Chapter 8

388 87 9
                                    

"Apa kau yakin mina?" tanya jeongyeon ragu-ragu.

"Iya aku yakin. Aku sudah lama tidak kesini. Ayo kita masuk..." mina menggandeng tangan jeongyeon, masuk ke dalam bangunan yang super besar.

Mina memilih sepatu sebelum masuk ke dalam ruangan yang begitu banyak es di dalamnya. Dan jeongyeon tak pernah tau cara menggunakan benda yang sedang di pilih mina.

"Jeongyeon, kenapa hanya di sana? Ayo cepat ke sini!" teriak mina yang membangunkan jeongyeon dari lamunannya.

"Tidak, aku bermain di sini saja..." tolaknya.

Dia takut jatuh, itu sebabnya ia menolak ajakan mina dan hanya berpegangan kuat pada sebuah palang, seperti cicak yang menempel di dinding.

"Ishh...ayo cepat ke sini..."

"Aku tidak mau..."

"Jeongyeon, apa kau tidak bisa bermain ice skating?" tanya mina dengan alis terangkat.

Jeongyeon tidak tahu harus menjawab apa, jika dia jujur maka mina pasti akan mengejeknya.

"A-aku bis- AAAAAAAAA....APA YANG KAU LAKUKAN? JANGAN LEPASKAN AKU AAAAAAA...TUHAN TOLONG HENTIKAN PENYIHIR GILA INI.."

Mina tertawa sangat keras ketika jeongyeon berteriak ketakutan. Ia tak marah meski jeongyeon mengumpat padanya karena ia lebih ingin menjaili jeongyeon saat ini.

"EOMMA SELAMATKAN AKU..." mina semakin mempercepat gesekan sepatunya di es yang menjadi alasnya berpijak.

Sementara jeongyeon menutup matanya dan gemetaran karena ketakukan setengah mati akibat ulah mina. Tangannya yang mina genggam menjadi dingin, bahkan sangat dingin.

"Jeongyeon, buka matamu..."ucap mina sementara jeongyeon menggeleng dengan keras. Ia seperti seseorang yang mempunyai trauma yang sangat besar akan ice skating.

"Jeongyeon, bukalah matamu. Kau tak akan jatuh, aku akan mengajarimu..."ucap mina meyakinkan jeongyeon.

"Aku tidak suka permainan ini!" kesal jeongyeon masih menutup matanya.

"Kau bilang kau akan melakukan apapun yang ku inginkan selama 48 jam ini...."

"Iya, tapi bukan seperti ini juga. Aku kan bisa menemanimu dengan menunggumu di sudut sana..." balas jeongyeon.

"Oh ayolah, jangan menjadi seorang pengecut jeongyeon. Tumpukan es ini tidak akan menyakitimu, jadi bukalah matamu..." jeongyeon akhirnya dengan pelan membuka matanya.

"Sekarang ikuti gerakan ku. Ingat, aku memegang tanganmu..."jeongyeon mulai sedikit nyaman saat mina mengeratkan genggaman tangan mereka.

Mina membelokkan sepatunya hingga kecepatan meluncurnya mulai berkurang. Dia juga menyuruh jeongyeon melakukan hal yang sama.

"Lihat ini sangat mudah..."mina berbicara dengan senyum manisnya.

Sementara jeongyeon menatap mina yang sedang tersenyum manis padanya tanpa berkedip.

"Bodoh..." jeongyeon membuang wajahnya ke arah samping menghindari tatapan mina.

Tapi setelah beberapa menit melihat kesamping, ia merasa ada yang aneh dengan penglihatannya.

"Oh tuhan...kenapa kau membawaku sampai ke sini sih?!" raut wajah jeongyeon kesal bercampur takut kembali menghiasi wajahnya.

Dia benar-benar tidak sadar jika mina telah membawanya ke tengah lapangan es.

"Hahahaha...aku tak menyangka kalau kau akan setakut ini. Adik iparku ternyata seorang pengecut..." ejek mina dan membuat jeongyeon menatap tidak suka padanya.

My Brother Bride (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang