8. Author - Pagi baru aktivitas baru

7.3K 718 53
                                    

Selamat membaca... Dan selamat datang pembaca baru... :) :) :)

***

"Terima kasih sayang,"

Azhar mendekapnya begitu erat, menyalurkan semua perasaan yang membahagiakannya lewat hal itu. Emi mengangguk samar, dalam pencahayaan temaram ia tersenyum meski tidak yakin Azhar dapat melihatnya.

"Aku mau ngambil pakaian dulu, takut anak-anak tiba-tiba bangun."

Mendengarnya, Azhar terkekeh pelan. Ia melepaskan penyatuan mereka dan berguling pada sisi kiri, sampai tidur berada tepat diantara istri dan anak-anaknya.

Emi mulai merangkak dengan berbekalkan selimut yang menutupi tubuh untuk mengambil pakaiannya yang teronggok di karpet tepat di samping ranjang. Sedangkan Azhar hanya mengenakan celana pendek dan membiarkan tubuhnya bertelanjang dada.

Selesai mengenakan pakaian, Emi sudah mendapati mata Azhar yang terpejam. Tangannya mulai menyusuri garis wajah suaminya itu, berbangga diri dalam hati karena masih belum percaya dia bisa melewati penyatuan mereka tanpa bayang-bayang menakutkan.

Bayang-bayang buruk itu sempat menghantuinya, beruntungnya Azhar menyadari hal itu. Dirasa Emi mulai tegang seperti pada malam terakhir di Rumah Sakit, Azhar mulai berinisiatif sendiri membelai wajahnya wanitanya itu. Ditautkannya jemari keduanya sedang tangan yang bebas ia gunakan untuk mengusap kening Emi dan menyalurkan kekuatan dari sana.

Mengungkap kata-kata cintanya berulang, disusul dengan kata-kata penenang lainnya, meyakinkan Emi bahwa posisi keduanya kini berada pada keadaan saling menginginkan, bukan paksaan dari salah satu pihak.

Usahanya tidak sia-sia, berjalan seperti harapannya.

Untuk kesekian kalinya Azhar telah melakukan tugasnya dengan baik. Sebelum ini Emi sempat ketakutan, takut dirinya hanya akan memberikan akhir yang mengecewakan pada suaminya, seperti malam sebelumnya.

Dugaannya salah, perlakuan Azhar padanya sangat istimewa. Benar-benar berbeda dari sebelumnya. Bertanya terlebih dulu, apakah Emi bersedia atau tidak, tidak beda jauh seperti kemarin sore ketika Azhar menggodanya.

Bedanya, kemarin tidak ada jawaban, malam ini justru Emi mengiyakan meski hanya sebatas lewat anggukan.

Ralat. Bukan tidak ada jawaban, tetapi belum sempat memberikan jawaban. Di samping masih ragu, dirinya diselamatkan oleh kemunculan Zahra di sana, yang tiba-tiba memasuki kamar begitu saja tanpa mengetuk pintu terlebih dulu.

Dengan wajah paniknya Zahra masuk jaangan lupakan juga Zila yang berada dalam gendongannya sambil menangis. Yang Emi dengar dari Zahra ketika menjelaskannya pada Azhar, Zila menangis karena digigit Zilo. Zilo tidak mau mainannya di pegang Zila.

Anak laki-lakinya itu memang agak brutal. Beda dari Kakaknya yang kalem namun bisa menunjukan kasih sayangnya. Kalian masih ingat 'kan kalau kemarin Emi pernah di pukul Zila karena menggendong Zilo?

Mungkin kalau Zilo sudah dewasa dia akan mengerti. Seiring berjalannya waktu, Emi juga akan mencoba memberikan pengertian bagaimana caranya supaya Zilo bisa berbagi dan menyayangi saudara sendiri.

Entah bagaimana ceritanya keduanya bisa berlawanan karakter seperti itu. Padahal kalau diingat, keduanya bertumbuh dalam pengawasan orang yang sama bukan?

Ketika Azhar sibuk menenangkan Zila, kesempatan itu tidak Emi sia-siakan. Dia kabur, bersembunyi di kamar mandi dengan membawa serta pakaian yang diambilnya begitu saja dari walk in closet. Sampai disana, dirinya bisa bernapas lega.

Keluar dari kamar mandi, Emi sudah mendapati Azhar yang bertelanjang dada, hanya celana pendek yang melekat di tubuhnya. Apa kewarasan suaminya itu sudah hilang? Apa dia tidak merasa malu dengan penampilan yang seperti itu? dan ... sejak kapan?

Pernikahan Wasiat 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang