Udah hari senin aja... 😂😂😂
Jadwalnya update Azhar... Wkwk..
Oke.. Happy reading!
Vote dulu ya.. Biar akunya seneng. 🙈🙈🙈
***
Perjalanan pulang itu hanya diselimuti keheningan. Azhar fokus menyetir, sedang Emi bersama ketiga anak--Zila Zilo dan Anak Aulia, duduk pada jok belakang.
Percekcokan mengenai bayi Aulia, akhirnya dimenangkan oleh Emi. Azhar sudah berusaha keras menolak--untuk sementara waktu, sampai pernikahan keduanya berhasil dilaksanakan kembali.
Padahal rencananya, Azhar memang benar-benar akan mengambil anak itu, ketika pernikahan keduanya selesai digelar. Pernikahan yang sempat dijanjikan ketika Emi bangun dari komanya. Tujuannya menolak bayi itu sementara waktu, agar Emi tidak terlalu kerepotan--dengan mengurus ketiga anak sekaligus, selama mempersiapkan pernikahannya.
Sayangnya Emi tidak mau mengerti dengan maksud Azhar, ia mengatakan, Azhar hanya memanfaatkan pernikahannya untuk menolak kehadiran bayi Aulia itu.
Kalau sudah begini, apa boleh buat? Pada akhirnya Azhar tidak mempunyai pilihan lain, selain mengalah. Daripada Azhar tidak dikasih jatah ketika pulang 'kan?--eh ralat, daripada hubungan keduanya berakhir merenggang 'kan? Berabe.
Kalau terus-terusan melarang, yang ada Emi terus berpikir bahwa Azhar belum memaafkan Aulia. Padahal mendengar cerita Emi sendiri tentang wanita itu, perasaan Azhar sudah sedikit tersentuh dan masih belum menyangka jika Aulia bisa melakukan pengorbanan sebesar itu.
Terlepas dari dandanannya yang menor dan berpakaian terbuka, pada dasarnya Aulia memang wanita baik. Azhar lah yang menempatkan wanita itu dalam status yang salah. Andai Azhar mengakui pernikahannya pada Aulia dari awal, mungkin wanita itu bisa bersikap sedikit lebih baik--bisa menjaga jarak agar tidak terlalu menempel pada Azhar.
Jika ditelaah kembali, memang Azhar sendiri yang memberi akses supaya wanita itu selalu dekat padanya. Selalu perhatian padanya. Aulia tidaklah salah, segala keposesifannya, tidak lebih untuk melakukan tugas seorang kekasih dengan baik.
Ketika Aulia mengetahui pernikahan Azhar, wanita itu mundur begitu saja. Melakukan hal yang semestinya dilakukan seorang kekasih ketika dikecewakan oleh pasangannya--pergi. Pernahkah Aulia menyakiti Emilia? Tidak sama sekali.
Kalaupun menyakiti dalam hal lain, itu murni, karena Aulia tidak mengetahui apa-apa sebelumnya.
***
"Eh, siapa ini?" tanya Fatma ketika membukakan pintu untuk Azhar dan Emi. perhatiannya tertuju pada bayi yang berada di dalam stroller, sedang Zila-Zilo berada dalam gendongan Azhar dan Emi. Ketiga anak itu sudah terlelap.
"Biarin kami masuk dulu Bun. Capek ni."
Mengerti dengan keluhan sang anak, Fatma pun menggeser tubuh. Memberi ruang agar Azhar bisa masuk diikuti Emi di belakangnya. "Besok pagi, kami jelasin." Azhar bersuara kembali.
Sekarang mereka memerlukan istirahat. Perjalanan dari desa ke sini bukanlah hal yang mudah, ditambah dengan kurangnya komunikasi, membuat semuanya terasa begitu membosankan. Padahal biasanya Azhar dan Emi akan mengobrolkan apapun, tanpa merasa canggung. Tetapi keadaan tadi, lain lagi. keduanya seakan tengah mengeluarkan ego masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Wasiat 2
RomansaAda konsekuensi dari setiap tindakan. Ada karma dari setiap kejahatan. Ada pahala dari setiap kebaikan dan ada manis dari setiap kesabaran (?). kesabaran yang dijalaninya kini pasti akan berbuah manis juga pastinya. Pun dengan perjuangannya sekarang...