Hallo haiii....
Akhirnya aku bisa menyapa kalian kembali setelah 2tahun lebih vakum... Wkwk
Gimana penantian akan lanjutan cerita ini? Mengecewakan yaa, terlalu lama menunggu ya... Maafkan :(
Aku tahu, diberi harapan tanpa kepastian itu sakit banget... Tapi mo gimana lagi, banyak hal yang harus kukerjakan disini.
Semoga setelah ini aku bisa aktif kembali ditempat ini....
Yang lupa akan ceritanya bisa dibaca ulang dari beberapa bab sebelumnya... Bagi yang ingin ingatannya maksimal bisa dibaca dari part awal. Dan... Bagi yang takut digantung bisa di tambahkan dulu ceritanya ke library kalian dan bisa dibaca kalau sudah selesai nanti.
Happy reading sayang-sayangku.... 😘😘😘
***
Emi membuka mata, memerhatikan wajah tampan suaminya yang sudah terlelap dengan mulut yang sedikit terbuka. Kemudian beralih pada kedua anaknya yang sudah tertidur juga, dengan sebelah kaki Zilo sudah menyilang di atas perut Zila.
Dengan gerakan sepelan mungkin Emi berbalik, menghadap box bayi yang memang diletakkan disebelah tempat yang ditidurinya. Perlahan matanya memanas, membayangkan semua kebaikan Aulia hingga terciptanya bayi ini. Entah harus bagaimana lagi Emi membuat penghuni rumah ini mengerti dengan keputusan yang diambilnya untuk membesarkan bayi Aulia ini.
Semuanya masih menunjukkan keengganan yang sama.
Ingatannya kembali pada kejadian beberapa jam yang lalu, ketika Emi membawa serta bayi Aulia untuk tidur diatas ranjang bersamanya. Azhar langsung memicingkan mata dengan berucap "Box yang biasa dipake Zila-Zilo kan nganggur Em. Kenapa gak kamu tempatkan bayi itu disana aja."
Ditatap tajam seperti itu membuat Emi tidak berani untuk memprotes alhasil diletakkanlah bayi Aulia itu di dalam box. Tidak berhenti di sana, dirinya juga memindahkan box tersebut sampai berada di sebelah ranjangnya.
"Nah seenggaknya begitu lebih baik 'kan. Kalo kamu meletakkan dia bersama kita juga takutnya kelindes sama Zilo. Kamu juga tau sendiri 'kan Zilo kalo tidur badannya suka muter kek jarum jam."
"Iya 'kak."
Yah setidaknya keengganan Azhar tidak seburuk yang lain dalam menolak kehadiran anak Aulia ini.
***
Mengurus tiga bayi sekaligus ternyata bukan perkara mudah. Kedekatan yang baru terjalin antara Emi dengan kedua anaknya pun kini harus merenggang kembali dikarenakan tangan Emi tidak bisa jauh dari bayi Aulia.
Azhar menghembuskan napas secara kasar. Inilah yang ditakutinya, Emilia kerepotan dalam mengurus ketiganya.
Ditatapnya Zila dengan keadaan wajah penuh air mata. Anak perempuannya itu menangis akibat ulah Zilo yang menarik-narik ujung bajunya dari arah belakang. Disampingnya Emi sudah berusaha menengahi dengan sebelah tangan yang sibuk memberikan susu pada bayi Aulia.
Azhar sendiri baru keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang hanya ditutup oleh sehelai handuk.
"Pa—paaaa...." Tidak begitu jelas, tetapi Azhar yakin itulah yang tengah berusaha Zila katakan padanya dengan wajah menengadah meminta digendong.
"Zilo sayang, lepasin baju Kakak mu nak. Ayo," dengan nada lembut Emi membujuk.
Azhar bergerak mengambil Zila ke dalam gendongannya, memutus pegangan Zilo dari baju Zila yang membuat wajah anak itu memerah seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Wasiat 2
RomanceAda konsekuensi dari setiap tindakan. Ada karma dari setiap kejahatan. Ada pahala dari setiap kebaikan dan ada manis dari setiap kesabaran (?). kesabaran yang dijalaninya kini pasti akan berbuah manis juga pastinya. Pun dengan perjuangannya sekarang...