hebat.
Cakka membuka pintu lalu keluar, berjalan mengitari depan mobil. Kemudian berhenti disamping pintunya, lalu membuka paksa.
"Selagi gue ngomong baik-baik. Lo keluar," ujar Cakka masih mencoba mengontrol emosinya.
Nada tetap dengan pendiriannya, ia menggeleng dengan wajah pias.
"Enggak. Aku gak mau, Ka. Aku mau pulang sama kamu."
Sepersekian detik Nada terkejut kala Cakka dengan cepat menarik tangannya, lalu dijatuhkan nya dengan tega.
Tanpa mengucap kata lain, setelah menutup pintu bekas Nada tumpangi, Cakka berjalan cepat menuju pintu dimana stir mobil berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKKA
Teen FictionGENGSI IN PRIVACY, TOXIC IN PUBLIC! Rebels, geng yang berada dalam naungan Cakka. Dengan lambang tengkorak dan juga sayap. Dimata anak-anak SMA Tangkas dia adalah cowok kasar dan arogan karena hal yang tidak dia suka. Sikap kasarnya yang tak pandang...